16. MALAM PERTEMUAN 1

1.8K 263 17
                                    

FLASHBACK
-DI MALAM PERTEMUAN-

Dua jam menjelang makan malam, Jennie melipat matras yang ia gunakan untuk melakukan workout. Gadis itu selalu menjadi berat dan bentuk tubuhnya. Maka, tak heran bila Jennie memiliki perut yang rata ditambah dengan otot yang membuat ia terlihat sangat-sangat seksi.

Tapi sayangnya, tak semua orang dapat melihat asetnya yang berharga itu. Jennie meraih handuk untuk mengusap keringat yang bercucuran di bagian wajah dan lehernya. Ia meraih botol minuman dan menegaknya hingga habis. Bersama dengan kepalanya yang mendongak, butiran-butiran keringat jatuh di kulitnya yang licin.

Pemandangan sore dari balkon Jennie menampakkan langit yang berwarna ke-orenan. Burung-burung membentuk kelompok untuk kembali ke rumahnya. Angin berhembus pelan dan sejuk. Jennie tak menyiakan kesempatan itu untuk menghirup napasnya dalam-dalam.

Setelah di rasa puas, Jennie masuk. Menggeser ke samping pintu balkonnya juga tidak lupa menarik tirai agar menutupi akses dari luar. Tubuhnya sudah merasa lengket. ia tidak sabar untuk mandi. Namun langkahnya ke kamar mandi terhenti, kala pintunya diketuk dari luar.

"Siapa?" tanya Jennie memastikan. Karena kali ini, ia sedang menggunakan sport bra dan celana legging panjang.

"Daddy, sayang." Eun Hwan menjawab dengan lembut.

"Tunggu sebentar," kata Jennie.

Gadis itu membuka lemari pakaiannya dan mengambil asal kaos di dalamnya. Segera ia memakainya lalu membukakan pintu untuk ayahnya. Jennie bisa menebak, kedatangan ayahnya hanya untuk memastikannya atau hal-hal yang berkaitan dengan pertunangan yang ia nantikan itu.

Pintu terbuka, menampakkan senyum Eun Hwan yang tertuju pada Jennie. Pria itu tampaknya baru saja pulang dari kantor. Tangannya membawa sebuah paperbag berwarna hitam elegan.

"Kau baru saja selesai olahraga?" tanya Eun Hwan yang entah kenapa membuat Jennie merasa malas.

"Appa tak bisa melihat keringatku?" sarkas Jennie.

Eun Hwan tertawa garing. Jennie terlihat lucu meski ia tahu kalau putrinya itu masih menyimpan kekesalan padanya.

"Daddy tahu. Kau masih kesal denganku. Daddy cuman ingin bilang terima kasih sudah mau hadir di pertemuan malam ini. Daddy pikir kau akan kabur tapi ternyata, putriku menginginkan pertunangan ini. Aku sangat bahagia," ujar Eun Hwan yang senyumnya semakin lebar.

"Anii, aku masih tidak tertarik dengan pertunangan itu," kata Jennie dingin.

"Tertarik atau tidak, ingin atau tidak, siap atau tidak dan bagaimana pun caranya kau harus bertunangan dengan Jong In. Ini sudah menjadi kesepakatan yang tak ter-elakkan, Jennie. Daddy sudah belikan gaun yang cantik untukmu. Pakailah untuk makan malam nanti."

Eun Hwan menyodorkan paper bag itu pada Jennie. Ini bukanlah hal baru untuknya.

"Hanya ini kan? Kalau gitu, aku mau siap-siap."

Jennie meraihnya dengan tidak ketertarikan sama sekali. Padahal dilihat dari luarnya, tentu saja pakaian itu sangat mahal. Mereknya sangat ternama.

Sejak dulu, jika ada pertemuan penting, ayahnya itu selalu membawakan pakaian mewah untuk Jennie. Eun Hwan ingin putrinya selalu tampil cantik dan mempesona.

Dulu, Jennie merasa sangat senang mendapatkan pakaian mahal dan cantik itu. Tapi semakin dewasa, Jennie jadi merasa menyedihkan.

Ayahnya membelikan pakaian-pakaian itu untuk membuat ia terlihat seksi. Pakaian itu hampir semuanya terbuka, mengekspos bagian pundak Jennie yang bersih. Pada akhirnya, Jennie memahami semuanya. Dirinya dan tubuhnya telah menjadi alat negosiasi ayahnya untuk kepentingan perusahaan.

MY COOLDEST SENIOR (CHAENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang