20 - SEULGI

1.5K 240 11
                                    

MCS – 20
Pagi ini mendadak seluruh tubuh Aeri lemas seketika. Begitu ia keluar dari kamar mandi dan berniat memeriksa keadaan Jennie, ia justru menemukan Jennie yang tengah mimisan diatas ranjang. Tubuhnya berkeringat basah dan menggigil. Dengan kaki yang gemetar takut, Aeri memangku Jennie yang sangat pucat.

“Jenni-yaa, sayang... lihat Mommy.” Aeri mengusap kening putrinya yang basah oleh keringat dingin. Kulitnya panas sekali.

“Di-dingin sekali...” ucap Jennie pelan dengan matanya yang sayu.

Aeri meletakkan kepala Jennie kebantal lagi. Ia bergerak mencari ponselnya dengan tangannya yang bergetar panik. Melihat Jennie mengigil sungguh membuat ia takut setengah mati. Aeri kehilangan fokusnya sehingga ia tidak tahu harus menghubungi siapa saat ini.

Dirinya sedang menyembunyikan Jennie dari Eun Hwan. Aeri memiliki rencananya sendiri. Setelah ia membawa Jennie ke psikolog untuk melakukan terapi, ia baru membawa Jennie pulang sekaligus ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan sang suami.

Kejadian bullying membuat Aeri khawatir akan mentalnya Jennie. Dan pagi ini, Aeri tidak tahu kenapa Jennie bisa seperti ini padahal sebelumnya, ia baik-baik saja. 

Jemari Aeri berhenti kala melihat kontak Eun Hwan, hampir saja ia menekan tombol memanggil. Aeri menggeleng cepat. Dia tidak boleh menghubungi Eun Hwan untuk sekarang ini. Aeri berbalik menatap Jennie yang terbaring lemas di sana.

Dua bodyguard yang menjaga di luar kamar penginapan bintang lima itu sedikit tersontak kaget saat pintu dibuka secara tiba-tiba dan kasar oleh Aeri. Raut wajah panik serta ketakutan terlihat jelas di wajah wanita berusia 47 tahun itu.

“Bawa Jennie ke mobil sekarang juga dan siapkan mobil!” titah Aeri penuh kekhawatiran hingga air mata berderai di kedua pipinya.

“Yes, Mam!” jawab mereka dan segera melakukan tugas masing-masing.

Aeri membawa Jennie ke rumah sakit. Tentunya, dia tidak pergi ke rumah sakit milik Eun Hwan dan lebih memilih yang lain demi Jennie. Bahkan, Aeri menyuap banyak agar identitas Jennie dan dirinya tidak diketahui pihak luar terutama Eun Hwan.

Mobil sedan hitam itu kini berhenti di sebuah rumah sakit elite di kawasan bandara yang jauh dari tempat kekuasaan Eun Hwan. Jennie di dorong ke ruang pemeriksaan oleh beberapa suster. Aeri menatap wajah Jennie yang pucat itu dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan  melihat buah hati satu-satunya harus terbaring tak sadarkan diri seperti saat ini.

Meski Aeri sering membawa Jennie menjalani periksa rutin, tetap saja setiap memasuki rumah sakit bersama Jennie selalu membuat jantungnya terasa nyeri.

Aeri pernah hampir putus asa waktu dulu. Saat Jennie hampir tidak terselamatkan atas kecelakaan tragis yang menimpanya. Aeri sangat bersyukur keajaiban terjadi pada Jennie waktu itu.


/////////////


Istirahat pertama membuat Chaeyoung tidak beranjak dari lapangan. Pagi ini materi kelasnya adalah bola voli. Meski bell sudah berbunyi, gadis itu masih menetap di pinggir lapangan menatap sebuah kelas junior. Dia sedang menunggu kemunculan Jennie.

Tampaknya, tidak hanya Chaeyoung yang melihat ke arah kelas itu. Ada dua pasang mata yang menuju ke arah yang sama. Jaehyun menyadari tatapan kedua sahabatnya.

Pria itu tak menyangka, ternyata junior itu bisa mencuri perhatian seorang Lalisa Manoban dan Park Chaeyoung yang sama-sama terkenal dingin dan susah didekatin oleh pria maupun wanita. Apalagi sang ketua osis, Park Chaeyoung.

Mimik wajah Chaeyoung berubah ketika melihat Wendy keluar kelas sendiri tanpa Jennie di sampingnya seperti biasa. Chaeyoung sudah tidak tahan menahan dirinya untuk acuh pada keadaan Jennie. Gadis itu berdiri meninggalkan teman-temannya untuk menghampiri Wendy.

Jaehyun tersenyum miris menatap kepergian teman kecilnya itu. Kemudian beralih pada Lalisa yang kini menusuk punggung Chaeyoung dengan tatapan tidak sukanya. Lagi-lagi Jaehyun tersenyum. Kali ini senyum itu sedikit meledek Lalisa. Pria itu memukul pelan pundak gadis poni itu.

“Jangan kesal. Kalau suka, bergeraklah. Kau akan menyesal lagi jika kalah cepat darinya,” ujar Jaehyun ikut menatap Chaeyoung yang tengah berbicara dengan Wendy di sana.

“Kelihatannya mereka memiliki sesuatu. Maksudku, dia dan Jennie punya sesuatu yang tidak kita ketahui. Chaeyoung terlihat sangat menyukainya kan? Aku baru pertama kali ini melihatnya seperti itu,” kata Lalisa. Lalu, ia menoleh pada Jaehyun. “Kau lebih lama berteman dengannya, apa kau tahu sesuatu itu?”

Jaehyun menggeleng. “Aku pun sama. Dia begitu tertarik dengan gadis mungil itu. Jadi, apa yang akan kau lakukan? Merelakan cintamu lagi seperti yang kau lakukan dulu saat Yeri menolakmu dan lebih memilih Chaeyoung? Ya, Lalisa. Kau menawan, kenapa bisa selalu kalah dengannya?”

“Ini berbeda. Aku belum kalah.” Lalisa tersenyum miring, tatapannya semakin tajam. Dia sedikit terusik dengan omongan Jaehyun.

MY COOLDEST SENIOR (CHAENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang