Happy reading😊
Kalau nemu typo bisa tandai yha biar gampang memperbaiki hehe....❤❤❤
perasaan tidak rela muncul...
Kala waktunya...
Hadirnya...
Ternyata bukan untukku saja...___YunaM.
Yuna duduk termenung menatap ramainya restoran seafood siang ini, restoran favoritnya bersama Davin setiap satu bulan sekali mereka akan ke sini hanya sekedar menghabiskan waktu bersama mengingat bahwa ia sangat dilarang keras terlalu banyak mengonsumsi seafood oleh Davin.
Tempat yang sama namun bersama orang berbeda, yaa kini Yuna disini bukan dengan Davin melainkan Valdo kakak kelasnya itu ingin mengantarnya ke apartemen dengan alasan sangat mengkhawatirkannya ia tidak tega menolak niat baik Valdo berhubung para guru melaksanakan rapat pembelajaran pun ditiadakan Yuna mengiyakan ajakan Valdo.
"Kamu lama nunggunya ya? Maaf tadi kakak lama di toilet," Valdo datang langsung mengambil tempat duduk tepat didepan Yuna.
"Enggak kok kak," ucap Yuna tersenyum ramah.
"Kenapa makanannya belum dimakan? Tujuan kakak ngajak kamu kesini untuk makan siang Yun, kakak enggak mau lagi liat kamu pingsan kayak tadi."
"Hmm ini banyak banget kak, uang jajanku sepenuhnya masih dipegang Davin...nanti aku nggak bisa bayar," ucap Yuna sedikit ragu memang Valdo banyak sekali memesan makanan terbukti dari meja yang kini penuh makanan seafood.
Valdo malah tertawa mendengar tutur kata Yuna,"karena kakak yang ngajakin kamu makan, yha pasti kakak yang bayar Yun nggak usah khawatir makan yang banyak yha biar tenaga kamu cepet pulih," ucap Valdo sembari tersenyum lembut.
"Jadi nggak papa nihh kak, nanti uang kakak habis gimana?"
Valdo terkekeh geli,"kakak nggak bakal jatuh miskin cuman karena bayarin kamu makan."
Yuna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menyengir kuda memamerkan deretan giginya.
❤❤❤
Ia duduk di rerumputan memandangi danau depan sana kadang ia menarik napas dalam kemudian mengehembuskannya berlahan, suasa danau sore hari memang sangat Yuna butuhkan melepas segala beban yang menghantui pikirannya selama ini.
Sejuknya udara membuatnya betah berada disini, rasanya enggan untuk pulang ke apartemen.
Yuna sendiri disini dibawah rindangnya salah satu pohon dekat danau menikmati setiap hembusan angin sore membelai wajahnya, sehabis dari restoran bukannya kembali ke apartemen tapi ia meminta Valdo mengantarkannya ke danau namun ia meminta sendirian agar tidak ditemani Valdo walau kakak kelasnya itu ngotot ingin menemaninya dengan alasan ia ingin waktu sendiri akhirnya Valdo mau mengerti.
Ia mengambil handphone di ransel sekolahnya, Yuna masih mengenakan seragam sekolah sama seperti tadi pagi.
Jarinya mulai menekan tombol power mengingat ia mematikan hanphone sehabis mengchager lupa untuk mengaktifkannya.
Matanya membelalak kaget melihat riwayat panggilan dan pesan yang masuk, 86 miscall dan 110 pesan tertera nama Davin sebagai sang pengirim.
Yuna bangun ingin beranjak pergi pulang ke apartemen takut kalau Davin khawatir langkahnya terhenti kala ingat bahwa Davin pergi bersama Siska pacarnya jadi untuk apa Davin akan khawatir jelas saja mereka hanya sepasang sahabat yang telah lama saling mengenal, penting mana ia dengan Siska sang pacar Davin.
Tubuh Yuna menegang Ia rasa ada seseorang memeluk pinggangnya dari belakang, apa orang ini punya niat buruk namun bau parfumnya mirib sekali dengan orang ia sangat kenal.
"Aku khawatir," ucap orang itu lirih.
Yuna membalikan badan menatap lelaki tersebut, benar dugaannya lelaki itu adalah Davin jelas Yuna sangat mengenal bau parfum yang sering Davin pakai.
Penampilan Davin tidak rapi seperti biasanya, napasnya memburu seakan habis lari marathon, rambut acak-acakan tidak rapi seperti biasa, dan pakaiannya masih sama dengan pakaian Davin kenakan kemarin ke mall nampak kemeja biru dongkernya dilipat sampai batas siku.
"Davin, ngapain kamu ke sini?" Tanya Yuna memandang wajah Davin bingung.
Davin tidak menjawab pertanyaan Yuna, ia malah memeluk Yuna sangat erat tersirat rasa takut kehilangan.
Yuna mengelus punggung Davin naik turun secara berlahan ia bingung kenapa Davin datang tiba-tiba lalu memeluknya begitu saja.
"Kamu kenapa?"
Davin menggeleng lemah masih dalam rengkukan Yuna, ia menghirup aroma mawar dari rambut Yuna dengan sangat rakus, atoma shampo kesukaan Yuna entah kapan menjadi aroma terfavoritnya juga apa pun yang ada dalam diri seorang Yuna Maharani akan menjadi sebuah candu memabukan bagi Davin Aldero.
Sekarang mereka berada dalam mobil Davin, keheningan menyelimuti keduannya Yuna sibuk berkelana dalam pikirannya merasa bingung ingin memulai pembicaraan dari mana sungguh ia tidak nyaman berada dalam situasi keheningan sedangkan Davin sendiri fokus menyetir.
Apakah Davin tidak ingin menjelaskan kenapa ia meninggalkan Yuna kemarin dalam mall sendirian tanpa pesan atau sepatah kata?
"Hmm...kemarin Dav pergi kemana bareng pacar Dav?" Tanya Yuna.
"Siapa?" Tanya Davin balik.
"Siska pacarnya Dav," sedikit berat mengatakanya namun ekspresi tersebut tertutupi oleh senyuman manis ala Yuna.
"Ohh...dia," jawab Davin.
❤❤❤
Hailoo aku back nihh, mumpung libur daring akhirnya aku bisa nulis lagi hehehe...
Jangan lupa vote + comment guys, aku tunggu yha😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...