Happy reading
Jangan lupa vote + comment🤗
Kalau ada typo bisa bantu tandai supaya lebih cepat diperbaiki, terimakasih.❤❤❤
Menyendiri adalah salah satu cara orang untuk menenangkan pikiran begitulah yang dilakukan Yuna, ia memperhatikan langit biru cerah di siang hari, memperhatikan setiap langkah orang-orang yang beraktifitas dibawah sana.
Lagi dan lagi ia hanya mampu menghela napas entah sudah kesekian kalinya, pada akhirnya semua terasa sangat mengecewakan, semuanya terasa berat untuk ia terima.
Apa mencintai seseorang dalam diam dan dia adalah sahabat kita sendiri akan berakhir semenyakitkan ini seharusnya ia tidak membiarkan rasa cintanya begitu dalam karena saat seperti ini akan terasa sesak yang amat menyakiti.Salah, ini salahnya sendiri kenapa harus menaruh perasaan berlebihan terhadap sahabat sendiri, sudah tahu pada akhirnya bagaimana namun tetap membiarkannya begitu saja.
"Semoga kamu selalu bahagia Davin." Yuna bergumam, bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.
"Yuna, kita cariin lo kemana-mana!"
Tepat di depan pintu masuk rooftop berdiri dua sahabatnya, Anjas dan Helly, "Ngapain sih main pergi gitu aja, ninggalin kita!" Ucap Anjas.
"Lo angap kita apa?" Tanya Helly sambil menghampiri Yuna.
"Maaf," hanya kata itu yang mampu Yuna katakan, kepalanya menunduk dalam bibirnya ia gigit kuat agar suara isakannya tidak terdengar.
"Kita itu sahabat lo, apa dengan nyimpan semuanya sendiri lo bakalan ngerasa lebih baik? Enggak, kan!" Anjas memegang kedua bahu Yuna yang bergetar tidak lama kemudia ia peluk tubuh kecil Yuna.
Bibirnya bergetar menahan isak tangis. Anjas mengelus punggung Yuna dengan gerakan lembut, begitupun Helly mengusap bahu Yuna berlahan, "hiks..." isakan tangisnya sudah tidak bisa ia sembunyikan, dipeluknya erat tubuh Anjas tangisnya kian deras.
Mereka hanya bisa menatap Yuna penuh akan rasa iba.❤❤❤
Satu sekolah gempar perihal berita Davin yang akan bertunangan dengan Siska, tapi sebagian dari mereka tidak percaya akan hal itu dan beranggapan berita itu tidak benar.
Tetapi mereka yang tidak percaya mulai merasa goyah dengan argumennya. Semua orang di kantin menatap tidak percaya di depan pintu kantin berjalan dua pasangan yang saling bergandengan tangan memamerkan kemesraan, Siska tersenyum kian lebar saat mengetahui bahwa dirinya menjadi pusat perhatian.
"Sayang, kita makan di meja sana yuk," ajak Siska tanpa melunturkan senyum lebarnya.
"Hmm," angguk Davin singkat.
"Gila sih jadi rumor itu bener."
"Gue lebih setuju kalau Davin sama Yuna."
"Cocok anjir, sama-sama murid berprestasi."
"Gue ga rela babang Davin diambil!"
"Populitas cogan berkurang kalau gini."
Masih banyak terdengar bisikan-bisikan di penjuru kantin, seakan mereka sedang membicarakan artis saja, begitu heboh.
Helly, Anjas, Vino, Rangga dan Daren menatap tidak suka pada dua manusia yang sedang bermesraan di pojokan meja kantin, sahabatnya Davin begitu intes memperhatikan dua sejoli itu, mereka masih bingung ada apa sebenarnya, kenapa Davin bisa-bisanya mau bertunangan dengan Siska bahkan baru beberapa waktu lalu Davin masih sering menceritakan perasaan cintanya pada Yuna
"Kayaknya si Davin kena pelet deh," Kata Daren sambil tangannya mencomot kentang milik Rangga.
"Nah bener tuh, kemarin-kemarin dia kayak engga suka di deketin Siska tapi sekarang kenapa tiba-tiba kayak gitu ya." Helly menimpali.
"Buset, pakek pelet apa dia, gue mau nyoba dong, mau pelet si anu." Daren berkata sambil tangannya mencomot beberapa kentang dari piring Rangga.
Brakkk!!
Rangga memukul meja kesal, "lo kenapa sih ngambil kentang gue mulu, beli sana! Katanya orang kaya kok beli kentang aja enggak mampu." Rangga berkoar kesal.
"Elah pelit amat lo, sama temen sendiri juga!" Daren mencebikan bibirnya.
"Enggak usah jadi temen gue lagi pergi sana, sama Davin syuh syuh." Rangga mengibaskan tangannya tanda mengusir.
"Kok lo tega sih." Rangga memasang wajah yang amat menyedihkan.
"Dahlah ribut mulu, empet nih telinga gue!" Kata Vino menahan kesal.
Yuna terkejut saat dirinya ketahuan melirik Davin, Yuna hanya memberikan senyuman tipisnya namun Davin sama sekali tidak membalas senyumannya membuat hati Yuna mencelos, dalam satu malam semuanya berubah padahal baru kemarin ia dan Davin baik-baik saja.
"Yun lo enggak makan?" Tanya Rangga.
"Ah iya aku lupa pesen, sebentar ya," baru saja ia beranjak dari kursi tangannya dicekal Daren, "mau gue pesenin?" Daren menawarkan.
"Enggak usah, aku bisa kok sendiri," tolaknya halus.
"Permisi Bu, mau pesen seblak ya, yang level empat" ucap Yuna sopan yang diangguki Ibu penjaga kantin.
Sudah sekian lama ia tidak makan pedas, mungkin dengan makan seblak pikirannya bisa teralihkan sementara, mata Yuna berbinar saat membuka kulkas kantin matanya menatap penuh minat pada minuman soda berwarna merah, baru saja tangannya menggengam minuman tersebut tapi ada orang yang mengambilnya kasar lalu membantingnya ke lantai.
Brakk!!
Botol minuman itu hancur, isinya sudah keluar mengotori lantai kantin, Yuna memblakakan matanya terkejut ia begitu syok.
"Kamu, mulai nakal hmm!" Suara itu begitu rendah dan terdengar menakutkan membuat tubuh Yuna menegang.
"Maaf," suara Yuna berketar ketakutan.
"Bu ganti kayak biasanya!" Pinta Davin ke Bu Titin
"Iya den," Bu titin cukup merasa kasihan pada Yuna, dimana setiap siswa/i bebas memilih dan membeli makanan sesuai keinginan sendiri, hanya Yuna saja yang harus memakan apa yang Davin pesankan.
Davin berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun lagi, Yuna masih menundukan kepala dan memperhatikan sepasang sepatu yang mulai melangkah menjauh.
Hari ini Davin berbeda karena biasanya lelaki itu berbicara lembut tapi kali ini Davin melontarkan kata-kata bernada dingin dan tajam, nada yang bahkan jarang ia dengar selain kelembutan membuat tubuh Yuna menggigil ketakutan, memang Davin ketika marah akan mengucapkan kata-kata yang dingin dan tajam namun kali ini tersirat suatu hal yang berbeda.
❤❤❤
Maaf atas keterlambatan up nya
Aku enggak tau apa masih ada orang yang nunggu cerita ini up
But buat kamu yang masih nunggu makasih ya udah sabar.Selama 2 bulan kedepan aku masih praktik kerja lapangan jadi agak susah membagi waktu untuk buat cerita
Tenang aja, aku usahain up ya meski dengan waktu yang tidak cepat🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...