Happy reading:-)
Vote sesudah baca dan comment setelah baca.
Apabila menemukan typo bisa comment ya...
Biar langsung diperbaiki😊❤❤❤
Valdo melangkah memasuki ruangan, ia berjalan menemui Yuna yang berbaring di tempat tidur rumah sakit dengan infus menempel di tangan, Valdo belum sadar jika ia menjadi penyebab keheningan terjadi.
Valdo menduduki kursi yang ada disebelah Yuna berbaring, ia menyentuh pipi Yuna dengan lembut, terlihat dari wajah Valdo bahwa ia merasa cukup cemas akan kondisi Yuna, sungguh Valdo baru tahu Yuna memiliki phobia darah saat kejadian tadi pagi di sekolah.
"Udah mendingan?" Tanya Valdo pada Yuna, suara Valdo terdengar lebih lembut dari biasanya.
Yuna mengangguk dengan senyum manis dibibir pucatnya.
Rangga, Anjas, Helly, Vino, Daren, bergidik ngeri melihat pandangan tajam Davin menghunus Valdo.
Sedangkan yang ditatap malah acuh tak acuh, mereka pertama kalinya melihat ada seorang lelaki berani menyentuh Yuna tepat di depan mata kepala Davin sendiri. Sudah pasti besok Valdo akan merasakan bogeman mentah milik Davin.Davin emosi seketika, berani sekali tangan kotor Valdo menyentuh pipi Yuna.
Ia menghempaskan tangan Valdo dari pipi halus Yuna dengan kasar."Jangan sentuh!" Sentak Davin tajam, tangannya sudah terkepal erat bersiap memukul wajah Valdo.
Valdo hanya memasang tampang inoccent, ia hanya menyentuh pipi Yuna bukan menyakiti gadis itu, tapi Davin bersikap seolah-olah ia menyakiti Yuna.
"Siapa lo ngelarang?" Seringaian tipis terbit di bibir Valdo, dan hanya Davin yang bisa melihat seringaian licik itu.
Wajah Davin memerah menahan gejolak emosi, ingin sekali menghabisi Valdo disini tapi ia urungkan karena tangan Yuna mengusap lembut punggung tangan Davin, berusahan menenagkan.
Dan berhasil Davin nampaknya mulai sedikit tenang akibat usapan lembut dari Yuna. Genggaman kuat tangan Davin mulai mengendur seiring tangan halus Yuna mengusap punggung tangan Davin dengan sentuhan teramat lembut.Yuna tidak akan suka jika Davin melakukan kekerasan, gadis itu bisa saja satu minggu mogok bicara dengan Davin, ia tidak mau menerima resiko.
"Gue sahabatnya," kata Davin dengan wajah datar seperti biasa.
"Cuman sahabat, bukan pacar lo kan?" Balas Valdo sengit.
Emosi Davin kembali tersulut mendengar kata Valdo yang terkesan memojokannya.
Brakk...
Davin mengebrak nakas dengan telapak tangannya membuat pegangan tangan Yuna pada punggung tangan Davin terlepas begitu saja, menimbulkan suara keras sehingga penghuni ruangan terkejut, terutama Yuna ia jelas paling terkejut karena Davin tiba-tiba menghempaskan tangannya serta terdengar suara gebrakan begitu keras di samping telinganya, karena letak nakas tepat disamping Yuna berbaring."Gue berhak!" Sarkas Davin.
"Sellow man, kalian jangan bertengkar di sini, Yuna takut," relai Daren.
Davin dan Valdo mengalihkan perhatian pada Yuna, kentara sekali gadis itu terlihat ketakukan, matanya berkaca-kaca siap menjatuhkan bulir air mata.
"Hampir aja," gerutu Helly.
Davin menggenggam tangan Yuna. Dengan pandangan lembut ia memandang iris mata coklat indah milik Yuna, iris mata yang membuat Davin selalu merasa teramat tenang saat menatapnya.
"Maaf, aku terlalu emosi," kata Davin, ia benci ketika melihat Yuna ketakutan apa lagi karena ia sendiri.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...