Budayakan vote sebelum baca ya..
Happy reading❤hujan membawa sebuah kenangan indah....
Dan ketika hujan tiba aku akan mengingatnya...___Yuna M.
Nampaknya langit mendung, sebentar lagi rintik hujan akan jatuh ke bumi membasahi alam semesta.
Suara didalam mobil Davin hening, Yuna biasanya mengoceh hal yang tidak penting kini sibuk memperhatikan setiap rintik hujan yang mulai membasahi bumi melalui jendela mobil, kadang mata Davin melirik Yuna, bibir Davin tersenyum tipis kala ia melihat Yuna tersenyum.
Yuna menyukai hujan namum tidak petir, hujan mengingatkan ia akan sebuah kenangan indah bersama dia, dulu ia sering kali bermain dibawah rintik hujan bersaama Davin walau mereka berakhir sakit.
Yuna pertama kali memecah keheningan,"Dav masih ingat gak, kita dulu sering banget main dibawah rintik hujan saat kecil." Yuna berbicara antusias.
Davin mengangguk.
"Kalau kita ngulangin gimana." Yuna mengatakan secara berlahan hampir berbisik namun bisa didengar oleh telinga Davin yang tajam.
"Gak."
"Ayolah Davin sekali...aja," Yuna menunjukan puppy eyes berusaha membujuk Davin.
Davin memalingkan tatapan dari mata Yuna, kalau begini ia menjadi tidak tega memandang tatapan memohon Yuna.
"Boleh ya..." Rengek Yuna.
"Nggak."
"Please, Davin ganteng deh." Yuna mencolek dagu Davin sembari bibirnya tersenyum menggoda.
"Ga mempan."
"Ishhh..." Yuna memalingkan tatapan ke jendela mobil, bibirnya mengerucut, ia sangat kesal ketika Davin tak mau diajak bermain air hujan padahalkan ia pengen.
Citt...Davin tiba - tiba mengerem mendadak, hampir saja kening Yuna mencium dashbord mobil, dengan cepat Davin mengulurkan telapak tangan perupaya melindungi kening Yuna agar tidak terbentur dashboad.
"Lohh kenapa Dav?" Dahi Yuna mengernyit bingung, kenapa mobil Davin berhenti mendadak dan hampir saja didahinya tercipta benjolan.
"Tunggu disini dulu, jangan keluar."
Yuna mengangguk namun masih dengan ekspresi bingung.
Davin mengambil payung dikursi belakang kemudian berlalu keluar mobil, setelah ia cek ternyata ban depan mobil pecah.
Davin membuka pintu mobil tanpa masuk kedalam,"Ban mobil pecah," ucap Davin to the poin.
"Terus kita gimana pulangnya?" Kata Yuna dengan cemas.
"Ga usah cemas, kamu tunggu disini, aku mau cari bengkel sebentar,"
"Hati - hati tapi ya?"
"Iya." Davin berlalu pergi.
❤❤❤
Sudah 20 menit Davin mencai bengkel, akhirnya ketemu juga.
Davin dengan seorang montir kini menuju ketempat mobilnya, Davin sadar sudah terlalu lama ia membiarkan Yuna menunggu disana.
"Pak bisa cepetan gak bawa motornya?"
Sang montir mengangguk mengiyakan.
Sesampainya disana langsung saja montir memasangkan ban baru mengganti ban mobil yang tadi sempat pecah, saat Davin membuka pintu mobil betapa terkejutnya Davin, disana tidak ada Yuna hanya tas gadis itu yang tergeletak dikursi mobil.
Dengan kesetanan Davin berlari menerobos guyuran hujan yang semakin deras tanpa perduli seluruh seragamnya akan basah kuyub, payung yang ia pakai tertinggal begitu saja, betapa kalutnya Davin, perasaan yang cemas semakin menjadi - jadi ketika telinga Davin mendengar suara petir menggelegar.
Sedangkan dilain tempat Yuna duduk dibawah pohon sembari memeluk kelinci, basah sudah seluruh seragamnya, tubuh Yuna menggigil kedinginan, hari pun sudah menjelang malam.
Yuna berusaha meresapi rasa dingin yang terasa menusuk kulit, ia berusaha menikmati hujan, bagaimanapun karena hujan membawa sebuah kenangan indah seolah - olah kenangan itu akan datang kembali ketika ia menikmati tetes demi tetes air yang jatuh ke bumi.
JGEEER...terdengar suara petir yang memekakan telinga. Yuna berteriak kencang, tangannya terangkat menutup telinga rapat, ia sangat ketakutan disituasi ini, hari semakin petang, petir terus saja menyambar dan hujan yang tak pernah berhenti, tubuh Yuna mengigil hebat, air mata yang sendari tadi ia tahan mulai mengalir kepipi, air mata itu menyatu dengan air hujan.
"Hiks....DAVIN TOLONG!" Teriak Yuna, suara tersebut terendam begitu saja dengan suara petir dan bulir hujan yang jatuh.
"YUNA KAMU DIMANA!" teriak Davin frustasi.
Davin melihat sebuah taman yang dekat sekitar sini, tanpa pikir panjang ia memasuki kawasan taman.
"YUNA!" Davin terus saja meneriaki nama Yuna, ia berlarian disekitar taman, perasaan cemas menghantam dadanya, sampai ekot mata Davin melihat seorang gadis yang terduduk dibawah pohon dengan seekor kelinci dipangkuan, terlihat gadis itu menutup telinga.
Davin berlari dengan nafas yang memburu,"Yuna." Davin memeluk erat tubuh gadis yang bergetar gadis itu pun membalas pelukan Davin tak kalah erat, isak tangis keluat dari bibir mungil gadis tersebut.
"Hiks...Dav aku takut, aku mau pulang," kata Yuna dengan suara serak.
Davin langsung saja mengendong Yuna ala koala denagan satu tangan sedangkan tangan yang satu lagi memegang kelinci, ia sama sekali tidak berniat melepaskan pelukan Yuna.
Sesampai dimobil Yuna masih saja sesenggukan, "Dav...hiks aku takut."
Davin kembali merengkuh tubuh Yuna yang bergetar hebat, Davin melepas tengkuhan, mengambil kelinci diatas panguan Yuna untuk dipindahkan ke kursi belakang, memudian Davin mencium puncak kepala Yuna.
Davin mengambil jaket didalam tas, jaket bomber berwarna hitam yang selalu ia bawa ke sekolah hadiah dari Yuna saat ia berulang tahun, Davin memakaikan jaket itu ketubuh Yuna, berusaha agar mengurai rasa dingin yang menyebabkan bibir gadis itu bergetar.
"Kenapa keluar." Davin menatap tajam Yuna.
Yuna yang di tatap seperti itu menundukan kepala, ia tak berani menatap mata tajam Davin.
Yuna menggeleng.
"Jawab, tatap aku," suara Davin meningi, tersebesit rasa khawatir dan emosi disana.
Yuna berlahan mendongak mebatap mata tajam Davin.
"Ma-af Dav a...aku tadi melihat kelici kehujanan j...jadi aku mengejarnya," Ujar Yuna dengan ketakutan,"jangan marah," lanjut Yuna hampir tak terdengar.
Davin menghela nafas berat,"Aku khawatir." Davin mengelus lembut pipi Yuna yang terasa dingin.
"Maaf," kepala Yuna menunduk lagi.
Davin mengatkan dagu Yuna sembari bibirnya menyunggingkan senyum,"Aku nggak marah lagi, kita pulang sekarang."
Davin menyalakan mobil, meski diumurnya yang masih 16 tahun dan beberapa bulan lagi ia akan berumur 17 tahun, ia sudah berani membawa mobil ke sekolah, hanya demi bisa berangkat maupun pulang sekolah berdua bersama Yuna tanpa jasa sopir, Apartemen mereka tidaklah terlalu jauh dari sekolah.
Mobil hitam Davin mulai melaju dengan kecepatan normal membelah deras hujan yang tak kunjung reda.
❤❤❤
Hihii, gimana sama part yang ini?
Semoga suka ya😊...

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Novela Juvenil"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...