Dear Jawaban sepertiga malam ku.
"Ikutlah bersama ku
Mari bangun rumah tangga dengan ku
akan ku temui yang berhak atas dirimu
lalu aku lamar kamu dengan bismillah
Sungguh Anna Uhibbuki Fillah"
____________________________Setelah rasa kecewa dan sakit hati itu hadir, Zahra semakin yakin bahwa berharap pada manusia hanya akan menimbulkan luka. Rasa sakit yang membuatnya selalu menangis dan hampir putus asa. Sulit untuk mencintai seseorang dalam diam, apalagi sampai bertahun-tahun. Lalu apa yang ia dapatkan? Sekalinya diungkapkan, dirinya mendapatkan kekecewasan yang begitu menyakiti hati.
Meski sudah berkali-kali untuk melupakannya, Zahra tetap tak bisa. Nama yang telah terukir di hatinya selama bertahun-tahun, tak akan mudah untuk dihapus.
Kini, satu pekan sudah terlewati. Zahra masih sering mengurung dirinya dalam kamar. Ia pun semakin merasa tak pantas dan berpikir bahwa dirinya bodoh karena mengharapkan laki-laki sempurna seperti Islam. Ia hanya bisa merenungi nasibnya dan berdo'a agar diteguhkan hatinya.
****
Hari Jum'at sore. Islam sudah memakai pakaian rapi. Begitu pun dengan ayah dan ibunya, serta Zaid yang telah diajak oleh Islam. Sore ini, dirinya akan melamar seorang perempuan yang telah lama ia kagumi.
Sebelum Islam berangkat ke rumah perempuan tersebut, ia pergi ke rumah kakeknya untuk meminta do'a restu. Kakeknya mendo'akan yang terbaik untuk cucu tersayangnya. Setelah itu, Islam dan keluarganya pun berangkat ke rumah perempuan yang diinginkan Islam.
Islam tak mendapat masalah saat ia memberi tahukan keinginannya kepada orang tuanya. Orang tuanya langsung menyetujui keputusan anaknya tersebut.
Setelah beberapa saat perjalanan, mereka sampai di halaman rumah perempuan tersebut. Islam sudah menguatkan tekadnya dan berusaha setenang mungkin.
****
Suara ketuka pintu terdengar saat Nesa sedang bermain dengan anaknya. Saat ini, ibunya Zahra sedang di dapur, sedangkan Zahra masih mengurung dirinya di kamar. Nesa pun segera mendekati pintu rumahnya.
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari luar sambil mengetuk pintu sekali lagi.
"Wa'alaikumussalam. Sebentar," jawab Nesa. Kemudian, ia memutar kenop pintu dan membuka pintunya. Nesa pun terkejut dengan siapa yang datang.
Seorang laki-laki tampan dengan pakaian rapi, disertai dengan keluarganya, berdiri di depan rumah. Laki-laki itu tersenyum ramah kepada Nesa.
"Maaf mengganggu, apakah Zahranya ada?" ucap laki-laki tersebut dengan lembut.
Nesa yang masih tertegun pun langsung tersadar dan mempersikan rombongan keluarga itu masuk. Sambil menggendong putrinya, Nesa langsung ke dapur dan memanggil ibu mertuanya. Telah itu, ia mengetuk pintu kamar Zahra.
"Zahra, keluarlah dan berpakaian rapi. Ada tamu yang mencarimu." Tak ada jawaban dari kamar, Nesa pun memanggil Zahra sekali lagi. "Zahra."
Masih tetap tak ada jawaban. Nesa sudah tahu apa yang dialami Zahra. Karena hal yang dialaminya itulah Zahra menjadi lebih pendiam selama satu pekan ini.
Setelah beberapa saat menunggu, pintu kamar pun terbuka. Zahra sudah memakai pakaian yang rapi, serta cadar hitamnya. Ia mengikuti Nesa menuju ruang tamu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Bahkan, dirinya nampak tak bersemangat. Pandangannya terus tertuju ke bawah.
"Ini Zahra," ucap Nesa untuk menunjukkan kedatangan Zahra. Setelah itu, putri Nesa memberontak dan minta turun. Fatimah yang berusia 2 tahun itu pun mendekati sosok laki-laki yang sudah duduk di sofa dan minta pangku. Nesa hanya bisa tersenyum melihat tingkah anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Karena Iman & Taqwa √
Dla nastolatkówSebelum membaca Alangkah baiknya untuk vote dan follow dulu ya... :) Jangan lupa jejak komentarnya HAPPY READING!! ________________________________ Blurb Kagum. Sebuah kekaguman yang luar biasa, sehingga kagum itu menjadi cinta. Kisah fiksi seo...