Happy reading
Terimakasih yang sudah menunggu
Maaf atas ketidak tentuan waktunya.Kalau ada typo bisa bantu ditandai supaya segera aku perbaiki, terimakasih ;)
❤❤❤
Harus percaya
Pasti semuanya akan baik-baik saja._YunaM.
Yuna memandangi Davin penuh iba, lelaki itu tengah dalam keadaan yang tidak baik pasti dia tengah terpukul akan suatu fakta yang baru ia ketahui bisa Yuna lihat di mata Davin kalau di dalam matanya terlihat sorot penuh penyesalan.
Menarik napas lalu dihembuskan, Yuna mendekati Davin yang tengah duduk tepat bersebalahan dengan brankar mamanya tangannya begitu erat menggenggam tangan mamanya, pasti dia amat panik dan terpukul mencoba sabar menunggu kapan wanita di atas brankar tersebut membuka mata.
Dihelusnya punggung Davin berlahan mencoba menenangkan, selain itu apa lagi yang bisa ia lakukan? Tidak ada, tugas Yuna saat ini harus bisa membuat Davin tenang serta menguatkan lelaki itu.
Dibenaknya Yuna sangat mengerti bagaimana rasanya berada di posisi Davin, pasti sangat sulit karena Yuna sendiri jelas pernah berada pada posisi tersebut.
"Dav," dipanggilnya Davin lembut.
"Dav," panggil Yuna sekali lagi dengan nada yang lebih keras tapi Davin tidak menghiraukan malah kian tenggelam dalam lamunan.
"Jangan kayak gini!" Yuna menyentak membuat Davin seketika keluar dari zona lamunannya, mata itu menyorot kekosongan ketika beradu pandang dengan Yuna, direngkuhnya tubuh lelaki rapuh itu, bisa ia rasakan bahunya basah. Sekuat apa pun seseorang bukan berarti tidak akan menangis nyatanya tidak ada manusia yang benar-benar kuat dan tegar saat menghadapi masalah meski kadang terlihat dalam keadaan baik tapi tidak pernah tahu bagaimana perasaannya.
"Nangis aja jangan ditahan, justru setelah nangis perasaan kamu bakalan lebih baik," dielusnya rambut Davin pelan, sang empu yang di elus memejamkan mata menikmati lembutnya elusan tangan Yuna yang kian membuatnya merasa tenang.
"Kamu harus percaya ya, semuanya akan baik-baik saja."
tutur kata Yuna begitu lembut menenangkan, tidak salah setiap ada masalah Davin akan pergi ke Yuna lalu meminta sebuah pelukan beserta mendengarkan kata-kata penenang, baginya Yuna adalah obat dari segala kegundahan dan emosi, hanya gadis itu yang bisa menenangkan kala ia berada pada sebuah fase yang buruk dalam hudup.
Begitu pentingnya Yuna Maharani bagi seorang Davin Aldero seakan Davin bergantung kepada Yuna, ia tidak bisa membayangkan jika tidak ada gadis itu di saat ia dalam keadaan seperti sekarang.
Tangan yang Davin genggam terasa sedikit pergerakan, membuat Davin memfokuskan estensinya pada objek mamanya yang sedang berbaring, ternyata dugaannya benar mata itu mulai terbuka berlahan.
Davin mengurai pelukannya lalu dengan cekatan kembali duduk di tempatnya semula sedangan Yuna tersenyum akhirnya mamanya Davin sudah sadar.
"Nak, maaf," kata mamanya Davin, meski hanya terdengar bisikan samar tapi Davin bisa mendernya.
"Minum dulu," ucap Davin menyodorkan segelas air yang langsung diminum Mamanya.
"Davin udah maafin Mama, jadi tolong cepet sembuh," ujarnya, seketika lengkungan bulan sabit terbit di bibir pucat Auliya.
"Iya tante." Yuna ikut menimpali.
Sepersekian detik senyuman itu langsung luntur, mata yang tadinya menyorot kelembutan berubah menajam kala telinganya mendengar suara asing yang bahkan ia tidak ingin dengar.
Auliya tidak menyukai Yuna, karena gadis itulah anaknya menjadi menjauh dan jadi pembangkang.
Jauh sebelum ada Yuna, anaknya masih baik-baik saja."Ngapain kamu disini," tanya Auliya mama Davin penuh sinis.
"Sa-saya." Gugup Yuna, ia rasa mamanya Davin tidak menyukainya.
"Saya sangat tidak suka melihat kamu dekat dengan Davin, lebih baik kamu pergi dari sini!" Usir Auliya.
"Mah!" Sentak Davin.
"Apa!? Dav tolong ngertiin Mama," kata Auliya lemas, "Mama sakit parah, dan mungkin mati sebentar lagi," lanjut Auliya sambil matanya berkaca-kaca.
"Maaf, kalau begitu saya pergi," ujar Yuna pelan, sebelum berbalik pergi ia sempat melihat ke arah Davin dan tersenyum seolah mengatakan 'aku baik-baik saja'.
Bahkan jelas Davin tahu itu hanya sekedar senyuman palsu, bagaimana senyuman bisa meyakinkan kalau saja mata gais itu terlihat berkaca-kaca apa bila berkedip sekali akan jatuh membentuk anak sungai.'Maaf.' Davin membatin, ia sangat ingin mengejar Yuna tapi ia sadar Mamanya lebih membutuhkan dirinya.
Berlahan Yuna menutup pintu, wajahnya menunduk menyembunyikan ekspresi sedihnya, baru saja tangannya akan melepas handle pintu ada tangan lain yang menyentuh tangannya.
Yuna mengelap air matanya kemudian mendongak menemukan seorang gadis yang ia kenali sebagai teman kelasnya membawa keranjang berisi buah-buahan seperti orang-orang pada umumnya ketika ingin menjenguk orang sakit.
"Oh lo disini," katanya dengan nada merembehkan sambil melihat Yuna jijik seakan Yuna adalah hal yang menjijikan dan harus ia jauhi.
❤❤❤
How are you?
Semoga yang baca dalam keadaan yang sehat dan baik-baik saja.Seperti yang kita ketahui covid semakin meraja lela di indonesia, jadi jaga kesehatan ya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Novela Juvenil"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...