12

273 59 11
                                    

"Jika cinta bisa teriak, maka angkasa tak akan cukup luas untuk membendung semuanya"

- Islam -

_____________________________

 Zahra telah berusaha untuk istiqamah dengan apa yang ia lakukan. Di sisi lain, dia juga mencoba lebih mendahulukan cintanya kepada Allah dan mencoba lebih dekat dengan-Nya. Ia ingin meniru kisah cinta antara Zulaikha dan Yusuf.

Setelahnya, ia juga ingin terus mencintai laki-laki itu dalam diam. Sama halnya seperti kisah cinta Fatimah Az-Zahra dengan Ali ibn Abi Thalib. Fatimah yang mencintai Ali dalam diam, pun dengan sebaliknya. Ali juga mencintai Fatimah dalam diam, hingga akhirnya mereka dipersatukan dalam pernikahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Sesungguhnya, Ali dan Fatimah telah Allah nikahkan sejak masih di alam ruh. Sehingga, cinta antara keduanya begitu kuat.

Zahra hanya bisa mencintainya dalam doa. Ia harap, kalau pun orang itu tidak ditetapkan menjadi jodohnya, ia ingin mendapatkan laki-laki yang memiliki sifat dan sikap persis seperti dirinya.

Karena itulah, Zahra terus mendekat kepada Allah. Berpasrah kepada-Nya dan mengikuti semua perintah-Nya. Kini, Zahra sudah mulai menutupi anggota tubuhnya dengan sempurnya, ia pun lebih sering memakai cadar hitam seperti pakaian Aisyah binti Abu Bakar.

****

Hari ini, ketiga sahabat itu sudah berjanji untuk bertemu. Aisyah dan Nesa telah sampai di tempat yang ditetapkan, sebuah taman yang indah. Tak lama setelahnya, Zahra juga sampai di tempat tersebut. Sudah beberapa hari mereka tak bertemu, seminggu lebih. Dan sekarang, mereka ingin melepaskan rindu.

Namun, saat melihat penampilan baru Zahra, Nesa merasa kurang nyaman. Ia beberapa kali menyampaikan keluhannya kepada Zahra. Saat itu pula, apa yang disampaikan Nesa begitu menusuk hatinya. Nesa mengatakan bahwa pakaian seperti itu akan disangka teroris. Meski Aisyah berkali-kali mengatakan untuk tak mengungkitnya, tapi Nesa tetap mengatakan hal tersebut.

Zahra hanya bisa diam dan menahan rasa sakit dari perkataan Nesa. Hingga detik berikutnya, Zahra meneteskan air matanya. Setelahnya, Aisyah dan Nesa pun beradu mulut. Nesa dengan pemikirannya dan Aisyah yang ingin membela Zahra. Hal tersebut membuat hati Zahra semakin sakit. Sahabat yang seharusnya saling mendukung, justru saling berselisih.

"Sudah, jangan bertengkar," ucap Zahra seraya menghapus air matanya. "Aku akan pergi dari sini kalau kamu tidak suka, Nesa."

"Tidak, Zahra. Ini hanya salah paham. Jangan pergi," bujuk Aisyah saat Zahra sudah beranjak pergi.

Setelah Zahra menjauh, Aisyah dan Nesa pun kembali beradu mulut. Suasana semakin memanas. Nesa tetap pada pendiriannya, dia tak suka temannya bercadar. Dan Aisyah bermaksud untuk memberinya pemahaman, tapi dirinya sudah tersulut api emosi.

"Tidak ada hal seperti itu dalam hati Zahra!" bentak Aisyah. "Sudah berapa lama kamu bersama dengannya? Seharusnya, kamu paham seperti apa Zahra itu!"

"Aku tau. Tapi, banyak orang menganggap kalau pakaian seperti itu identik dengan teroris!" bentak Nesa tak mau kalah.

"Kamu lebih membela omongan orang lain daripada menjaga hati sahabatmu sendiri?" Emosi Aisyah kali ini semakin memuncak karena Nesa terus-menerus mengatakan teroris. "Aku tanya, apakah Zahra pernah menyakiti hatimu? Apakah Zahra akan menjadi seperti orang yang kamu katakan itu? Tidak!"

Hati Nesa pun bergetar. Air mata juga mulai mengalir di pipinya. Apa yang dikatakan Aisyah benar. Zahra bukan orang yang akan menyakiti hati orang lain. Tak mungkin bagi seorang Zahra akan melakukan hal buruk.

"Kamu benar, Syah. Sahabat seperti apa aku ini?" Nesa pun menangis. "Aku minta maaf."

Melihat tangis dari Nesa, hati Aisyah pun luluh. Amarahnya turut mereda. Dia pun mendekati Nesa dan memeluknya. "Tak apa, Nesa. Pertengkaran dalam persahabatan itu hal wajar. Yang penting, kita harus bisa saling memaafkan. Aku memaafkanmu, Nesa."

"Terima kasih, Syah," jawab Nesa.

"Sekarang, ayo kita temui Zahra. Kita minta maaf kepadanya," ajak Aisyah.

Mereka berdua pun bergegas menuju tempat Zahra. Zahra yang masih berjalan menuju rumah pun berhasil mereka susul. Setelahnya, Nesa meminta maaf karena apa yang ia katakan. Ia juga mengatakan, kalau dirinya sudah menerima seperti apa pun penampilan Zahra. Kemudian, Aisyah juga meminta maaf karena telah bertengkar dengan Nesa.

Sakit hati yang dirasakan Zahra berangsur menghilang. Ia tersenyum kepada kedua sahabatnya yang kembali akur. Zahra mengakatan kalau hal tersebut sudah tak masalah lagi baginya. Ia memaafkan kedua sahabatnya. Dengan begitu, Nesa kembali menyadari tentang sebesar apa hati dan kesabaran Zahra.

"Terima kasih, Zahra. Terima kasih karena telah menjadi sahabatku." Nesa memeluk erat Zahra. Mereka bertiga menunjukkan senyum manis di masing-masing wajahnya. Kebahagiaan terpancar dalam senyum tersebut.

Tak lama berselang, terdengar suara azan yang begitu merdu. Zahra tentu mengenali suara tersebut. Mereka bergegas menuju masjid untuk menunaikan salat.

Zahra dan Aisyah pun melaksanakan salat dengan Islam sebagai imamnya. Nesa tak ikut ke masjid karena dirinya sedang berhalangan. Nesa pun kembali ke rumah Aisyah terlebih dahulu.

****

_____________________________

Hukum Bercadar.

Menurut Imam Syafi'i menggunakan Cadar Adalah wajib begitupun imam Ahmad.
Sedangkan menurut Imam Malik Dan Imam Hanifah Berpendapat Sunnah Namun akan menjadi wajib apabila terjadinya Fitnah.

Orang bercadar ialah orang yang ingin merubah diri nya ke lebih baik.Mereka yang bercadar menjujung tinggi kehormatan mereka hingga di khususkan siapa saja yang bisa melihat wajah mereka.

Tetapi Zaman sekarang Cadar hanya di buat experimen dan Percobaan dengan biasa joget joget di Vidio, hingga kenampakan tekuk tekuk tubuhnya ini sangat di prihatin kan seketika mereka juga menghina terhahdap cadar.

Namun ada juga Yang menjadi kan cadar sebagai pelindungnya dari sebuah kejahatan yang bisa saja muncul kapan pun itu terjadi. Dengan menutupi semua Tubuh nya membuat mereka yakin bahwa kehormatan seorang wanita itu penting. Inilah yang sebenarnya cadar.

Mari Berhijrah Dan terus Istiqomah:)

Mulai lah dari sekarang merubah diri:)

 

Mengagumi Karena Iman & Taqwa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang