[22] UWU

240 29 7
                                    

Minggu-minggu ini disibukkan dengan ujian, membuatku serta Darevan jarang bertemu, bertemu di belakang maksudnya, apalagi latihan voli si cowok bambu itu semakin intens. Sebenarnya, dia juga kusuruh untuk tidak sering-sering ke rumah, apalagi Darevan bisanya cuma malam. Karena, kupikir, daripada dia kelelahan habis latihan, lebih baik dia pulang lalu tidur. Daripada harus mengunjungiku terus-menerus.

"Sa."

Aku hanya berdeham, tidak berniat untuk menoleh karena masih ingin fokus membaca hapalan biologi yang membuat kepalaku pusing. Mungkin sekitar sepuluh menit lagi bel berbunyi, tanda ujian akan dimulai.

"Kok ada yang aneh ya sama lo?"

"Aneh apaan?" Entah kenapa, tiba-tiba saja darahku berdesir. Bukan, maksudku, aku takut saja kalau ketahuan pacaran sama Dadar. Waktu itu kan bilang menolak mentah-mentah si Dadar di depan Gemini. Mau ditaruh di mana mukaku? Aspal?

Gemini memerhatikanku sejenak, dengan kerutan dahinya yang semakin meningkatkan kepanikanku. "Apaan sih lo?! Nggak jelas!"

"Nggak, nggak, ini aneh. Apa cuma gue aja ya yang merasa?"

Sebelum bel berbunyi, kami semua memang belum diperbolehkan masuk ke kelas. Katanya, sih, biar ruangannya steril. Bah! Padahal cuma UTS doang.

"Nggak usah ngadi-ngadi lo! Belajar sana! Dikit lagi mau bel!"

"Halah. Baca nggak baca juga hasilnya sama aja. Tapi serius, deh. Kok pipi lu tirusan ya, Sa?"

Hening, sejenak.

Jadi, dia cuma mau ngomong itu doang?!! Aku kira apa!

"Ah? Masa sih?" balasku sambil mesem-mesem.

Gemini pjn langsung menoyor kepalaku. "Seneng lo gue bilang kurusan?! Lagi diet lo?"

Aku pun cengengesan. "Iya."

"Tumben?" Gemini menaikkan alisnya. "Biasanya juga nggak peduli. Ada alasan apa lu diet?"

"Masa gue nggak boleh diet?!"

"Aduh muncrat anjing," Gemini mengibas tangannya ke arahku. "Bukan begitu. Motivasi lu buat diet itu apa? Jangan bilang karena seseorang?"

Aku langsung mengalihkan pandangan. Sial! Kenapa dia selalu bisa menebak dengan benar, sih?!

"Apaan dah? Gue diet karena pengen lebih sehat aja. Masa nggak boleh?"

"Ya boleh dong, zeyeng," Gemini merangkulku. "Nggak papa diet, tapi yang penting bukan nggak makan sama sekali. Udah turun berapa kilo lu?"

"Males nimbang, biar termotivasi aja pas sekian lama nggak nimbang, nggak taunya body gue udah kayak Taylor Swift."

Selanjutnya, kami pun saling tertawa. Bel pun pada akhirnya berbunyi tepat pukul delapan. Karena kami ujian di ruangan yang berbeda, Gemini pun pamit menuju ruang ujiannya. Sedangkan aku mengeluarkan tempat pensil dan bersiap masuk ke dalam setelah guru mempersilakan.

Ujian kali ini duduk sendiri-sendiri. Dulu sih sempat berdua, tapi kalau nggak sama kakak kelas ya adek kelas. Namun, ternyata hal yang kayak gitu tetap bisa membudidayakan contekan. Makanya sekarang peraturannya diganti untuk duduk sendiri-sendiri dalam jangkauan yang cukup jauh.

Setelah guru masuk, kami mengekori sekaligus menaruh tas di depan kelas, lalu duduk di bangku masing-masing sesuai nama dan nomor ujian yang tertera. Kebetulan, aku duduk di paling pojok belakang kelas.

Sebelum ujian dimulai, pun seperti biasa kami berdoa. Setelahnya, aku menunggu kertas dibagikan ke meja masing-masing. Iseng, aku merogoh laci meja yang--

Ndut.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang