1

31.2K 2.7K 197
                                    

Jake menghela nafas mendengar teriakan dari Park Sunghoon Ceo perusahaan tempat dia bekerja, dan terdengar bentakan beberapa kali.

"SHIM!." Jake meninggalkan monitor miliknya dan membuka pintu ruangan atasannya itu dengan malas.

"Kenapa Pak?." Wajah atasannya itu mengeras untung Jake berdiri didepan pintu saat boss nya itu menghamburkan semua berkas tebal yang ada dimejanya.

"Kenapa ajakan kerja sama dari PJS Corp ditolak, Shim?!." Jake langsung mendatarkan wajahnya.

"Loh?, kok bapak marah sama saya?, bukannya bapak yang tidak mau bekerja sama dengan Jay rival bapak masa kuliah?."

Jake menjawab dengan sewot bahkan sangat julid, enak saja dia yang disalahkan bukannya Sunghoon sendiri yang kekanakan menolak kerja sama dari Jay Park karena alasan konyol.

CEO tampan berkulit putih pucat itu menatap Jake tajam, Jake tidak peduli dan memungut semua kertas penting yang berceceran dilantai.

"Kamu menyalahkan saya?." Sunghoon sebenarnya menyesal menolak proyek besar itu.

"Terus salah siapa?, Jay?, saya?." Hanya Jake yang berani pada atasan yang terkenal galak itu.

"Kan kamu bilang, 'terserah bapak, saya ikut aja' kamu lah yang salah, coba kamu paksa saya." Bahkan Sunghoon totalitas meniru cara bicara Jake.

Tangan Jake mengepal geregetan pada boss nya menyebalkan itu, wajah Sunghoon minta ditampar kalau kata Jake.

"Bapak lupa?, saya bujuk paksa berkali-kali bapak malah marah dan mengancam memotong gaji saya." Jake berkacak pinggang dengan kertas yang masih ditangan.

Pintu ruangan terbuka perdebatan Jake dan sang atasan mengundang para karyawati berlalu lalang untuk mencari gosip tentang apa yang diperdebatkan sekretaris bersama Ceo itu.

Mereka seperti pasangan suami istri yang sedang berdebat belum lagi Jake yang bicara panjang lebar menatap atasannya nyalang.

"Saya tidak mau tahu, kamu email Jay untuk bertemu saya esok dan tempat pertemuan kamu yang atur sendiri." Mutlak Sunghoon dan kembali fokus pada komputernya, menyalakan speaker supaya suara Jake teredam.

"Bulan depan bapak naikan gaji saya." Jake keluar ruangan dan melihat banyak karyawan yang menempel disamping pintu.

"Sedang apa?." Jangan salah dibanding takut pada Sunghoon, mereka para karyawan lebih takut pada Jake.

Mereka kocar kacir pergi dari sana saat wajah Jake yang kusut, Jake mengamuk lebih mengerikan dari apapun.

Jake mengerjakan semua tergesa sampai tidak sempat istirahat untuk makan siang, fokusnya hanya pada pertemuan official dua rival masa kuliah itu, kaca mata anti radiasi Jake bertengger manis pada hidung Jake yang melorot dan Jake tidak sempat memperbaikinya.

"Shim berhenti sebentar." Sunghoon yang akan keluar dari ruang kerjanya melihat Jake yang masih sibuk pada komputer.

"Bapak duluan saja, saya masih sibuk." Jawab Jake dengan ketus. Coba karyawan lain begitu sudah pasti dipecat boss berwajah dingin itu.

"Semoga cepat selesai, Shim aku bantu doa." Ucapan Sunghoon menyulut emosi Jake.

"Iya pak, saya doakan bapak bangkrut."

"Saya dengar ya, Shim." Jake tertawa sambil mengetik.

'Untung cantik.' Batin Sunghoon.

Sekretaris Shim [sungjake] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang