2

348 25 0
                                    

Mengingat kewajibannya sebagai seorang muslim, Satria baru saja keluar dari Musala yang ada di dalam apartemennya saat jam sudah menunjukkan pukul lima lewat. Satria melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Setelah membuat sarapan Satria kembali ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian dengan seragam sekolah serta merapikan tempat tidurnya sebelum kembali ke dapur.

Satria tinggal sendirian di apartemen atas kemauannya sendiri. Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing tapi Satria tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang dari Papa dan Mamanya karena setiap weekend mereka pasti datang berkumpul ke apartemen Satria dan menghabiskan waktu bersama.  Selain itu setiap hari kedua orang tau Satria sering menelepon untuk sekedar menanyakan keadaan atau kegiatan Satria.

Satria menikmati nasi goreng dan telur mata sapi yang sempat ia buat tadi sambil membaca beberapa email dari Satya mengenai program baru untuk sekolah.

Setelah selesai sarapan dan menyimpan piring kotornya, Satria meraih tasnya kemudian menuju parkiran apartemen untuk berangkat ke sekolah.

Jarak apartemen dan sekolahnya tidak terlalu jauh hingga membuat satria lebih memilih menggunakan motor dari pada mobil.

Saat tiba jam sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit keadaan sekolah masih sepi karena ini masih terbilang terlalu pagi untuk berada di sekolah. Satria melewati koridor menuju kelasnya untuk menyimpan tas kemudian melangkah ke ruang OSIS untuk menempel jadwal piket bersama guru yang telah ia susun sejak semalam.

Setelah selesai Satria mengunci pintu ruang OSIS dengan sederet angka yang hanya di ketahui pembina dan anggota OSIS.

"Permisi kak" kata seseorang dari arah belakang Satria.

Satria berbalik kemudian menatap murid perempuan yang tersenyum kepadanya meminta penjelasan

Mengerti dengan tatapan Satria, "Kakak di panggil sama wakil kepala sekolah di ruangannya"

Satria merasa tidak ada kepentingan dengan wakil kepala sekolah hingga ia harus dipanggil sepagi ini.

Satria mengangguk kepada murid perempuan yang masih berdiri di hadapannya itu kemudian berjalan meninggalkan cewek itu di depan ruang OSIS menuju ruang kepala sekolah. Satria mengetuk pintu tiga kali kemudian masuk setelah mendengar suara Pak Faizal.

"Duduk satria" kata Pak Faizal menunjuk kursi yang ada di depannya.

"Iya Pak"

"Jadi begini, sekolah ingin mengadakan lomba persahabatan dengan sekolah lain dan pihak sekolah berharap OSIS bisa bertanggung jawab terhadap acara ini. Bagaimana pendapatmu?"

"Lomba persahabatan ini dalam rangka apa kalau boleh saya tahu pak?"

"Kerja sama yayasan"

"Kira-kira acaranya akan di mulai kapan pak?"

"Hasil dari rapat, acara akan mulai dua Minggu lagi"

Satria tampak berpikir sebelum menerima tanggung jawab untuk melaksanakan acara itu, "Baik pak, tapi saya dan teman-teman osis meminta untuk diberikan izin tidak ikut pembelajaran sekitarnya ada sesuatu yang perlu kami persiapkan. Bagaimana pak?"

"Baik. Saya sudah bicarakan itu dengan guru-guru dan mengenai biaya yang kalian perlukan kalian bisa mengajukan proposal dan kami akan menyiapkan dananya"

"Baik pak kalau begitu saya pamit dulu"

"Terima kasih Satria"

Satria menjabat tangan dengan Pak Faizal kemudian meninggalkan ruangan itu menuju ruang OSIS. Satria mengabarkan hal yang ia bicarakan tadi dengan Pak Faizal melalui grup Line OSIS dan menyuruh seluruh anggota OSIS untuk segera datang ke ruang OSIS secepatnya.

SYIFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang