28. LEAVE SOUL

1.4K 231 6
                                    

MCS 28
JENNIE POV
Perasaan apa ini? Perasaan yang baru saja kutemui dan begitu sulit dijelaskan saat tangan kurus itu membawaku ke pelukannya. Dia mengusap punggungku lembut, berkali-kali dan cukup lama. Aku menjadi kaku. Padahal, ini bukan kali pertamanya kami berpelukan. Dagunya yang menumpu di bahu kananku begitu dekat, hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya pada tengkukku.

Kedua tanganku masih ragu untuk membalas pelukan Chaeyoung. Yang ku lakukan hanyalah memejamkan mata, menikmati kehangatan saat ini. Kehangatan yang sangat nyaman dan aku tidak tahu kapan lagi waktu mengizinkanku untuk merasakan pelukannya setelah pelukan ini usai.

"Pelukan sebelum perpisahan, Jen. Aku senang bertemu denganmu  lagi di Galaxy," ujar Chaeyoung, masih memelukku.

"Kau benar senang?" tanyaku tak yakin.

Ku rasakan anggukan kepalanya.

"Tapi kau selalu dingin dan datar setiap kita bersama. Apakah itu memang wajah senangmu?" kataku terkekeh mengingat dia yang hampir tak pernah ku lihat senyumnya.

"Aku tak bisa mengekspresikan perasaanku. Aku terlalu kaku. Tapi sekarang, aku sedang mencobanya," katanya.

Aku mulai mengangkat tanganku untuk membalas pelukannya. Sekali lagi, ku pejamkan mataku untuk merasakannya. Tak ingin melewatkan sedetik pun untuk pelukan ini.

Dia mengeratkan pelukannya lagi, mencari posisi yang lebih nyaman di celah leherku.

"Tak bisakah kau tetap tinggal? Rasanya aku belum siap membiarkanmu pergi lagi," gumamnya.

Aku mengernyit bingung. Apa maksud dari kata lagi? Tadi Chaeyoung bilang senang bertemu denganku lagi di Galaxy. Sekarang dia mengatakan belum siap membiarkanku pergi lagi? Lagi? Bukankah Galaxy adalah tempat pertama aku mengenalnya begitu pun sebaliknya?

"Lagi? Kau mengatakannya seolah kita pernah bertemu sejak dulu. Kita baru saling mengenal sejak aku di Galaxy kan?" tanyaku.

Chaeyoung menguraikan pelukannya. Kedua mata kami saling bertemu. Dari dekat, aku sangat menyukai bola mata miliknya yang teduh, berwarna coklat terang alami. Detik itu juga, dia tersenyum padaku. Dia benar-benar mengukir senyum indah di bibir tipisnya membuat pandanganku semakin lekat.

Seperti biasa, jantungku berdebar. Lebih kencang lagi saat Chaeyoung menyelipkan rambutku ke belakang telingaku. Aku gugup, ku rasa Chaeyoung mengetahuinya. Aku segera mengalihkan mataku darinya. Sungguh, aku sangat berharap dia tidak menyadari pipiku yang merona sekarang.

"Mwoyaa? Kenapa pipimu memerah? Kau kepanasan? Padahal ruangan ini dingin," celutuk Chaeyoung polos.

"Anii!" Reflek aku mendorongnya menjauh. "Aku akan bersiap-siap, Mommy bentar lagi akan tiba." Aku pun berbalik pergi ke kamar. Namun harus terhenti karena Chaeyoung menahanku.

"Hati-hati. Seperti yang ku katakan, hiduplah dengan bahagia, Jennie. Aku sangat berharap kau tetap tinggal, tapi aku tahu. Ini semua berat untukmu jadi aku tidak akan memaksamu. Cepatlah kembali,  karena aku punya kejutan untukmu. Sekarang, aku pamit untuk pergi lebih dulu. Aku egois karena tidak ingin terlihat menyedihkan saat kau pergi nanti. Sampai jumpa, Jennie Kim." Chaeyoung berlalu pergi. Dia berjalan meninggalkan ruang tengah menuju pintu.

"Kejutan apa?" tanyaku penasaran.

Pertanyaan yang ku lontarkan berisikan harapan yang besar sekali untuk ia menjawabnya atau menghentikan langkahnya. Tapi tidak. Dia mengabaikanku dan terus melangkah pergi. Dan, detik itu aku sadar, aku dan Chaeyoung benar-benar berpisah mulai saat ini.

Aku hanya melihat punggungnya perlahan menjauh dan menghilang. Aku tak ingin mencegahnya karena aku pun sama. Jika aku menahannya, itu hanya akan membuatku berat untuk pergi. Lagi-lagi aku tidak punya pilihan atau lebih tepatnya, pilihanku tidak pernah terwudjudkan sejak dulu.

Aku sangat ingin menetap disini. Tapi keadaan yang tidak memungkinkan. Aku juga memikirkan Mommy. Kota Seoul menjadi bagian terburuk dalam hidupku untuk saat ini. Nama baik kami tercemar, perusahaan Daddy bangkrut dan juga perusahaan Mommy terkena imbasnya karena masalah yang dibuat oleh Eun Hwan sialan itu.

Aku bersumpah, tidak akan mengakuinya sebagai ayahku lagi. Mulai detik ini, ayahku telah meninggal walaupun pada nyatanya dia masih hidup di penjara. Aku juga akan menghilangkan margaku setelah aku dan Mommy pergi dari sini.

Suara pintu tertutup mengejutkan lamunanku. Chaeyoung benar-benar pergi. Dia sudah tidak ada disini lagi. Kami memang berpisah baik-baik tetapi perpisahan tetaplah menyakitkan. Aku tidak tahu kapan aku melihat sosok itu lagi. Aku akan sangat merindukannya.

"Chaeyoung, maaf aku tak bisa menurutimu untuk tetap disini. Aku percaya denganmu, kita pasti akan bertemu lagi baik kau yang menemuiku atau abku yang menemuimu. Mari bertemu lagi, Park Chaeyoung." Aku mengusap pipiku yang telah  basah oleh air mata.

MY COOLDEST SENIOR (CHAENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang