15

242 55 3
                                    


   

04.30  

Azan mulai berkumandang yang menandakan waktu salat subuh telah tiba. Islam sudah terbangun sejak tadi untuk melaksanakan salat malam. Ia pun memperbarui wudunya dan bergegas ke masjid. Begitu ia keluar rumah, dingin begitu terasa menusuk kulit. Dingin dan segar, serta kumandang azan yang saling bersahutan antara satu masjid dengan masjid lainnya. Terasa damai untuk Islam.

Sesampainya di masjid, Islam langsung mendirikan salat sunah qabliyah. Ia tak pernah meninggalkan salat sunah tersebut. Karena, ia tahu pahala yang didapat dengan salat sunah tersebut adalah lebih baik dari bumi beserta isinya.

Iqamah pun dikumandangkan dan salat segera didirikan. Islam yang ditunjuk sebagai imam untuk salat tersebut. Ini adalah terakhir kali dirinya menjadi imam sebelum berangkat ke Cairo.

Islam maju dan memimpin salat hingga selesai. Beberapa saat setelah selesai salat, para jama'ah telah meninggalkan masjid. Hanya tersisa Islam di dalam masjid. Ia menengadahkan tangannya dan berdo'a, "Ya Allah, mudahkanlah aku dalam menuntut ilmu. Selamatkanlah aku di perjalanan. Dan panjangkan umurku agar bisa membahagiakan orang tuaku, Ya Allah."

Waktu terus berjalan. Dan sekarang, jarum jam menunjukkan pukul 07.00. Islam sudah siap dengan segala persiapannya. Sekarang, dirinya kembali ke rumah kakeknya bersama dengan Zaid. Ia ingin berpamitan dengan kakeknya sekali lagi.

"Assalamu'alaikum, Kek. Do'akan aku dan Zaid agar bisa menempuh ilmu yang sangat banyak di sana, ya," ucap Islam seraya memengang tangan kakeknya yang sudah keriput.

"Wa'alaikumussalam, Kakek selalu mendoakan kalian," jawab kakeknya sambil tersenyum bangga kepada cucunya.

"Kalau begitu, aku dan Zaid pamit dulu, Kek. Kakek harus menjaga kesehatannya, ya," ucap Islam, kemudian ia mencium tangan kakeknya.

Di lain sisi, Zahra melihat kedatangan Islam di rumah kakeknya. Kebetulan, ia sedang jalan-jalan pagi untuk kesehatan dirinya. Dan sekarang, dirinya melihat Islam dari sebalik pohon.

Islam mengatakan pada Zahra, kalau ia akan berangkat ke Cairo hari ini. Perasaan iri di hati Zahra pun muncul lagi. Sejak dulu, ia bermimpi ingin menuntut ilmu di Cairo.

Setelah beberapa saat menunggu di balik pohon, Zahra pun melihat Islam yang keluar dari rumah kakeknya. Saat itu pula, Islam menyadari keberadaan Zahra. Islam sedikit melambaikan tangannya kepada Zahra dengan senyum di wajahnya.

Zahra hanya bisa terdiam melihat lambaian tangan dan senyum dari Islam. Ia bergegas bersembunyi di sebalik pohon. Kemudian, ia menutupi wajahnya, yang sudah tertutup dengan cadar, dengan kedua tangannya. Ia tersenyum. Hanya sekilas, tapi berarti bagi Zahra. Setelahnya, Zahra langsung pergi menjauh dari tempat tersebut.

Tak lama setelahnya, Islam dan Zaid pergi menuju bandara, keluarganya pun ikut mengantar dirinya. Perjalanan menuju bandara sekitar setengah jam.

Sesampainya di bandara, Islam mengurus tiket, paspor, dan visa-nya. Sembari menunggu, mereka saling bercengkerama dengan keluarga. Hal tersebut membuat keluarganya menangis. Meski tak akan berjumpa untuk beberapa tahun, keluarganya bahagia dan bangga dengan putra mereka.

"Jaga diri kalian baik-baik. Jangan sampai melalaikan salat. Dan jangan pernah menyusahkan orang-orang di sana. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain." Ibunya Islam mengusap kepala putra kesayangannya. Begitu pula dengan ibunya Zaid yang melakukan hal tersebut kepada Zaid.

Akhirnya, penerbangan mereka pun tiba. Islam meminta do'a restu kepada keluarganya, begitu pula dengan Zaid. Kemudian, mereka meninggalkan keluarganya dan menuju pesawat.

Sesampainya Islam di dalam pesawat, ia berdo'a kepada Allah, "Ya Allah, lindungilah kami saat di perjalanan ini. Mudahkanlah urusan kami dalam menuntut ilmu agama-Mu, Ya Allah."

"Aamiin," jawab Zaid yang duduk di sampingnya. Zaid pun dengan kegirangan berkata, "Cairo, aku akan datang. Terimalah aku sebagai tamumu. Kamu adalah tanah yang ingin aku kunjungi karena kamulah pusat ilmu agama ini."

Islam hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya tersebut. Zaid memanglah sosok yang periang. Namun, ia juga yang menjadi penyemangat bagi Islam apabila ada masalah dalam hidupnya.

Pesawat pun terbang membelah awan dan mengarungi langit biru. Di dalamnya, Islam sedang membaca buku. Sedangkan, Zaid sudah tertidur pulas.

****

Di dalam kamarnya, Zahra duduk termenung. Ia memikirkan apakah Islam telah berangkat untuk menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Cairo.

Tiba-tiba, ia tersenyum di kala kembali mengingat percakapannya di danau dengan Islam kemarin. Ditambah, islam juga menyapanya sebelum ia berangkat. Hatinya begitu berbunga-bunga karenanya.

Islam telah pergi jauh darinya. Zahra hanya bisa mengirimkan do'a terbaik untuk dirinya. Zahra ingin menunggu dirinya. Sekali lagi, ia akan mencintainya dalam diam.

****


Universitas Al-Azhar adalah sebuah universitas di mesir, tepatnya di Cairo. Sebuah universitas terbaik untuk menuntut ilmu agama Islam. Banyak penduduk muslim yang bercita-cita untuk menuntut ilmu di sana.

 

Mengagumi Karena Iman & Taqwa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang