Happy reading😊
Maaf ya kalau ada typo bisa ditandai biar nanti revisi aku gampang.❤❤❤
"Terimakasih kak Valdo," ucap Yuna, karena telah mengantarnya sampai lobby apartemen.
"Sama-sama cantik, yang ada kakak bilang makasih sama kamu karena udah mau nemenin Dinda," tangan Valdo terangkat membelai rambut Yuna perlahan, bukannya ia merasa senang atau deg-deg'an tapi...risih sendiri kalau bukan Davin yang melakukannya.
"Akak tatik nati maen lagi yha ma Dinda," ucap Dinda.
Yuna berjongkok menyamakan tingginya dengan Dinda lalu menjawil hidung Dinda pelan,"pasti adek cantik," ucap Yuna disertakan senyum tulus, membuat Valdo jatuh sejatuhnya pada pesona seorang Yuna Maharani.
❤❤❤
Yuna menatap pagar tinggi coklat Sma Bangsa, ia telat hari ini karena kesiangan hampir semalan ia memikirkan Davin hingga tidur pukul 4 pagi.
Tadi ia berangkat sekolah menggunakan taxi untuk pertama kali, biasanya ia akan pergi ke sekolah maupun pulang selalu bersama Davin namun kali ini berbeda.
"Heyy kamu!" Panggil seseorang membuat ia tersentak kaget, sial itu Bu Maya guru BK terkenal galak nan kejam kembaran medusa.
"Sini!" Panggil Bu Maya lagi.
Ia berjalan menunduk takut melihat kembaran medusa ketika marah,"ke...kenapa Buk?" Tanya Yuna.
"Sudah tau salah kamu apa malah nanya lagi kenapa!" Sentak Bu Maya.
"Maaf Bu, tadi saya kesiangan," cicit Yuna.
"Hormat kamu di depan bendera sampai bel istrirahat berbunyi!"
Yuna menghela napas, lantas menjalankan perintah saudaranya medusa itu.
15 menit berdiri didepan tiang bendera membuatnya menjadi pusing sinar mentari juga sudah nanpak terasa panas mengundang butir demi butiran keringat membasahi wajah cantiknya yang tampak sedikit pucat.
Rasa pusing kian mendera membuat Yuna ingin pingsan sekarang juga tapi ia tahan sebisa mungkin, pasti ini akibat dari lupa sarapan.
Namun apa daya jika ketahanan fisiknya tidak sekuat seperti orang normal lainnya, pandangan mulai buram semua terasa berputar, semuanya gelap ia jatuh tak sadarkan diri.
Disisi lain Davin baru mengingat bahwa kemarin ia meninggalkan Yuna sendiri di mall betapa cerobohnya dia, langsung saja ia berlari keluar tanpa memperdulikan Siska sekarang ia harus memastikan apa Yuna sudah pulang ke apartemen, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh sesekali memukul stir akibat padatnya arus lalu lintas.
Davin menjambak rambutnya frustasi,"Arhhh...tolol...tolol banget lo Davin!" Kata Davin kembali memukul stir.
Semua salahnya, kenapa ia sampai lupa dengan Yuna disana, kenapa juga ia pergi tanpa pesan atau sepatah kata pun, kalau sampai terjadi sesuatu pada Yuna ia tidak akan pernah memaafkan dirinya.
❤❤❤
Yuna menatap lembaran hasil ulangan harian sejarahnya tanpa minat padahal jelas sekali disana tertulis angka 95 hampir mendekati 100 nilai sempurna.
Ruang UKS nampak ramai, baik temannya atau teman Davin, mereka menemaninya sebab sehabis jam istrirahat pertama tadi guru mengadakan rapat sehingga para siswa/i tidak belajar.
"Ehhh anjir...gue dapat 50, wahhh pasti mami gue bangga bat nanti," histeris Vino sambil menunjukan kertas ulangannya pada teman-temannya dengan sangat bangga.
Anjas memutar bola matanya malas ohhh ayolah pacarnya makin hari makin gesrek saja.
"Gue dapat 60 biasa aja tuh..." celutuk Helly.
"Ini beda...50 itu sangat berarti buat gue, dulu kan nggak nyampek segini paling mentok 30, bangga dong temen kalian yang tampannya ngalahin justin bieber dan kayaknya gue makin pinter aja!" Celutuk Vino panjang lebar.
"Iyain biar cepet," kata Anjas malas.
"Halah pantat panci paling lo nyontek," ucap Daren.
"Betul tuhhh si anak mami pasti nyontek," giliran si Rangga yang bicara.
"Apa sih... abang-abang jahat fitnah dedek manismu ini." Vino si lebay mulai mendrama.
"Jijik gue!" Daren merinding seketika.
"Bukan pacar gue nih ya..." Anjas angkat tangan.
"Kok gitu sihh honey, aku tuhh nggak bisa hidup tanpa kamu, aku udah cinta mati banget sama kamu," tingkat penyakit lebay Vino nampak mangkin parah.
"Halahhh sempak!" Helly jengah.
Rangga menatap mereka sembari duduk anteng di salah satu sofa UKS dengan sibuk mengupil, lelah dia berbicara dengan si anak mami.
"Aduhh aku lagi pusing kalian malah ngomongin hal yang unfaedah." Yuna angkat bicara.
"Ampuni saya ndoro beserta para anak buah saya yang tolol ini," ujar Daren membungkuk ke arah Yuna.
"Lebay deh," celutuk Yuna.
"Maksud lo gue tolol hah!" Anjas mengeluarkan tatapan mematikan miliknya.
Daren hanya mampu menyengir kuda dengan tangan membentuk huruf v.
"Btw siapa yang bawa aku ke UKS?" Tanya Yuna.
"Itu kak Valdo, tapi sekarang dia lagi ada rapat tim basket," jelas Helly.
Yuna menangguk mengerti,"terus Davin mana?"
"Hmm...jadi gini dia nggak sekolah, tadi di absen aja dapet Alpa, apa lo nggak tau dia kemana?" Tanya Anjas.
Yuna menggeleng lemah, dari kemarin sampai sekarang Davin tidak memberikannya kabar apa mungkin Davin sibuk atau pergi ke suatu tempat bersama siska sehingga lupa dengannya.
"Apa kalian bertengkar?" Tanya Anjas hati-hati.
Yuna menggeleng kemudian tersenyum pedih,"nggak kok mungkin Davin lagi ada urusan, aku juga bukan pacarnya yang tau semua urusan Davin," miris.
Anjas dan Helly bisa melihat guratan ekspresi sedih Yuna pasti ada sesuatu terjadi kemarin.
"Kalau ada apa-apa cerita ya...gimana pun kita sahabatan udah lama jadi harus saling terbuka."
"Terimakasih yha Anjas dan kamu Helly," mereka berpelukan selayak Teletubbies.
"Aaaa ikutan dong," Rangga tiba-tiba saja ingin ikutan berpelukan ia sudah siap posisi merentangkan kedua tangan ke samping selebar mungkin.
"Dasar upil anoa, ganggu situasi!" Cerca Helly dan Anjas bersamaan.
"Huu...dasar upil anoa." Vino, Daren menggeplak kepala Rangga tanpa belas kasih mewakili Anjas dan Helly.
"Adoh...bangsat kepala gue, Nanti otaknya nggak fungsi!"
"Dari dulu juga nggak pernah fungsi tuh otak!" Ledek Vino.
Yuna hanya mampu menyungingkan senyum tipis melihat kelakuan teman-temannya.
❤❤❤
Maaf banget lambat up, tugas autor banyak banget jadi belum sempat nulis, terimakasih untuk yang sudah mampir ke cerita ini maaf ya semisal masih ada kekurangan soalnya masih pemula... hehehhe.
Jangan lupa vote + commnet😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...