Happy reading😉
Dia khawatir...
Membuatku merasa bersalah namun senang secara bersamaan...___YunaM.
Davin dibuat was-was saat Yuna belum juga membuka mata, kata dokter luka dikepala Yuna tidak terlalu parah namun phobia Yuna yang akan memperparah, akan sulit bagi Yuna untuk melupakan kejadian tadi.Davin melangkah menuju jendela yang memperlihatkan taman rumah sakit, ia mengambil benda berbentuk persegi didalam sakunya.
"Hallo tuan muda," sapa orang disebrang.
"Keluarkan siswa atas nama Clara Narestra, serta teman-temannya yang bernama Ayu, Mira!" Titah Davin dengan tegas tanpa bantahan.
Ini yang akan mereka dapat jika berani mengusik orang yang telah ia jaga mati-matian selama ini.
"Baik tuan muda."
"Hancurkan perusahaan keluarganya, saya mau mereka menderita!" Seringaian tipis terbit di bibir Davin, tatapanya menajam lurus kedepan.
"Dav," lirih Yuna.
Davin dengan cepat menghampiri Yuna, terlihat gadis itu memandang Davin dengan mata berkaca-kaca.
"Hiks...aku liat darah," tangis Yuna, Davin memeluk Yuna dengan erat mencoba menyalurkan ketenangan.
"Gak papa," kata Davin berusaha menenangkan Yuna.
"Tap-."
Davin menempekan jari telunjuknya di bibir Yuna,"Udah jangan di inget, aku janji itu gak bakal terjadi lagi," janji Davin. Setelah kejadian ini ia pastikan tidak akan ada orang yang mengusik Yuna, tidak akan ada orang yang berani melukai Yuna lagi.
"Beneran?"
"Iya."
Keberuntungan bagi Yuna memiliki sahabat seperti Davin, dari kecil hingga beranjak dewasa Davin selalu menjaga Yuna, selalu ada saat-saat Ia berada di satu titik terendah dalam hidup.
Sampai Davin pernah dikatakan bencong oleh teman-temannya saat masih duduk di bangku sekolah dasar, karena Yuna dan Davin selalu berdua.
Davin memberikan Yuna perhatian lebih, tidak dipungkiri juga kalau Yuna kadang terbawa perasaan.
Kadang Yuna berfikir Davin menaruh rasa lebih padanya namun jika Davin menaruh rasa lebih, kenapa sampai sekarang Davin tidak pernah bicara perial perasaan.
Melihat Davin khawatir Yuna jadi merasa bersalah namun di waktu bersamaan ia sangat senang nelihat wajah khawatir Davin yang hanya tertuju untuk Yuna.
❤❤❤
Di kamar inap Yuna, dihebohkan dengan Rangga yang kehilangan sepotong roti bakar kejunya sampai menuduh semua orang di ruangan sana termasuk suster yang masuk ke ruang inap Yuna.
Membuat semua penghuni ruangan tersebut menggeleng heran dengan sikap Rangga, tidak cukup dengan itu mereka juga harus menyaksikan rengekan Vino pada maminya di telepon untuk membelikan ia skincare baru.
"Roti bakar gue siapa yang ngambil." Rangga mencak-mencak tak jelas sungguh malang nasibnya, padahal roti bakar keju sudah akan masuk ke perut namun sekarang hilang, pergi kemana roti bakarnya.
"Yaelahh tong, cuman satu doang juga," sungut Daren, cukup sudah drama kehilangan roti bakar.
"Ga bisa, pokoknya gue sumpahin yang ngambil diare satu minggu!"
"Lebay lo!" Helly heran bukan main, cuman roti bakar yang hilang bukan berlian atau manusia, Rangga spesies manusia aneh, sungguh ini tidak hakiki sama sekali.
Rangga hanya mendelik tidak terima, menurut Rangga makanan adalah semacam hal yang tak pernah ia lewatkan terutama gratisan, roti keju tadi memang gratis karena Anjas yang membeli tapi dengan uang Davin.
Ekor mata Rangga melihat Vino tidur tekungkup di atas salah satu sofa sambil menelpon. "Mii aku maunya skincare yang baru itu," rengek Vino pada maminya diseberang sana.
"Titik, aku mau yang baru itu!" Vino harus membeli skincare produk baru, Vino dengar produknya sangat bagus katanya membuat wajah bertambah glowing.
Kalau muka gue makin glowing bebeb Anjas gak bakal bisa berpaling, Vino melamun sambil senyum gak jelas.
Plakk, tanpa rasa kemanusiaan Rangga memukul pantat Vino.
"Apaan sih lo!" Kesal Vino, sudah jatuh imagenya saat ini juga, bagaimana bisa si upil anoa menampar pantat seksinya didepan banyak orang terutama Anjas.
"Bangun lo!" Rangga menarik-narik tangan Vino untuk bangun.
"Apann sih, dasar upil anoa!" Sewot Vino.
"Ehh anak Mami, bangun dulu lo, gue mau chek nih ada roti bakar gue nyelip ga disana!" Kata Rangga nyolot.
"Ga ada, upil anoa," kekeuh Vino.
"Bangun dulu!"
Vino mengalah ia bangun dari posisi nyamannya tidur tengkurap,"Nihh emang ada!" Vino menutar bola matanya malas.
Rangga melirik sofa tempat tadi Vino tengkurapan, namun kosong tidak ada apapun disana, mata Rangga melirik Vino yanh berdiri disampingnya kemudian matanya menjam.
"Ga ada kan!" Vino menatap Rangga dengan tajam juga.
"Itu apaan yang nempel di baju lo!"
Tatapan mata Vino menurun tak lama ia berteriak histeris,"KYAAAAA! baju baru gue." Vino menepis roti bakar yang telah berani mengotori baju barunya, baru kemarin sekali ia membeli di mall bersama Maminya.
Roti bakar itu jatuh diatas lantai dengan mengenaskan, mereka tersenyum geli melihat Vino kelabakan membersihkan baju dan Rangga menatap sendu roti bakarnya yang sudah terjatuh di lantai saat ini.
Bagi Daren, Helly, Anjas, Yuna, tingkah laku Vino dan Rangga sangat menghibur, terbukti dari ekspresi mereka yang sedang berusaha untuk menahan tawa, ingin tertawa namun mereka kasihan dengan dua cecunguk itu.
"Liat Roti bakar lo tong, bentukan gepeng tapi keren, roti bakar gepeng namanya mah," ledek Daren sembari tangannya mengancungkan dua buah jempol.
Rangga bersimpuh di depan roti bakarnya dengan pandangan sendu, memang benar apa yang dikatakan Daren, bentuknya sekarang gepeng.
"Gara-gara lo!" Rangga menjambak rambut Vino dengan kencang melampiaskan rasa kesalnya.
"Bangsat upil anoa, rambut gue!" Rambut Vino berantakan tak teratur, sia-sia ia menggunakan pomade mahal yang dibelikan sang Mami, semua ini karena si upil anoa, tidak terima gaya rambutnya dirusak, Vino memebalas jambakan Rangga.
Terjadilah aksi jambak-jambakan, menggundang tawa semua penghuni ruangan yang bernuansa putih.
"Si Anjir...HAHAHA," tawa Daren paling terkeras, membahana sepenjuru ruangan, dengan tidak elit Daren berguling di lantai sembari kedua tangan memegang perut.
Semuanya tertawa kecuali Davin, ia hanya memandang Yuna tertawa dari samping, walau dalam keadaan wajah pucat, setidaknya dengan kedatangan mereka mampu membuat Yuna tertawa lagi dan melupakan sejenak kejadian barusan, tangan Davin terangkat membelai rambut Yuna dengan berlahan.
Valdo dan Rangga berhenti bertengkar, Daren berhenti dari kegiatan berguling, semua diam ketika terdengar suar pintu terbuka.
Ceklek...
Disana berdiri seorang lelaki jangkung dengan sebelah tangan membawa bingkisan buah.❤❤❤
Jangan lupakan Vote + comment ya...😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen Fiction"Kamu nggak pernah tau gimana rasanya mendam perasaan sekian lamanya!" Yuna Maharani "Maaf, aku terlalu takut." Davin Aldero Ketika dua hati sudah memilih untuk siapa ia pada akhirnya. Ketika sebuah perasaan tersembunyi jauh didasar hati. Dan ketika...