Intoxicated By The Romance Of The Unusual 1.11 : Akhir Zaman

72 3 0
                                    


Kucingnya yang Simba dipangkunya di selasar kamar, sambil ditontonnya kunang-kunang berguguran dari balik kubah langit tempat jet-jet tempur meledak dengan sengit bak kembang api yang menjerit-jerit itu. Kucingnya yang Nala - di sebelah kulkas - mandi dengan khusyu. Ini adalah hari dimana bumi mati, ketika Sang Arsitek keluar dari sarang zaman setelah Dandelion menekan tuas daya pada tubuhnya yang logam - pada programnya yang cakram. Berdecitlah sendi-sendi mesin dan geriginya, "SANG ARSITEK TELAH BANGKIT!" teriak para domba berseragam yang tumpah ruah di simpang-simpang jalan.


"Sudah saatnya kah, Dandelion?" bisik Maya.


Cintaku, cinta lima titik kosong. Aku melamuni tubuhnya pada telepon hologram, sesaat sebelum koneksi data di seluruh kota padam. "Maya," lirihku, "hatiku tertodong oleh senyummu, dan rasa kangen bergetar di antara udara pada ruang lowong yang sepi tanpa kehadiranmu." Ia tersenyum kecil, lalu dipakainya kembali pakaiannya yang tanggal, "Aku kangen kamu juga, berandal. Telah aku lampirkan fotoku lewat surat-e yang baru saja aku kirim, cetak dan simpanlah. Temui aku besok di antara utara dan timur tepat sebelum matahari naik sepenggalah" Bip/Bip.


Kira-kira enam puluh hasta. Dan prototipe kedua Sang Arsitek tersebut mereka sebut dengan 'Havva'. Portal-portal terminal paralel antar dunia web telah ditutup, mustahil aku bisa berkunjung kembali ke rumah ibuku yang sudah renta. Langitpun meredup. Havva menyapu bersih seisi kota. Langit menghitam. Solar panel telah padam. Pun harapan akan hari depan tampak semakin bertambah kusam. Sudah pukul 6, "maaf Ibu, aku tidak bisa bawakan makan malam." Kepada Tuhan, aku bersimpuh dalam do'a untuk sebuah keselematan, karena hanya di tanganmu lah roda-roda zaman langgeng. Tiada yang lain selain hanya Engkau lah satu, hidup dan matiku. Tiga, Dua, Satu. "Tuhan ampunilah aku."


: meledak


Kucingnya yang Simba dipangkunya di selasar kamar, sambil ditontonnya kunang-kunang berguguran dari balik kubah langit tempat jet-jet tempur meledak dengan sengit bak kembang api yang menjerit-jerit itu. Kucingnya yang Nala - di sebelah kulkas - mandi dengan khusyu. Ini adalah hari dimana bumi mati, ketika berandal-berandal melaju kencang ke jantung kota lewat lorong lalu lintas bawah tanah dengan kendaraan bermotor dan mobil-mobil berlapis baja. "Intoxicated by the romance of the unusual" kata sebuah suara dari headset nir kabel di telinga helm. "Apa?" "Itu penggalan kalimat dari Ernest Hemingway, Al."


"Live the full life of the mind, exhilarated by new ideas, intoxicated by the romance of the unusual."


Cahaya di ujung lorong seperti setitik asi dari puting-puting ibu bumi bagi kami anak-anak kehidupan yang merengek terhadap kehidupan yang bising. Apabila telah kami kecup puting tersebut, maka gelora kehidupannya yang nyata akan semakin bertambah nyata. Itulah realita hidup di dunia, seperti lapisan realitas-realitas yang jelas dan ambigu - jadi satu - maka hidup butuh rambu-rambu. Dan di ujung jalan itu, hanya senyummu yang kupegang seperti kusir pada kepang kuda di belantara perang, di antara musim yang tidak pernah tenang. "Terima kasih, Saatchi," bisikku kepada asisten AI pribadiku, "Ernest Hemingway ya."

Tapi...


(2021)

Sihir Daring dan Cinta Yang KontemporerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang