26

86 8 0
                                    

Syifa menatap sekitarnya. Benar saja, mobil yang membawa dirinya dan juga Hansel tiba di depan rumah laki-laki itu. Pak Sapri turun lebih dulu untuk membukakan mereka pintu mobil.

"Mari Mas saya bantu" ujar pak Sapri mengulurkan tangannya pada Hansel.

"Nggak usah pak, saya bisa sendiri" balas Hansel tanpa ekspresi.

Syifa yang memperhatikan perubahan sikap laki-laki itu sejak mereka meninggalkan rumah sakit merasa ada yang salah dengan Hansel karena tidak biasanya ia bersikap dingin seperti itu tapi Syifa juga tak berani bertanya. Ia menunggu Hansel sendiri yang menceritakannya padanya.

Mereka turun dari mobil. Hansel diam  sambil menatap rumah besar di hadapan mereka, seperti memikirkan sesuatu bahkan laki-laki itu menggenggam erat tangannya.

"Kamu kenapa?"

Hansel hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum padanya.

"Ayo kita masuk, mereka pasti udah nungguin kamu"

Hansel menoleh mendengar perkataan Syifa tapi ia tetap tersenyum agar perempuan di sampingnya ini tak terlalu kepikiran walaupun ia tahu jika ia menjelaskan semuanya nanti tetap akan membuatnya kepikiran.

Pintu besar itu terbuka menampilkan Mbak Tami yang menyambut mereka sumringah, "Selamat datang Mas Hansel dan non Syifa"

Syifa tersenyum, "sudah lama yah kita nggak ngobrol, gimana kabarnya Mbak Tami?"

"Baik, non Syifa mau dibuatkan apa?"

"Bawain buah sama yogurt yang biasa aja Mbak"

Itu bukan Syifa yang menjawab melainkan Hansel. Mbak Tami yang paham langsung pamit ke belakang sedangkan Hansel langsung menarik pelan tangan perempuan di sampingnya untuk menuju ke ruang tengah dimana orang-orang yang ada di rumah ini menunggunya.

Sesampainya di sana terlihat oma, opa, mama, dan papanya Hansel sudah berdiri menatap mereka. Syifa yang merasa suasana berubah menjadi canggung langsung melepaskan tangannya dari genggaman tangan Hansel lalu menyapa mereka.

"Gimana kabarnya Oma?" Tanya Syifa setelah memeluk wanita yang umurnya sudah tidak muda lagi tapi masih terlihat sangat cantik

"Baik sayang, kamu juga sehat kan?"

Syifa mengangguk lalu beralih pada opa yang berdiri di samping oma, "Opa makin ganteng aja"

"Kamu bisa aja, sehat kan?"

Lagi-lagi Syifa mengangguk. Ia melangkah ke arah Tante Alora lalu memeluk lama wanita itu, "Syifa kangen".

Alora yang memang sudah menganggap Syifa seperti anaknya sendiri membalas pelukannya, "Makanya sering-sering main kesini"

"Sekarang giliran papa yg di peluk" ujar laki-laki yang berada di samping Alora dengan tangan yang sudah membentang.

Syifa tertawa lalu melepaskan pelukannya dari Alora dan beralih memeluk Ramsey.

Begitulah ia di perlakukan di keluarga ini. Selalu dianggap seperti keluarga sendiri membuatnya selalu nyaman berada di antara mereka. 

Hansel yang sejak tadi memperhatikan interaksi Syifa dengan keluarganya menjadi tak tega untuk menceritakan semuanya nanti terlebih lagi kebahagiaan yang begitu terpancar dari mata perempuan itu.

"Kami nggak jemput kamu karena kata pak Sapri kamu nggak mau di jemput" kata Alora menghampiri putranya yang masih diam ditempatnya.

Hansel diam saja. Perasaannya tak karuan tapi ia tak mau memperkeruh suasana dan berakhir merusak suasana hati perempuan yang sejak tadi masih tersenyum di pelukan papanya.

SYIFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang