36. HUJAN RINDU

1.1K 166 13
                                    


MCS 36

Pria yang mengenakan kemeja putih itu langsung berdiri dan menyambar jas cokelatnya begitu menerima panggilan dari Jaehyun yang mengatakan Chaeyong dilarikan ke rumah sakit. Joosung terkejut setengah mati, jantungnya berdegup takut.

Joosung telah menduga, hal ini pasti akan terjadi. Hal ini lah yang ia takutkan jika Chaeyoung terus mencari bukti kecelakaan yang menimpa ibu dan teman kecilnya. Mereka berbahaya, bukan sembarang orang yang bisa dilawan. Joosung akan merasa sangat bersalah jika gagal menjaga putri semata wayangnya.

Dia memasuki mobilnya, memerintahkan supirnya untuk mengebut menuju ke rumah sakit. Sepanjang jalan Joosung tampak gelisah. Dia tidak menyangka, mereka benar-benar bertindak secepat ini. Dia pikir, belakangan ini Chaeyoung sering menyibukkan diri dengan belajar untuk menghadapi ujian nasional.

Insiden ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Joosung harus melakukan sesuatu untuk melindungi putrinya yang sedang dalam bahaya. Joosung sama sekali tidak tahu, siapa dibalik penyerangan ini. Oknum mana yang membuat peringatan pada keluarganya. Joosung sama sekali tidak tahu.

Pikirannya sedang tidak bisa diajak kerja sama. Kasus yang menumpuk, sidang yang akan ia lakukan benar-benar menyita waktu dan menguras tenaganya. Joosung melepas kacamatanya, memijit pangkal hidungnya lelah.

Setibanya di rumah sakit, Joosung berlari memasuki lobby dengan ponsel yang menempel di telinganya. Dia menghubungi Jaehyun untuk tahu dimana lokasi Chaeyoung saat ini. Joosung menekan tombol lift untuk naik ke lantai delapan. Di sanalah tempat Chaeyoung sekarang.

"Jaehyun, bagaimana kondisi Chaeng?" Joosung menghampiri Jaehyun di sana.

Melihat kedatangan ayah dari Chaeyoung, Jaehyun pun berdiri. Raut wajah Joosung terlihat sangat cemas dan khawatir. Bisa dikatakan, untuk pertama kalinya penampilan Joosung berantakan di hadapan Jaehyun.

"Masih di dalam, Om." Jaehyun menjawab lirih.

Joosung melihat baju seragam Jaehyun dipenuhi dengan darah yang ia sangat yakin adalah darah Chaeyoung. Tubuhnya serasa lemas, tatapannya meredup pada Jaehyun. "Apa yang terjadi?"

Jaehyun melirik sosok gadis di sebelahnya. Dia bingung harus menjawab apa. Gadis bersurai hitam itu adalah Irene. Irene mengangguk, yang artinya meminta Jaehyun jelaskan yang sebenarnya terjadi di depan gerbang sekolah tadi. Irene paham, Jaehyun pasti terluka saat menjelaskannya.

Kediaman Jaehyun membuat Joosung semakin cemas. Lantas, pria itu melangkah mendekat, lalu menyentuh lembut bahu Jaehyun. Irene bisa melihat kedua tangan Jaehyun mengepal di bawah sana, sedang mengendalikan dirinya.

"Tembak. Tembakan yang entah darimana tertuju pada Chaeng," suara Jaehyun bergetar.

Separuh nyawa Joosung seperti menghilang sejenak. Napasnya tercekat. Tembakan? Peringatan itu benar-benar sangat membahayakan putrinya. Joosung bersumpah atas nama istrinya. Dia akan mencari sosok yang mengincar putrinya. Tidak akan ia berikan putrinya dalam bahaya, ini yang terakhir.

Joosung mengambil ponsel di dalam sakunya. Ia menghubungi Lee Taeyong. Teman dekat Chaeyoung yang ia percaya selain Jaehyun. Joosung melangkah menjauh dari Jaehyun dan juga Irene.

"Kau sudah menghubungi Chanyeol dan lainnya?" tanya Irene.

Jaehyun menggeleng lemah. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain menunggu pintu geser itu terbuka. Kedua tangan Jaehyun yang terletak di atas pahanya gemetar. Laki-laki itu mengingat darah yang ada di bagian pundak Chaeyoung mengalir dengan deras.

Butiran-butiran keringat jatuh, juga air matanya turut menetes meninggalkan bekas di celananya. Laki-laki itu juga merasa ketakutan, cemas dan khawatir.

MY COOLDEST SENIOR (CHAENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang