Happy reading😃
Semoga suka yha...
Jangan lupa klik bintang di pojok heheh...❤❤❤
Terhitung 18 menit sudah bel pulang berbunyi tapi Yuna masih duduk manis di halte dekat sekolah, ia menghitung setiap kendaraan yang lewat karena saking bosannya menunggu Davin, apa urusan osis kali ini memakan waktu lama masak dari istrirahat tadi siang sampai sekarang sore belum selesai juga, heran deh.
Oh... ada satu hal baru ia ingat, kenapa tidak dari tadi saja ia menelpon Davin biar dikata kouta habis kan masih ada gratisan oprator menelpon, haisss kenapa baru kepikiran sekarang runtuknya.
Lantas is merogoh isi tasnya mencari benda berbentuk persegi tersebut, setelah didapat ehhh sayang sekali ternyata batrenya habis sungguh apes.
Oke tarik napas lalu hembuskan berlahan ia harus sabar menunggu, katanya jika menjadi orang sabar maka akan disayang tehyung, tapi sudah sampai 30 menit Davin belum kembali juga apa dia lupa? Yang benar saja.
"Jadi nggak sih," gumannya kesal.
Langit sudah mulai gelap sedangkan Davin belum kembali, astaga haruskah ia pulang tapi gimana caranya, uang jajanya habis sedangkan handphonenya lowbat ingin minta bantuan bingung pada siapa sudah jelas jam segini siapa memangnya masih ada di sekolah.Pasrah hanya jalan kaki solusinya kalau begini, untung sepanjang jalan menuju apartemen tidak melewati kawasan sepi jadi masih aman.
Ia berjalan sambil sesekali menyumpah serapahi Davin, pokoknya sekarang ia sangat kesal dengan lelaki itu, sudah tersusun rencana mediamkan Davin selama seminggu dalam otak kecilnya, huh lihat saja nanti.Baru saja 10 menit berjalan ia sudah lelah saja,"ish...capek." Yuna menggrutu.
Berdiri depan restoran seketia ia menjadi lapar, oh hayolahh aroma masakannya jelas tercium menggodanya masuk ke dalam eh gimana mau makan uang saja enggak ada, huh lain kali saja lahh ia mampir.
Terdapat dinding pembatas kaca membuatnya mampu melihat orang-orang dalam restoran sana, mata indahnya melihat dua insan manusia namun berbeda jenis tengah makan berdua sembari sang lelaki menggenggam tangan sang perempuan di atas meja dan itu terlihat sangat romantis bagi siapa pun yang melihatnya.
Berlahan sorot mata Yuna sendu, disana jelas sekali ia melihat Davin dan Siska sedang pacaran mungkin? Hatinya terasa teremas melihat pemandangan tersebut, ohh jadi ini penyebab Davin tidak menjemputnya, mana lebih penting antara sahabat dan pacar tentu saja bagi Davin mungkin pacarnya.
Kemarin dia bilang tidak ada hubungan apa pun, tapi sekarang ia menolak percaya, Davin pembohong!
Kecewa, kata itu menggambarkan perasaannya.
'Kamu bukan siapa-siapanya Yuna jangan nangis'
Apa daya ia tidak mampu menahan lagi, air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata siap terjun jatuh bila saja ia mengedipkan mata.
"Hiks...hiks," isak tangis Yuna kemudian lari secepatnya menjauh dari restoran.
Kenapa harus Siska Davin? Kenapa bukan aku aja...
❤❤❤
Keadaan Yuna benar sangat kacau, rambut acakan, wajah sembab, berjalan tanpa alas kaki sebelah, kakinya lecet pun ia tidak memperdulikannya saking kencangnya ia berlari sampai tidak peduli sepatunya ternyata lepas sebelah.
Menekan digit angka pasword apartemennya, kemudian mulai masuk langsung menuju kamar tidur. Membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur tanpa mandi atau mengganti seragam sekolah dulu, kakinya benar terasa mati rasa setelah berjalan dari sekolah demi pulang ke apartemen ditambah kejadian tadi, ia hanya ingin tidur sebentar mencoba menenangkan pikiran.
Sebelum larut ke alam bawah sadar terdengar telepon apartemen berbunyi, tumben sekali, apa Davin yang berusaha menelponya jika ia, malas sekali menerima panggilan tersebut jelas Davin mungkin menelponnya lewat telepon apartemen karena hanphonenya mati.
Sempat hening sejenak dering telepon kembali menyapa telinga Yuna, sedikit malas ia mulai bangkit dari posisi tiduran untuk mengangkat panggilan telepon tersebut, jika benar Davin ia akan langsung menutup panggilan tanpa mau mendengar lenjelasannya.
Tapi perkiraannya salah total."Hallo."
"....."
"Iya benar, dengan saya sendiri."
"....."
"Apa!"
Deg...
Jantungnya berpacu cepat, telepon ditangan jatuh ke bawah dengan mengenaskan, tanganya gemetar, air mata mulai jatuh membentuk anak sungai.
Tidak! Itu tidak mungkin terjadi.
"Enggak mungkin!" Bantahnya kala mendengar berita sang penelpon.Bersambung...
❤❤❤
Jangan lupa vote and comment say...
Hehehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...