Happy reading:-)
"BERHENTII." Bentak Daren, sebenarnya Daren dan Vino sudah menunggu Davin cukup lama di kantin namun Davin belum juga datang sampai jus apel pesanan Vino habis.
Mereka berinisiatif mencari Davin, sampai Vino menanyakan pada salah satu adik kelas yang tadi melihat Davin berjalan menuju taman belakang sekolah.
Sampai disana mereka melihat Davin yang tengah memukuli Valdo membabi buta.
Nampaknya bentakan Daren tidak dihiraukan sebenarnya Davin mendengar namun ia tidak akan berhenti sebelum lawannya tumbang.
"Vin lo pegang Valdo, Davin biar gue aja," intruksi Daren pada Vino.
Vino mengangguk mengiyakan, mulai menghampiri dua orang yang tengah sibuk saling memukuli.
Davin merasa badannya ditarik kebelakang, ia melihat Daren dengan pandangan marah. Berani sekali Daren menghentikannya,"Lepasin gue bangasat!" Dengan sekali hentakan pegangan Daren sudah terlepas tenaga Davin lebih kuat dari pada tenaga Daren ia kembali maju ingin melayangkan pukulan ke wajah Valdo lagi meski wajah Valdo sudah babak belur tapi ia tidak memperdulikannya.
Kedua tangan Valdo dikunci Vino dari belakang, tenaga Valdo sudah terkuras habis.
"Lo mau pukul dia lagi, Yuna bakal marah kalau dia tahu lo berantem!" Kata Daren membuat Davin berhenti.
Ia teringat Yuna, gadis itu akan marah bila mengetahui apa yang ia tengah lakukan saat ini, apa lagi Yuna akan mendiamkannya, tidak, itu tidak boleh terjadi.
Davin meninggalkan taman belakang dengan sisa emosi yang masih tersisa, sebelum itu ia sempat berbalik dan berkata,"Jauhin Yuna!"
"Gue gak bakal nyerah!" Kata Valdo yakin.
"Terserah kalau lo bisa!" Davin pergi dari sana diikuti Vino dan Daren, mereka meninggalkan Valdo sendiri.
"Lebih baik obatin dulu luka lo," saran Vino.
"Gak," bantah Davin.
"Kenapa, liat tuh wajah lo babak belur!" Kata Daren sedikit membentak.
"Percuma," balas Davin datar.
Vino mengerti apa permasalah Davin"Gak, gue bakal bantu lo buat nutupin lebam lo!"
❤❤❤
Ruang inap Yuna sangat ramai seperti pasar, semua sahabat Yuna maupun Davin ada disini.
"SATE TELAH TIBA!" Terdengar suara memekikan telinga, muncul Rangga dibalik pintu sembari menenteng dua kresek putih.
"Upil anoa, sadar woi kita lagi di rumah sakit," Daren merampas bawaan Rangga.
"Iye sorry worang ganteng klilaf." Rangga cengengesan tidak jelas.
"Iyuu ganteng kayak tai." Helley membuat ekspresi seakan muntah.
"Wahh katarak nih mata lo, Ren anterin noh mantan lo cek mata," kata Rangga nyolot.
"Tenang, lahiran juga bakal gue antering."
"Najis lo!" Helly merenggut kesal, dasar mantan laknat.
"Udah mending kita makan!" Ujar Vino tidak sabaran ingin segera memasukan sate ke dalam perutnya.
Daren membagikan semua bungkusan sate kecuali untuk Yuna.
Yuna merenggut kesal kenapa ia tidak kebagian sate padahal ia kan pengen, lihat mereka makan lahap tidak memperdulikannya yang susah payah menahan ludah. "Dav minta dikit dong," rayu Yuna.
"Gak."
"Kenapa, biasanya gak pelit tuh," ujar Yuna sambil melirik sate Davin.
"Kamu sakit."
"Dav aku cuman luka di kepala, jadi gak ada hubungannya kalau aku makan sate," kata Yuna menggebu.
"Gak boleh."
"Pleasee, Davin kan baik." Yuna menedip-ngedipkan mata.
Kenapa dia jadi gemesin gini, Davin membatin.
"Enggak Yuna.""Ishh Davin jahat." Yuna memalingkan wajah kesal, kenapa Davin jadi pelit begini. Ia cuma luka di bagian kepala jadi tidak masalah kalau makan sate tunggu ia keluar dari tempat ini, ia akan membeli sate sebanyak mungkin apabila perlu 100 tusuk sate dan memakannya didepan semua teman-temannya agar mereka merasakan apa yang ia rasakan saat ini.
"Lo mau Yun?" Tawar Daren.
Yuna mengangguk antusias, Daren memberian bungkusan satenya untuk Yuna, ia tersenyum lebar sedangkan Davin menatap mereka datar Daren yang sadar ditatap malah mengerlingkan mata.
Saat Yuna membuka bungkusan betapa terkejut ia melihat bungkusan sate hanya tersisa bumbu kacang saja, Yuna menatap Daren tajam kemudian melayangkan cubitan pada lengan Daren.
Daren yang dicubit malah tertawa keras. "Hahaha ditipu," semua di dalam ruangan tertawa ngakak melihat ekspresi Yuna.
"Ish awas aja," ujar Yuna.
"Yun kamu mau aja dibohingin sama Daren," kata Anjas.
"Ya mana aku tahu kalau dia bohong," Yuna memang tidak tahu kalau niat Daren mengerjainya. Ia kan bukan cenayang yang bisa serba tahu.
❤❤❤
Ruangan inap Yuna sepi mereka semua sudah pulang 1 jam lalu, sekarang tinggal Yuna dan Davin.
Yuna nampak sibuk memandang bulan lewat kaca jendela, nampak bulan sangat bersinar di langit gelap atas sana ketika nelihat bulan ia menjadi teringat sosok Ayah dulu waktu ia kecil. Yuna dan Ayahnya selalu melihat bulan lewat balkon kamar lalu Ayahnya akan bercerita mengenai dongeng sebelum ia tidur.
Davin yang memang sendari tadi memperhatikan Yuna, ia melihat raut wajah Yuna berubah sendu, ia menghampiri Yuna kemudian memegang tangan gadis itu.
"Kenapa?" Tanya Davin.
Yuna menoleh namun kembali menatap langit atas sana, bulir air mata mulai berjatuhan melewati pipi mulus Yuna, ia menghapus air mata Yuna dengan ibu jari.
"Dav hiks...aku ka...kangen Ayah," kata Yuna agak terbata.
"Stsss, jangan nangis Ayah kamu gak bakal suka kalau putrinya nangis."
Yuna berhamburan ke pelukan Davin, ia menangis kencang membuat baju Davin basah karena air mata ia bisa merasakan tangan Davin mengelus punggungnya membuat ia tenang.
"Jangan nangis aku nggak suka." Tangisan Yuna menjadi kelemahannya,tidak sadar dari kapan mendengar tangisan Yuna adalah hal yang paling ia benci.
Yuna hanya bisa memeluk Davin erat menyalurkan segala rasa sedih di dalam dirinya sampai ia lelah menangis dan tertidur dalam pelukan hangat Davin.
Ia membaringkan tubuh Yuna di atas tempat tidur berseprai putih, ia mencium puncak kepala Yuna dengan teramat sayang ini menjadi kebiasaan tanpa sepengetahuan Yuna saat ia memiliki kesempatan menemani Yuna di Apartemen kala ibunya pergi ke luar negeri maka ia akan mencium kening gadis itu saat sudah tertidur nyenyak.
❤❤❤
Ia melenguh dalam tidur, kemudian kelopak matanya terbuka tapi ia bingung kenapa ia sendiri disini kemana Davin, apakah sudah pagi.
Ia melihat jam dinding menunjukan pukul 2 dini hari Yuna menutuskan pergi ke kamar mandi yang ada di dalam ruangannya.
Davin nenatap pantulannya dicermin setelah membasuh wajah, wajahnya terasa begitu aneh saat memakai make up Anjas untuk menutupi lebam membuat ia susah tertidur.
"Davin," ia terkejut melihat Yuna sudah berdiri depan pintu kamar mandi dengan tatapan kecewa.
"Wajah kamu kenapa?"
❤❤❤
Jangan lupa vote + comment ya... Terimakasih😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...