Happy reading everybadehh😊
Don't forget to clik vote muehehe...
Kalau ada typo bisa ditandai yha...
Thx u.❤❤❤
Jalan menuju SMA Bangsa sama seperti biasa, arus lalu lintas nampak macet banyak manusia memulai kegiatan pagi ini ada yang pergi bekerja, sekolah sepertinya atau aktivitas lainnya.
Untung saja mereka berangkat lebih pagi, sudah bisa ditebak ramainya kendaraan dijalan, satu hari saja tanpa macet rasanya mustahil menengal bahwa ini adalah kawasan kota ramai.
Didalam mobil baru Davin hanya terdengar suara ocehan seorang gadis mengenai mahalnya mobil ferrari baru Davin, ia bilang terlalu mahal lahh, pemborosan, dan yang membuat ia kian heran alasannya karena perkataannya tempo hari perial betapa inginnya menaiki mobil ferrari, hello itu hanya sebatas keinginan kenapa sampai Davin membeli mobil tersebut.
"Dav...aku kan cuma bilang ingin, kok kamu bela-belain beli mobil baru sihh!" Cerca Yuna.
"Kan kamu pengen." Sahut Davin santai.
"Tapi mahall ini lhoo, itu pemborosan, mobil kamu udah banyak nganggur tuh diparkiran apartemen masa beli lagi!"
"Nggak papa," jawab Davin acuh.
Ohh god ingin ia sentil ginjal Davin sekarang juga,"pemborosan!" Tekan Yuna.
"Uang trasferan papa udah numpuk, dari pada uangnya jamuran di bank, lebih faedah kalau aku beli mobil," ujar Davin sebagai pembelaan.
Yakali uang bisa jamuran dalam bank, emang iya bisa? Anak sultan memang beda mau beli mobil seperti membeli permen diwarung tetangga, baginya gampang, murah.
"Terserah deh!" Lelah sudah bibirnya mengomeli dari tadi.
Davin tersenyum tipis melihat tingkah Yuna, hmm gadis kesayangannya tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang tingkah laku saat kesal atau marah masih memperlihatkan ekspresi sama, mungkin ekspresi orang marah, kesal, sedih mudah dibaca melalui mimik wajah bahkan hampir sama namun jika Yuna mengeluarkan eskpresi itu terlihat lucu dimata Davin entah kenapa lebih berbeda, mungkin jatuhnya gadis itu sangat sepesial sehingga mampu membuat Davin yang minim ekspresi menjadi menunjukan beberapa ekspresi kala berdekatan dengan Yuna.
"Nanti pulang sekolah kita jalan-jalan," ajak Davin.
Seketika mendengarkan itu ia langsung saja mengalihkan padangan dari jendela, Yuna menyengir lebar seakan lupa dengan kekesalan tadi, secepat itukah? Davin memang tahu bagaimana meluluhkan Yuna.
"Yaudahh ayokk," ekspresi wajah Yuna terlihat begitu suminggrah.
Kapan lagi jalan-jalan bareng Davin terus ditraktir, sesunguhnya dalam pikirannya hanya terpikirkan traktiran, mana pernah pergi jalan-jalan bersama Davin ia yang mengeluarkan uang hoho sepeserpun tidak pernah.Ia mengangkat sebelah tangannya mengacak rambut Yuna pelan tangan satunya lagi ia gunakan untuk memegang kemudi.
❤❤❤
Dalam kelas hanya terdengar suara guru fisika berceloteh panjang nan lebar bak kicauan burung di pagi hari, tidak ada satu murid pun berkutik dalam kelas semuanya bagaikan patung mengenal bahwa itu salah satu guru killer.
"Jika kalian menemukan soal seperti ini, tinggal tukar saja posisi rumusnya, mengerti semuanya?" Tanya Bu Linda sambil menunjuk angka pada papan tulis menggunakan penggaris.
"Mengerti buk," jawab murid serempak walau sebenarnya tidak mengerti tapi dari pada menjawab tidak mengerti Bu Linda akan mengoceh lebih panjang lagi, no no mereka tidak mau mengambil resiko seperti itu termasuk Yuna sendiri apa lagi sampai memotong jam istirahat, siapa yang rela, tidak ada pastinya.
Tet...tet...
Bel surga berbunyi, Yuna tadinya mengantuk kini matanya sudah melek kembali begitulah dahsyatnya kekuatan bel instrirahat."Baiklah karena sudah waktu kita akhiri sampai disini, selamat siang,"
"Siang buk," jawab murid menggebu-gebu.
Para siswa/i mulai berhamburan keluar kelas, Yuna masih memasukan beberapa buku dan alat tulisnya ke dalam tas dengan cepat agar bisa ke kantin lebih cepat tentunya.
"Yun," gerakan tangannya terhenti kala terdengar suara seseorang memanggil.
"Kamu ke kantin bareng yang lain, aku ada urusan osis sebentar," kata Davin panjang namun dengan nada datar, Davin memanglah begitu sejenis manusia datar tapi tampannya kelewatan.
"Iya jangan lupa nanti." Yuna mengingatkan.
Davin menangguk lalu pandangannya teralihkan menuju Anjas,"ingat!" Ucapnya tajam.
"Iya inget gue, Yuna nggak boleh makan bakso kan? Tapi nasi goreng, beres nanti gue pesenin sesuai apa yang lo bilang." Anjas memutar bola matanya jengah serasa sudah seperti babu Davin saja.
Tanpa membalas perkataan Anjas ia berlalu pergi keluar kelas.
Sesampainya dikantin mereka bertiga duduk disalah satu meja,"An pesenin aku bakso ya," cengir Yuna lebar.
Anjas mendelik kaget,"tidak ferguso, nanti gue diomelin si Es, ogah!" Tolak Anjas.
"Iya, kasihan tuh Anjas nanti diomelin," timpal Helly.
"Tap-," belum sempat menyelesaikan kalimatnya malah sudah dipangkas oleh Anjas membuat ia mendesah kecewa.
"Nggak ada tapi-tapian!" Ucap Anjas mutlak.
Haisss ia kira tidak ke kantin barsama Davin ia sudah bebas mau makan apa saja lahh ini sial...malah Davin menyuruh orang lain mengatur asupan makannya, ingin sekali membantah namun melihat mata Anjas telah melotot ia tidak jadi memprotes kembali.
'Maafkan diriku ini bakso mungkin sekarang kamu tidak ditakdirkan masuk ke dalam lambungku' batin Yuna, baik kalau sekarang tidak bisa maka masih ada hari esok.
Tunggu aku bakso!❤❤❤
Semoga suka part ini...
Minggu depan usahakan agar aku bisa up lagi soalnya minggu depan udah pts aja...
Huhuhu...😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...