[13] Library

266 32 3
                                    

Semua aman terkendali, sampai saat ini. Kuperhatikan Rexy cuek-cuek saja saat aku atau Darevan atau kami berdua berada di dalam satu ruangan. Baguslah. Berarti dia menepati janjinya. Awas saja kalau mulutnya benar-benar ember.

Tiba-tiba saja layar ponselku menyala, untung saja modenya kuubah menjadi mode diam. Namun sesegera mungkin kegeser ponselku di meja mendekat ke pandanganku. Saat aku melihat nama yang tertampil di layar, sejenak aku melirik Gemini dari ekor mataku, melihat apakah dia sedang memerhatikanku atau tidak.

Kugenggam ponselku, kemudian kubuat mode penerangannya lebih redup agar Gemini tidak bisa mengintip.

G. Darevan
Beb
Ndutt
Ayank
Sayang
Laper
P
P
P

Aku melirik ke arah Darevan yang memang masih di kelas, kemudian mendengus. Kubalas dengan cepat dan bernada tegas.

himsa
Kalo laper makan
Bukan ngechat
Gaje lu

G. Darevan
Ndut galak ih:(
Takut
Ke kantin yuuuk

himsa
Puasa.

G. Darevan
PUASA APAAAN?!!!
Tadi gw liat lu makan gorengan yak ama mini
Wkwkwk

himsa
Budu umut.
Jgn bacot.
Gemini mulai curiga.

G. Darevan
Ke kantin doang elaaaaah
Gaada yg tau
Gw spoilerin nih?

Kali ini aku menoleh sempurna pada Darevan yang berani-beraninya mengancamku. Aku pun melotot saat dia memeletkan lidahnya ke arahku, lalu dia masih sok asyik memainkan ponselnya.

HAH. Lo kira gue juga nggak bisa ngancem? Let's see.

himsa
Lo spoiler
KI-TA PU-TUS!

"ANJING!"

Semua kepala langsung berporos pada Darevan yang baru saja bermisuh ria itu. Masalahnya, bacotnya itu lumayan gede, dan di kelas sedang tidak begitu ramai walaupun sekarang jam istirahat. Alhasil, orang lain menatapnya dengan heran. Aku sendiri deg-deg-an setengah mati saat melihat sikap spontanitasnya itu.

Darevan yang sepertinya mulai sadar akan situasi, langsung berkilah, "Anjinglah, kuota gue abis. Bob, tethering, dong. Nanggung nih dikit lagi downloadnya!"

"Lah, setan. Kuota gue yang lu abisin minggu lalu aja belum lo balikin, bangsat," bales Bobby dengan nada sewot.

Aku tahu bukan itu masalahnya. Aku sempat melihat Darevan yang melirikku dengan sorot... marah? Dia berkacak pinggang, lalu keluar dari kelas seakan dia kesal karena Bobby tidak membagi kuotanya.

"Lah si kambing ngambek. Ngapa sih dia? Baperan amat."

Yang lainnya hanya mengedikkan bahu. Dan aku? Tolong periksa hatiku, karena sepertinya saat ini aku tidak punya hati.

Aku berdecak, entah kenapa merasa bersalah. Gemini pun menyenggol lenganku, aku menoleh dengan rasa tak minat.

"Si Dadar jadi emosian gitu gara-gara lo tolak kali, Sa," bisik Gemini. "Jadi gila dia kayaknya lama-lama."

"Apa hubungannya sama gue coba?"

"Lah, dia suka sama lu, Sa. Masa lu masih nggak ngeh juga, sih?" Gemini mengerutkan keningnya. "Nih ya, Sa, gue bukannya nyeramahin lo. Walaupun si Dadar banyak tingkah, goblok juga kadang-kadang, dia punya banyak nilai plus. Gue yakin fansnya di sekolah ini setumpukan sampah, tapi dia milih lo. Maksud gue, hellow Sa? Pangeran udah di depan lo, kenapa nggak lo sambut?"

Aku diam, sebenarnya lebih malas menanggapi, karena aku juga tidak tahu apa yang harus kujawab.

"Apa jangan-jangan karena lo nggak pede? Takut sama diri sendiri?" Gemini berdecak, lalu memutar bola matanya. "Lo cantik, Sa. Jangan nggak pede gitu, sih. Nggak semua cowok ngeliat cewek dari fisiknya aja. Lagian, Darevan kan juga dari dulu satu sekolah sama lo, dia kenal elo udah dari lama. Dia suka sama lo ya mungkin karena dia ngerasa nyaman sama lo. Dia udah tahu banyak tentang sifat-sifat lo, mungkin itu yang dia sukain dari elo. Jangan melulu dikaitin sama tampang dan fisik, karena semua pandangan orang-orang beda."

Ndut.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang