Dia gadis berselimut cahaya bulan, duduk di pinggir jalan. Bantalnya setumpuk koran yang tak laku-laku : ia tak pandai baca. Atapnya kolong flyover yang tak berlampu dan tak bercahaya.
Pada suatu Mata Najwa, mata Nana membaca ikhlas pada wajah gadis yang menyeberang itu. Ditinggalnya tontonan YouTube di telepon genggamnya dan di kejarnya habis penjaja tiket cilik tersebut. Tapi alhamdulillah. Si gadis sudah dijemput kereta ngebut, membawa tiket dan pulang ke kampung halamannya — ke kampung halaman Nana juga. Nana berair mata.
: Entah kapan lagi ada tiket yang selanjutnya.
(2021)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sihir Daring dan Cinta Yang Kontemporer
Poésie"Sihir Daring Dan Cinta Yang Kontemporer" merupakan sebuah antologi puisi (manuskrip), berisi 55 sajak yang dipecah ke dalam 3 babak dengan tema khusus mengikuti tema umum pada buku. Buku ini menyambut disrupsi budaya dalam dunia percintaan dan perg...