Happy reading, jangan lupa vote and comment😁
Apabila ada kesalahan ketik mohon bantu ditandai yha....
❤❤❤Jika yang menjadi sumber kebahagiaan
Tidak ada, bagaimana orang itu
Bisa bahagia?Hari ini seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi Yuna, dimana usianya bertambah satu tahun, tapi bagaimana ia bisa bahagia dan tersenyum jika baru kemarin menghadapi beratnya rasa kehilangan, bukan hal sepele jika kehilangan orang berarti dalam hidup.
Yuna hanya mampu memandang foto figuran ia dan ibunya saat dulu pergi liburan bersama tapi dulu sekarang sosok penyang tersebut telah pergi jauh, meninggalkan ia sendiri di dunia yang keras ini.
Pada usianya ke 17 tahun, Yuna menerapkan dirinya untuk tidak merayakan hari ulang tahun kalau ia merayakannya sama saja dengan ia mengingat duka.
"Happy brithday to you...." terdengar ucapan selamat ulang tahun, suara husky lelaki berhoodie hitam terdengar sangat antusias, disana lelaki itu berdiri tepat di pintu apartemen dengan tangan kanan membawa kue dan tangan satunya membawa balon.
Jika saja tidak ada duka, maka ia sangat bahagia namun apa daya duka sudah mengubahnya, saat ia merayakan hari ulangtbahunnya maka sama dengan dirinya merayakan kematian Ibunya.
Tangannya berlahan terkepal erat, melihat orang di depannya begitu tajam, tidak ada lagi pandangan lembut untuk lelaki di depannya, sekarang perasaan marah dan kecewa memanipulasi hati serta pikiran, kemana saja lelaki ini kemarin hari saat dirinya memang sangat memerlukan kehadiran Davin kemana dia pergi, katanya apa pun yang terjadi dirinya akan menomor satukan Yuna diatas segalanya.
Yuna masih ingat betul kalimat tersebut keluar dari bibir manis lelaki itu.Secepat kilat ia menampik tangan Davin membuat kue yang tadinya dipegang menjadi jatuh ke lantai, mengabil balon lalu membuangnya kesembarang arah.
Davin hanya mampu menatap Yuna bingung, kemudian teralihkan ke bawah melihat keadaan kue kini sudah tak berbentuk lagi, kembali estitensinya menatap sorot mata Yuna untuk pertama kalinya sorot mata tajam nan penuh intimidasi tertuju memandangnya, serta ia begitu terkejut kenapa tiba - tiba Yuna menampik kue ulang tahun yang sengaja dibeli untuk memberi kejutan ulang tahun Yuna.
"Kamu kenapa?" Kedua tangan Davin megang bahu Yuna, memandang gadis didepannya penuh sorot tanya.
Yuna menampik keras tangan Davin, "kemana aja kamu dari kemarin!?"
Bungkam, mukut Davin seakan terkunci rapat,"aku-," belum sempat kalimat terselesaikan langsung terpangkas oleh Yuna.
"Kamu janjinya kemarin nemenin aku, tapi apa...?"
"Cuman karena hal sepele gitu kamu marahnya sampai segini? Please kamu tenang dulu aku bakal jelasin."
Mata Yuna berkaca-kaca, apa cuma katanya,"Kemarin aku butuh kamu dan kamu lebih mentingin Siska, dimana janji kamu bakalan selalu ada?." Biarlah ia egois.
"Kemarin itu-."
"Nggak usah ngelak, lebih baik sekarang kamu pergi, urus pacar kamu," kata Yuna parau.
Langkah kaki Yuna mulai melangkah menuju pintu keluar apartemen namun belum sempat melewati pintu Davin lebih dulu mencekal tangan Yuna erat mencegah gadis itu mengambil langkah kembali.
"Tolong jangan gini, aku minta maaf." Davin menunduk dalam penuh akan rasa bersalah.
"Maaf?" Ucap Yuna sinis.
"Kamu lupa sama janji? Masalah itu bisa aku maklumi tapi coba kamu mikir kemarin aku butuh kamu, kemarin hikss...kemarin-." Runtuh sudah benteng bertahanannya.
Kepalanya sendari tadi menduduk kini terangkat menatap objek gadis mungil nampak rapuh, wajahnya penuh derai akan air mata, tentu Davin tidak suka jika Yuna menangis seperti ini, seakan ada suatu hal membuat hatinya terasa teremas.
Direngkuhnya tubuh mungil Yuna, sebelah tangannya memeluk pinggang ramping Yuna dengan erat, satu tangan lainnya ia gunakan mengelus punggung bergetar Gadis itu secara lembut berusaha menimbulkan kesan menenangkan.
"Ma-af hiks...kemarin Ibu m-meninggal terus ninggalin ak-aku hikss dan kamu gak ada buat aku memarin," meski sesenggukan ia mampu mengutarakan deretan kalimat meski terbata.
Davin tertegun mendengar semua deretan kalimat tersebut antara percaya atau tidak tapi mana mungkin gadis mungil di pelukannya ini berdusta tentang kematian orangtuanya, detak jantungnya berpacu cepat bagaimana pun Nisa selaku Ibu sahabatnya juga ia anggap sebagai Ibunya sendiri, jadi kemarin Yuna sangat membutuhkannya dan ia malah menemani Siska dan melupakan janjinya bersama Yuna.
'Kamu bodoh Davin'
Sekuat tenaga menahan sesuatu yang ingin keluar dari pelupuk matanya, jangan sampai ia ikut menangis lalu memperkeruh keadaan, disini Davin harus bisa menyemangati Yuna, membantunya bangkit.
Makin erat memeluk tubuh bergetar Yuna membiarkan suara tangis terendam dalam dada bidangnya, membiarkan tangan lentik itu mencengkram erat hoodie hitamnya, membiarkannya melepaskan segala belenggu emosi kesedihan.
❤❤❤
Terimakasih telah membaca😊
Maaf karya ini belum sempurna masih banyak kekurangan....

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Fiksi Remaja"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...