48. DAD AND DAUGHTER

1K 136 3
                                    




Hari mulai menjelang malam. Satu jam yang lalu, Jennie dijemput oleh Aeri. Mereka harus kembali ke desa karena Aeri masih memiliki beberapa urusan. Sebelum pulang, Jennie sudah pamit dengan Chaeyoung. Meski gadis berambut pirang itu sedikit keberatan karena Jennie jauh darinya, tapi Chaeyoung tidak ada pilihan lain.

Jennie meminta Chaeyoung berjanji padanya agar selalu menjaga diri dan kesehatan saat ia tidak di Seoul. Jennie tidak segan-segan menghukum Chaeyoung apabila gadis blonde itu jatuh sakit lagi. Chaeyoung pun sama, ia harap Jennie baik-baik saja di sana tanpanya. Pelukan hangat antara Jennie dan Chaeyoung yang cukup lama menjadi penutup.

Chaeyoung juga memberitahu Jennie ia akan menemuinya setelah ujian nasional selesaai. Gadis jangkung itu tidak melarang Jennie menghilang tanpa kabar. Apapun yang terjadi, Chaeyoung ingin Jennie menceritakan padanya sekalipun hal yang tidak penting pun, Chaeyoung tetap ingin mengetahuinya.

Jennie tidak boleh mengabaikan panggilannya. Dan, Jennie tidak keberatan. Jennie sesekali tersenyum sepanjang perjalanan pulangnya karena mengingat sikap Chaeyoung yang menurutnya mengemaskan. Karena memikarkan gadis jangkung itu pula, sekarang Jennie sudah mulai merasa rindu dengan Chaeyoung.

Mereka belum lama berpisah. Jennie menurunkan kaca jendela mobil. Dia menatap langit ke-orenan di luar sana. Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Sudah satu jam Jennie berada di dalam mobil bersama Aeri. Jennie berharap, langit bisa menyampaikan rindunya pada Chaeyoung meski itu terdengar mustahil, tapi tetap Jennie berharap.

Setelah Jennie pergi, tidak lama kemudian teman-teman Chaeyoung juga pamit pulang ke rumah masing-masing. Chaeyoung memilih untuk kembali ke kamarnya untuk istirahat. Bagian bahu hingga punggungnya terasa nyeri. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memainkan ponselnya.

Sama seperti Jennie, Chaeyoung sedikit merindukan gadis itu. Sangat berat untuk membiarkan Jennie kembali ke desa, namun ia harus mengerti dan menghargai keputusan Aeri. Terlihat, Jennie masih belum yakin untuk menetap di Seoul.

Beberapa saat bersantai di atas tempat tidurnya, gadis blonde itu merasa lapar. Lalu, ia pun turun ke dapur untuk melihat apakah ada bahan makanan yang dapat ia olah. Perutnya sudah berbunyi. Rupanya, saat kulkas terbuka, Chaeyoung tidak melihat apapun yang bisa ia jadikan makanan untuk mengisi perutnya. Agak sedikit kecewa, tapi yasudahlah.

Dia menutup pintu kulkas dengan lesu. Terpaksa ia harus menggunakan jasa online untuk mendapatkan makanan. Padahal saat dia sedang ingin masak sendiri.

"Chaeng?" sebuah suara yang Chaeyoung kenali dengan baik membuat ia berbalik.

"Appa?"

Pria itu tersenyum melihat putri semata wayangnya sudah membaik. Joosung menaruh makanan yang sengaja ia beli di restoran kesukaan Chaeyoung. Mengingat hubungannya dengan Chaeyoung buruk akhir-akhir ini, Joosung ingin menyelesaikan semuanya dengan baik.

Dia terlalu keras saat membicarakan tentang kuliah. Bodohnya Joosung baru menyadari, putrinya itu tidak bisa dibicarakan dengan keras. Chaeyoung pasti akan memberontak. Maka dari itu, Joosung berjanji pada dirinya akan bicara empat mata dengan putrinya tanpa emosi.

"Belum makan ya? Kebetulan Appa bawa makanan kesukaanmu. Ayo kita makan bareng?" Joosung menawarkan dengan canggung.

Berhubungan perut Chaeyoung sudah tidak bisa menahan lapar lagi dia mengangguk. Terlebih harum makanan dari kantong itu begitu menggoda. Chaeyoung tidak sanggup untuk menolak meski sebenarnya ia tidak siap untuk membahas masalah Berlin dengan Joosung. Chaeyoung yakin sekali, ayahnya pasti akan membahas soal itu.

Chaeyoung menarik kursi dan duduk di hadapan ayahnya. Jujur, ia rindu sekali. Saat ia berada di rumah sakit, ayahnya itu jarang sekali mengunjunginya. Dia seperti menghindari Jennie, karena dia tidak suka dengan Jennie.

MY COOLDEST SENIOR (CHAENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang