11. Bullying

184 99 20
                                    

Happy reading:-)

Dia disakiti...
Maka aku yang bertindak...

___Davin A.

Hari ini Davin mulai disibukan dengan seleksi pemilihan ketua osis, tepatnya diruangan luas atau tempat yang biasanya digunakan para guru untuk rapat.

Terdapat sekitar lima orang siswa/i dari kalangan kelas X maupun XI pilihan yang nanti akan dijadikan ketua osis beserta wakilnya, jadi diantara lima orang tersebut hanya dua orang saja yang akan dipilih.

Davin konsetrasinya agak sedikit terganggu namun untung ia bisa mengatasinya, ia cemas apakah Yuna baik - baik saja, gadis itu terlalu memaksakan diri masuk sekolah padahal suhu tubuh Yuna masih sedikit panas, dengan alasan ada ulangan sejarah ia memaksakan diri masuk sekolah.

Davin sudah mencoba membujuk Yuna, tapi ia tak bisa ketika Yuna mengatakan, jika ia ikut ulangan susulan meski hasilnya bagus tetap saja guru itu akan memberi ia nilai KKM saja, itu yang membuat Davin tidak bisa melarang Yuna.

❤❤❤

Di kelas, Yuna berusaha menahan sakit kepala, itu membuat ia sedikit sulit menjawab soal ulangan.

Ia mengumpulkan kertas ulangan di meja guru, dan meminta izin untuk pergi ke toilet sebentar.

Sampai di toilet, ia membasuh wajahnya, menatap wajah yang kini sudah memucat.

"Eh...kuman!, yang ngakunya sahabat Davin." Clara berdiri dibelakang tubuh Yuna, entah sejak kapan Clara sudah ada di sana.

Yuna berbalik,"lohh, Kak Clara, Mira, Ayu, kenapa kak?" Tanya Yuna sedikit gemetar, lihatlah ketiga orang ini, wajah mereka terlihat sangat menyeramkan sepertinya mereka sedang... marah.

"Pasti lo yang bikin Davin nolak gue!" Clara menunjuk wajah Yuna.

"Maksud Kakak?" Yuna bingung, kenapa ia dituduh menjadi penyebab ditolaknya Clara.

Ia menunduk merasa pandangan Clara mulai menajam. Clara berdecih menarik rambut Yuna dengan kasar tanpa perasaan.

"Halahh...dasar kuman!"

"Arhhh...sakit Kak," rintih Yuna kesakitan, kepala yang tadinya sakit kini bertambah sakit.

Air mata yang ia berusaha tahan mulai keluar dari pelupuk mata tanpa permisi, siapapun tolong aku.... Yuna membatin.

"Biar gue aja yang beresin nih anak." Mira mengajukan diri untuk menggantikan Clara membully Yuna.

"Biar gue patahin tangannya," ujar Ayu sembari meremas jari - jari tangan seakan melakukan pemanasan.

Tangis Yuna kian keras,"Hiks...jangan kak!" Yuna sungguh ketakutan, seluruh tubuhnya bergetar, isakan demi isakan terus keluar dari bibir Yuna.

Perasaan takut Yuna kian bertambah mendengar apa yang diucapkan Mira dan Ayu.

"Gak, ini urusan gue sama si kuman." Clara membenturkan kepala Yuna dengan keras ke dinding toilet.

"Hiks...aku mohon berhenti kak!" Yuna terus saja memohon, berharap Clara mau berhenti membenturkan kepalanya.

"Kerasin...Hahaha!" Tawa mereka menggema di dalam toilet.

Lagi, lagi dengan tidak puasnya Clara membenturkan kepala Yuna ke dinding toilet, sampai darah sudah mulai mengalir dikepala Yuna namun ia enggan berhenti. Rasanya Clara belum puas jika Yuna belum kehilangan kesadaran.

Dengan kasar Clara mendorong Yuna hingga tersungkur di lantai, Clara dan antek - anteknya menyeringai puas melihat kondisi Yuna saat ini.

Rambut berantakan, wajah basah oleh derai air mata, Yuna rasa ada sesuatu yang basah mengenai dahinya, berlahan tangannya menyentuh dahi.

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang