39. SURAT & HUJAN

1K 183 24
                                    

Jennie-yaa, ini aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie-yaa, ini aku. Park Chaeyoung.

Apa kau makan dengan baik?

Apakah tidurmu nyenyak?

Bagaimana dengan asmamu?

Apakah kau bahagia sekarang?

Meski jauh dari pandanganku, aku berharap kau bahagia.

Kau tahu?

Aku tak lagi melihat gadis yang mengenakan rok diatas lutut dan tanpa dasi. 

Aku ingin menghukumnya tapi dia sudah tidak ada di sekolah ini. Seharusnya aku senang, karena aku tidak lagi repot menghukumnya, tapi aku malah merindukannya.

Hari ini aku berdiri lama sekali di belakang sekolah. Menunggumu. Tidak ada lagi yang memanjat tembok belakang sekolah untuk masuk diam-diam agar tidak dihukum oleh Osis.

Aku berharap kau datang.

Kau muncul dari balik tembok itu. Aku tak akan menghukum-mu jika kau muncul, Jennie.

Aku tidak akan memberi hukuman keliling lapangan yang membuatmu asma-mu kambuh. Tidak.

Aku, akan memelukmu lama dan erat hingga kau mengatakan tak bisa bernapas karena pelukanku yang terlalu erat.

Itu hukumannya.

Lewat pelukan itu, maka kau akan merasakan besarnya rasa rindu yang tak pernah tersampaikan padamu.

Aku sangat mengerti. Kau butuh waktu dan ruang untuk mengatasi semua ini.

Masalah yang terlalu berat untuk kau lalui sendirian. Aku ingin berada di sisimu seperti saat di apartemen Taeyong.

Aku ingin menenangkanmu, memelukmu dan menjadi tempatmu bersandar. Namun aku tidak bisa melakukan itu.

Jennie-yaa,

Boleh aku menemuimu?

Berikan jawabanmu, aku akan segera menemuimu apapun yang terjadi dan kapanpun itu.

PARK CHAEYOUNG

Usai membaca baris demi baris kalimat itu, derai air mata Jennie terus mengalir dengan deras. Dia mendekap surat itu erat, memeluknya selayak Chaeyoung ada di hadapannya saat ini. Jennie terisak. Perasaannya pun sama. Dia amat sangat merindukan penulis surat ini.

"Aku juga merindukanmu," lirih Jennie seraya mengusap air matanya kasar. Sejak kapan ia menangis? Entahlah, Jennie pun tidak menyadarinya.

Jennie menatap surat itu lagi, lalu memeluknya lagi dengan lebih erat. Dia ingin menyalurkan kerinduannya ini yang Jennie tahu sekuat apapun ia memeluk kertas itu tidak akan bisa menghabiskan rasa rindunya yang telah menggunung.

MY COOLDEST SENIOR (CHAENNIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang