13

190 16 0
                                    

Usai menjalankan ibadah salat subuh Syifa berdiri di balkom kamarnya, meregangkan otot-otot tanganya sambil menghirup udara pagi yang masih segar. Beberapa hari yang lalu sudah ia putuskan untuk bertanya kepada bundanya perihal ayahnya yang tak pernah ke rumah, ia harus tahu dan itu haknya.

Akhir-kahir ini tak pernah punya waktu untuk berbincang serius dengan bundanya karna sedang fokus ke ujiannya. Mungkin ia akan meminta waktu pada bundanya untuk berbicara setelah ia pulang dari ujian karna hari ini terakhir ia ujian di sekolah sebelum libur semester.

Melangkah masuk ke kamar dan berbersih kemudian siap-siap untuk berangkat ke sekolah

"Mau berangkat sama abang?"

Juna yang sudah tampak rapi berdiri di depan pintu kamarnya.

"Boleh"

"Abang tunggu di meja makan"

Juna menutup pintu kamar Syifa. Ia sendiri sedang mengikat rambutnya kemudian meraih tas dan bergegas ke ruang makan. Di dapatinya bunda dan abangnya sedang sarapan.

"Pagi bunda" sapa Syifa pada Jani kemudian mengecup pipi bundanya lalu duduk di samping Juna.

"Pagi sayang, bunda buatkan roti yah"

Syifa mengangguk, teringat rencananya yang ingin berbicara serius pada bundanya langsung menatap wanita yang sedang sibuk mengoles selai coklat pada rotinya itu.

"Bunda punya waktu?"

Bunda beserta Juna yang mendengar itu langsung menatap ke arah Syifa

"Ada apa? Serius sekali anak bunda"

"Syifa mau bicara serius sama bunda, berdua aja"

Juna diam, ia mengerti apa yang akan Syifa bicarakan pada bundanya.

"Sekarang? Kan mau sekolah"

"Malam nanti bun, rotinya syifa bawa ke sekolah aja"

"Mau berangkat sekarang dek?"

"Iya bang, ayo"

Juna menghabiskan roti di tangannya lalu pamit pada bundanya dan menghampiri Syifa yang sudah ada di dalam mobil.

***

Usai salat dan mengaji dengan Juna tadi Syifa memilih pamit ke ruang keluarga untuk menemui bundanya, Juna hanya memeluk Syifa sebelum adiknya itu keluar dari kamarnya.

"Bunda?"

Dilihatnya anak perempuan satu-satunya itu menghampirinya, Syifa mematikan tv dan kembali fokus pada bundanya

"Syifa mau tanya sesuatu tapi kalau bunda nggak mau bahas itu Syifa ga bakalan nanya lagi"

"Ada apa sayang?"

Ditatapnya bunda yang sudah menemaninya dari ia tak mengenal apa-apa sampai sekarang, Syifa tak tega menanyakan hal ini pada bundanya. Ia takut menyakiti perasaan Jani.

"Ayah dimana?"

Ujar syifa nyaris berbisik takut menatap wajah Jani di depannya, ia memilih menunduk

"Kenapa tiba-tiba nanyaiin itu?"

"Syifa pengen tau bun"

"Ayah mu sudah ga ada"

Jawaban singkat bundanya mampu membuat kepalanya pusing, matanya sudah memerah menahan tangis ia juga tak mampu menatap bundanya

"Sejak kapan bun"

"Kamu masih kecil"

Runtuh sudah pertahanannya untuk menahan air matanya, bahu syifa bergetar. Bunda yang melihat itu memilih memeluk putrinya dan menenangkan Syifa padahal hatinya pun sedang tidak karuan.

Juna yang sedari tadi memperhatikan dari jauh memilih menghampiri dua wanita yang sangat ia cintai itu dan merengkuhnya dalam pelukan

"Kenapa bunda nutupin ini dari syifa?!!!"

Suaranya yang sudah serak di paksa berteriak mambuat Juna dan bundanya semakun mempererat pelukannya.

"Tenang sayang, masih ada abang sama bunda"

Hatinya hancur mengetahui fakta bahwa sosok yang sudah lama ia rindukan telah tiada, padahal ia sangat ingin tahu bagaimana sosok ayahnya yang sebenarnya. Rasanya di sayang, dipeluk, di perhatiakan, ia ingin tahu bagaimana perhatian sosok ayah.

"Ayah syifa rindu" kata Syifa di sela-sela tangisnya

Sekali lagi hati Juna dan Jani sakit mendengar suara Syifa, ada rasa putus asa disana.

"Bunda mending ke kamar, tenangin diri biar Syifa sama abang"

Bundanya menyingkir, membiarkan Juna menenangkan Syifa

"Sekarang kamu tau kan, kalau kamu rindu sama ayah banyak-banyak berdoa buat ayah"

"Ayah bang, syifa pengen di peluk ayah"

"Udah dek, tenangin diri kamu"

Suara isakan semakin jelas di telinga Juna, Syifa masih tampak terguncang dengan kabar yang ia baru dengar setelah sekian tahun.

"Abang siap gantiin ayah buat kamu, abang akan selalu ada buat kamu dek. Tenang yah"

Mengecup kening adiknya, memberikan ketenangan dan rasa nyaman pada Syifa agar lebih tenang.

Merasa Syifa sudah mulai tenang dalam dekapannya Juna memilih untuk menggendong Syifa ke kamarnya, ia butuh istirahat.

Meletakkan adiknya di di kasur kemudian mengecup lama kening Syifa, Juna memilih keluar dari kamar Syifa. Setelah mendengar suara pintu tertutup Syifa melihat sekeliling kamarnya kemudian kembali terisak mengingat apa yang dikatakan bundanya. Syifa tahu ada sorot terluka di mata bundanya saat ia menanyakan tentang keberadaan ayahnya tapi Syifa juga perlu tahu seperti apa sosok ayahnya. Ia merasa punya hak

Beberapa jam menangis membuat matanya terasa berat untuk terjaga dan kemudian terlelap. Juna dan bunda yang ada di luar kamar syifa mendengar suara tangisan Syifa membuat mereka ikut tersakiti.

"Bunda masih ga sanggup cerita yang sebenarnya ke Syifa bang"

"Pelan-pelan bun, Juna ngerti"

"Bagaimana kalau adikmu tidak terima kenyataan suatu saat nanti kalau ia tahu apa yang sebenarnya"

"Juna tau gimana Syifa bun, ia perempuan yang kuat"

Bunda mengangguk kemudian Juna memeluk bundanya berusaha memberikan kekuatan kepada cinta pertamanya di dunia ini, bundanya.

"Sekarang bunda tidur, pasti capek"



















Hai semua!!😁
Jangan lupa vote and comment yah guys. Terima kasih❤

SYIFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang