- Buat C. Winona
Kita pernah tinggal di Sewonderland seolah-olah itu adalah Sonderland yang ajaib. Bintang-bintang berkonstelasi menghias plafon atap kota kita, berkelap-kelip mendiskoriakan malam. Dan sebagai mahasiswa seni, kita dulu kerap mengakrabi pameran. Skateboard dan skate punk, seni jalanan, grafis, dan lukas-lukis kanvas.. ah, terkadang rezeki kita cadas.
Terkadang kita hanya seonggok daging yang membeku di pendingin kulkas. Terkadang kita hanyalah sajak-sajak Louise Glück di atas kertas. Doodle-doodle puitis engga jelas. Pulitzer Price-nya cukup se-slot pengalaman di kolom bawah pada kertas CV. Kau pernah bertanya, "Siapa seniman dari seni murni ISI di angkatan kita, empat belas, yang karya-karyanya paling kau sukai?" "Oh, omae wa mou shindeiru." "Nani?!"
Sekarang kau menetap di Kuta - Bali. Gadis yang akrab kupanggil Una, kembali akrab dipanggil Chelsea. Kaupun bertanya, "lantas apa makna dari Williandra?" Oh Una, seperti kata Shakespeare: "apalah arti sebuah nama". Ibu mau aku tumbuh menjadi penyair seperti W.S Rendra. Tapi sekali-kali tidak, aku tidak ingin menjadi Rendra yang kedua. Aku hendak menjadi Williandra Reza Riskie yang pertama.
Kita pernah tinggal di Sewonderland seolah-olah itu adalah Sonderland yang ajaib. Narsistik, egosentrisme, dan megalomania: kita kepompong yang bertengger di ranting-ranting dunia. Tumbuh dewasa dengan paham cinta yang kontemporer: cinta yang menggetarkan kestabilan moneter. Dan aku menganut sakramen dan ritus rindu yang ortodoks. Oh mantanku, aku bersaksi bahwa kabar tentang keelokkanmu sesungguhnya bukanlah sebuah Hoax.
Ya, bahwa kabar tentang keelokkanmu sesungguhnya bukanlah sebuah Hoax.
(2021)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sihir Daring dan Cinta Yang Kontemporer
Poetry"Sihir Daring Dan Cinta Yang Kontemporer" merupakan sebuah antologi puisi (manuskrip), berisi 55 sajak yang dipecah ke dalam 3 babak dengan tema khusus mengikuti tema umum pada buku. Buku ini menyambut disrupsi budaya dalam dunia percintaan dan perg...