"Mulai sekarang apapun yang bersangkutan sama lo, gue harus terlibat disana. Gue nggak mau lo ngalamin hal-hal sulit itu sendirian".
Perkataan Satria masih terngiang di kepalanya membuatnya lebih sering bengong jika sendirian terlebih lagi Satria tidak mengatakan apapun saat itu membuatnya semakin memikirkan maksud dari perkataan itu.
"Syif..."
Suara serak Hansel yang baru bangun membuatnya mengalihkan perhatiannya ke arah cowok itu.
"Kamu butuh sesuatu?" Tanyanya mendekat ke ranjang Hansel.
"Aku haus"
Mendengar itu Syifa dengan sigap langsung mengambil gelas berisi air yang berada di atas nakas lalu membatu Hansel menyesuaikan posisi ranjangnya agar bisa bersandar lalu membantu laki-laki itu minum.
"Makasih"
Syifa mengangguk dengan senyuman, "masih butuh sesuatu?"
"Nggak, kok kamu belum pulang?"
"Aku mau jagain kamu disini"
Hansel tersenyum mendengar jawaban Syifa. Ia merasa sangat beruntung bisa memiliki sosok perempuan baik seperti Syifa yang selalu ada di saat-saat ia butuh seseorang.
Syifa yang melihat Hansel terus tersenyum dengan mata yang menatap dirinya membuatnya masih tak percaya bahwa laki-laki di hadapannya sudah membuka matanya dan tersenyum padanya padahal sejak beberapa hari yang lalu laki-laki itu terus saja memejamkan matanya dengan nyaman membuat Syifa khawatir setengah mati, takut terjadi sesuatu pada Hansel.
"Makasih An"
Halsel lagi-lagi tersenyum mendengar perkataan Syifa. Perempuan itu sudah mengatakannya lebih dari sepuluh kali sejak ia sadarkan diri tadi pagi.
"Aku nggak akan ninggalin kamu tanpa pamit jadi tenang aja. Aku baik-baik aja kok" katanya lalu mengelus puncak kepala Syifa.
"Janji"
"Aku janji"
"Kalau kamu nggak tepatin janji hukumannya apa?"
"Kamu boleh benci aku dan jangan pernah maafin aku"
"Seram banget hukumannya"
"Makanya aku nggak bakalan pergi ninggalin kamu tanpa pamit"
Syifa mengangguk lalu meraih tangan Hansel yang masih mengelus kepalanya lalu menggenggam lama tangan itu dengan kedua tangannya.
Tangan ini yang pertama kali mengajaknya berteman, tangan yang akan melindunginya saat ada yang mengusiknya di sekolah, tangan yang selalu menghapus air matanya, tangan yang selalu mendukung dan menyemangatinya, tangan yang hangatnya masih sama seperti dulu. Hansel selalu ada untuknya.
Mengingat semua itu membuat Syifa benar-benar bersyukur memiliki Hansel disisinya selama ini walaupun mereka harus berpisah sejak masuk sekolah menengah tapi tetap saja Hansel selalu menyempatkan waktu mengunjungi dirinya kapanpun Syifa membutuhkan laki-laki itu.
"Aku akan selalu ada dan dalam keadaan apapun buat kamu jadi jangan berpikir macam-macam. Aku baik-baik aja"
Ujarnya kembali menenangkan Syifa yang matanya sudah berkaca-kaca sejak perempuan itu menggenggam tangannya.
Syifa mengangguk, "Tadi Oma sama Opa datang saat kamu masih tidur".
Mendengar itu membuat raut wajah Hansel yang tadinya tersenyum langsung datar tanpa ekspresi.
Menyadari perubahan sikap Hansel membuatnya curiga ada yang tidak beres dengan hubungan mereka karena selama ini Hansel paling senang saat membahas tentang Oma dan Opanya, ia bahkan rela sekolah di tempat yang berbeda dengan Syifa demi menemani mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYIFA
Teen FictionKita adalah dua orang asing yang dipertemukan oleh takdir dan direstui semesta untuk bersama.