[32] Thank You

121 17 0
                                    

"PUING PUING PUING PUING MVP KITA DATAAAAANG!"

Bahkan tanpa perlu menoleh, aku tahu siapa yang baru saja masuk ke kelas. Aku dan Darevan sempat saling melirik sekilas, namun langsung melengos begitu saja seakan di antara kami berdua tidak memiliki hubungan apapun.

Gemini malah menyenggolku, seakan sadar bila tadi Darevan sempat menoleh ke meja kami.

"Kenapa lo sama dia? Nggak ada apa-apaan, kan?"

Aku menggeleng. Memang nggak ada, kok. Beneran. Bahkan sampai saat ini, aku tidak mengatakan mengenai kebocoran hubungan kami di sekolah. Sepertinya dia juga tidak mengecek grup angkatan sama sekali, makanya tadi Darevan masih bersikap tak peduli padaku, seakan orang-orang masih belum tahu mengenai hubungan di antara kami berdua.

"Tapi kok dia begitu sama lu?"

Kayaknya Gemini sensitif banget deh, peka banget gitu jadi orang. Heran, kenapa sampai sekarang dia masih jomlo ya?

"Belum tau dia emang."

"Gila lo nyet?!"

Nggak gila, sih. Cuma, apa ya? Aku memang masih belum sempat membicarakan hal ini pada Darevan. Pertama, waktu itu dia semakin disibukkan dengan jadwal pertandingan. Kedua, dia sedang fokus turnamen. Ketiga, Darevan sedang menikmati pesta kemenangan bersama teman satu timnya sekaligus rehat sementara pasca pertandingan.

Tanpa kusadari, daerah meja Darevan semakin ramai, hingga membuatku serta Gemini menoleh ke daerah sana. Yak, aku kecolongan. Ternyata, si halu tiba-tiba masuk ke kelas dan menghampiri Darevan. Lantas saja hal itu membuat teman-teman di sekitarnya berteriak heboh.

"Congrast ya, Darevan. Nih, buat elo."

"Anjaaaaaaay! Dikasih hadiah, cuy!"

"Sama cewek lu dikasih hadiah juga, nggak?"

Darevan tampak mengernyit, kayaknya dia benar-benar nggak tahu tentang kebocoran itu.

"Thanks, tapi lo nggak perlu repot-repot," balas Darevan sekenanya.

"Terima aja anjeng, dah susah-susah dibeliin sampe dibungkus kado begitu. Hargain cewek lah!"

Aku tak lagi melihat ke arah sana. Sepertinya, memang salahku sendiri yang tidak memberitahu apapun ke Darevan, karena sekarang malah aku yang kepanasan.

"Bego banget sih lo, Sa! Ditikung tau rasa lo!" sungut Gemini.

Aku pun berdecak. "Ya ntar pasti temen-temennya juga ada yang nyeplos."

"Setidaknya kalau dia tau, dia punya alasan nolak hadiah dari tuh cewek halu. Aaaah. Kalah dah lo Sa, Sa."

Ini lagi Gemini malah makin membuatku bete.

"Eh! Ketua kelas! Bubarin tuh yang lagi rame-rame!"

Tidak ada angin, tidak ada hujan, Rexy yang tiba-tiba lewat daerah mejaku pun berhenti tatkala Gemini meneriakinya.

"Ya bubarin sendiri aja sana. Lagian, ngapa sih?" Rexy malah berbelok menatap ke arahku. "Lo nggak kangen ama yayang lo, Sa? Samper gih, keburu disalip ntar nangeeeees!"

Diiiih?! Ini dua orang kenapa klop banget sih kalau lagi memojokkanku?!

"Bacot!"

Rexy malah terkekeh. "Mending lo yang bilang sendiri, daripada dia denger dari orang lain dan dianggep nggak tau apa-apa. Tuh bocah kayaknya nggak tau lagi jadi topik heboh di sekolah selain karena jadi MVP."

Gemini langsung menarik lenganku. "Dia udah tau duluan tentang lo sama Dadar?!" cecar Gemini. Kayaknya gadis itu sadar kalau omongannya Rexy rada rancu; kayak dia sudah tahu semuanya sebelum foto itu tersebar.

"Gue yang nge-gep mereka duluan."

"Berarti elo yang nyebar foto di grup angkatan?" tuduh gadis itu.

Sejujurnya untuk foto tersebut, tidak ada yang mengaku siapa yang membidiknya. Salah satu pengirim hanya bilang dia mendapatkannya dari temannya, dan dia nggak bilang itu siapa.

Rexy pun berdecak. "Ya kalau gue ember, hebohnya hubungan mereka ya dari dulu-dulu, bukan baru-baru ini. Tanggung amat nyebarin berita kudu nunggu lama. Lagian, kayak penting amat ngumbarin orang pacaran. Dapet duit kagak, dosa iya."

"Tumben inget dosa? Mau mati ya lu Pak?"

"Saya selepet dulu sini bibir kamu, Juminten."

Perkataan Rexy benar adanya. Lagian, dari awal foto itu tersebar, aku sama sekali tidak mencurigai Rexy. Walaupun tengil, Rexy bukan termasuk orang dengan sifat ember bocor. Kalau dia mau menyebarkannya, dia pasti akan menyebarkan hubunganku dengan Darevan sejak dulu.

***

G. Darevan
Ini kyknya gw ketinggalan sesuatu
Anak2 dah pada tau kita pacaran?

Aku mendapatkan notifikasi yang langsung saja kubuka dan kubaca. Padahal kami sama-sama di kelas.

Hm

G. Darevan
Kok ga ngomong ke gw?
Gw keliatan bloon bgt tadi
Malah nyuekin lo lagi yang

Aku langsung melotot ke arahnya saat dia tiba-tiba saja berdiri. Secara tersirat, aku menyuruhnya untuk kembali duduk. Aku tahu dia mau menghampiriku.

Jgn ke gw dulu!
Mls gw diliatin nanti

Aku tahu Darevan membacanya, bahkan dia terlihat masih menatap ponselnya. Tapi, kayaknya dia bodo amat dan malah kembali beranjak dan berjalan menuju ke kursiku. Duduk di kursi depanku dengan posisi yang tentu saja mengarah padaku.

"Ngapain lo nyet ke sini?" sarkas Gemini.

"Ih, ada anjing galaknya. Masukin ke kandang dulu dong, Ndut, anjing galak lo."

"Guk guk guk tai lo!"

Darevan malah terkekeh, lalu kembali menatapku. "Sejak kapan mereka pada tau? Berarti sekarang kita official, kan? Nggak perlu ngumpet-ngumpet lagi?"

Dari cengirannya yang tercetak di bibirnya itu, aku tahu kalau dia justru merasa senang dengan berita tersebut, kendati dirinya terlambat mengetahuinya.

"Seneng lo dah official beneran?" sahut Gemini yang malah bagiku terdengar cukup sarkas.

"Seneng dwoooong!"

"Lagak lo. Kemaren--"

Aku langsung melotot ke arah Gemini, mengirimkan sinyal untuk tidak mengataksn apapun; karena sepertinya aku tahu apa yang akan keluar dari mulutnya itu.

"Kemaren apaan?"

Gemini tampak menghela napas. "Baek-baek dah lo berdua. Jangan lupa PJ, pokoknya gue nggak mau disogok yang murahan, minimal sirloin steak. Bye-bye anak pungut!"

Gadis itu langsung saja beranjak dari kursi dan meninggalkan kami berdua. Untuk pertama kalinya, kami bisa leluasa di kelas berduaan. Tapi entah mengapa, aku tetap merasa tak enak, sebab ada saja mata yang menatap ke arah kami berdua, entah memang hanya perasaanku saja atau bagaimana.

"Kok bisa bocor? Gimana ceritanya?"

Beneran deh ni anak. "Lo nggak buka grup chat angkatan?"

Darevan menggeleng. "Nggak pernah gue buka dari jaman jebot. Chatnya juga selalu gue apus."

Pantas saja. Akhirnya, aku menceritakan bagaimana kronologi kebocoran hubungan kami berdua--minus orang-orang yang menyakiti hatiku apalagi si cewek halu. Entah kenapa, aku malas menceritakannya.

"Tapi ini nggak papa, kan? Nggak perlu lagi kan kita ngumpet-ngumpet?"

"It's okay. Mau gimana lagi? Pasti lo nggak seneng kan kalau gue denial terus?"

Mau denial pun, buktinya juga sangat jelas.

Darevan meraih tanganku untuk digenggam, lalu tersenyum cukup lebar. "Makasih."

Dia kayaknya kelihatan bahagia banget, walaupun Darevan nggak tahu kalau aku sedikit menderita atas bocornya hubungan ini.

***

Ndut.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang