Ketika Itu Motor Mogok dan Adik Jadi Harus Ikut Jalan Kaki; Kita Membelah Malam

54 3 0
                                    

- Q; Take Me Where You're Heart Is.

...

"Satu-dua, satu-dua, yah ayunkan kaki kiri adik setengah langkah ke belakang. Ikuti tangan abang, peluk! Tenang, abang memegangimu – sayang."

(♪  "I'm so into you, but I don't know where I've been, oh (oh).
I just want you to, to take me where your heart is" ♪)

Sialan, lagu ini membuatku ingin memacari anak gadis orang. Seperti puisi eyang Sapardi - kami berbagi earphone, aku sebelah kiri dan dia sebelah kanan. Entah mana yang left, entah mana yang right. Kami terus saja jalan.

Melihat sorot lampu jalan memantul pada spektrum warna di bola matanya yang berkelindan, membuat aku bertanya-tanya : "Where should i go? To the left, where nothing is right? Or to the right, where nothing is left?" – ah, di-tweet dululah. Sedari tadi ia hanya sibuk menata rambut yang sebenarnya tidak begitu kusut, lalu bertanya:

"Cantik gak?"
"Cantik kok, kamu seperti Ariel."
"Loh? Kenapa Ariel?"

Aku hanya tersenyum seraya berujar dalam hati, "Because, we mermaid to each other"  dan malah berkata:

"Gapapa hahaha"
"Oh, aku pikir mau bilang kaya kata Uus, 'Arielly-really-really love you' gitu."

Kamipun tertawa canggung tidak tahu harus bagaimana, "Hahahahahahahaha," seolah kami tahu hubungan ini tidak lebih hanya sebatas candaan saja.

"Aku ga bercanda kok" katanya sambil semakin erat merangkul lenganku yang semakin berat, "kalau sudah begini, rasanya, aku jadi berharap tidak ada hari esok."

"Tidak ada hari esok ya, aku suka itu," kataku pelan sambil menahan gusar "Sebab jika ada hari esok, maka aku dalam masalah besar."

Plung. Bulu mata seseorang rontok di sudut tempat lain saat ia menerawang ke luar jendela. Mengutuk tambatan hatinya yang tak kunjung mengangkat telepon sejak pukul dua.

(2020)

Sihir Daring dan Cinta Yang KontemporerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang