6

210 20 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul satu siang dan Satria masih setia berada di ruang rawat Syifa sedangkan Juna sedang ke kantin untuk membeli makanan untuk mereka berdua.

Keadaan Syifa baik-baik saja hanya butuh istirahat yang cukup kata dokter, Syifa sudah sadar sejam yang lalu dan sekarang sedang disuapi bubur oleh Jani.

"Syifa kenyang bun, nanti lagi yah" syifa menolak untuk menghabiskan buburnya

"Ok, sekarang minum dulu" Jani menyerahkan segelas air ke tangan Syifa yang langsung di minum.

Satria yang memperhatikan dari sofa yang ada di sudut ruangan hanya tersenyum tipis dan sesekali memperhatikan ponselnya padahal tak ada apa-apa pada ponselnya.

Pintu terbuka menampilkan Juna yang membawa dua plastik berisi makanan serta dua botol air dan di letakan diatas meja. "Makan dulu sat" ujarnya setelah menyimpan plastik berisi makanan di atas meja di depan Satria.

Satria lebih memilih air botol karena ia merasa masih kenyang.

"Bunda ga lapar?" Tanya Juna yang memperhatikan bundanya masih duduk di samping Syifa

"Tadi sebelum kesini bunda udah selesai makan"

"Nanti sore Juna mau pulang dulu yah bun,  mau ngambil laptop sama beberapa berkas terus habis itu balik kesini lagi"

"Ga usah kesini lagi bang. Kasihan, nanti abang capek mending istirahat aja dirumah"

"Kasihan kalau bunda sendirian disini kan abang bisa tidur disini"

"Terserah abang, yang penting ga boleh sakit"

"Lo ga pulang sat? Ini gue ga ngusir tapi nanti lo di cariin orang tua lo"

"Gue tinggal sendiri bang"

Juna yang mendengar jawaban Satria hanya mengangguk tidak ingin menanggapi lebih jauh karna itu bagian dari privasi Satria yang tidak sopan jika Juna harus bertanya lebih jauh lagi.

Satria beranjak ke arah tempat tidur Syifa sedangkan Jani berjalan ke samping Juna yang masih makan.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Juna setelah duduk di kursi yang tadi di duduki oleh Jani.

"Udah enakan kok, kok lo bisa disini?"

"Gue dapat kabar dari Satya dan Fina"

"Ohh gitu"

"Gue mewakili anak OSIS minta maaf" ujar Satria tulus

"Santai aja, daya tahan tubuh gue emang suka drop" Syifa tersenyum

"Lo buruan sehat nanti gue ajak jalan-jalan sebagai permintaan maaf"

"Gue pengen ke wahana bermain"

"Terserah lo yang penting lo sehat dulu"

Syifa mengangguk kemudian menguap merasa mengantuk, mungkin pengaruh obat yang yang disuntikkan oleh dokter tadi. Satria kemudian pamit pulang pada Juna dan bundanya,"Pamit dulu Tante, Bang"

Satria meninggalkan rumah sakit menuju parkiran untuk pulang ke apartemennya.

Saat membuka pintu Satria kaget karna apartemennya tidak terkunci, ia buru-buru masuk kemudian melihat papanya sedang duduk di sofa depan tv menikmati secangkir kopi.

"Hai pa, udah lama?" Satria duduk di samping papanya

"Lumayan, habis dari mana Sat? Tumben keluar biasanya juga tidur kalau wekend gini"

"Jengukin teman di rumah sakit"

"Satya?"

Karel-papanya satria mengenal sahabat anak satu-satunya. Karel paham satria tidak terlalu suka dengan orang yang ia anggap asing baginya dan hanya Satya satu-satunya orang yang dekat dengan satria selama ini.

Satria menggeleng. "Namanya Syifa Pa"

Karel mengerutkan keningnya mendengar anaknya menyebut nama perempuan sedangkan Satria yang melihat ekspresi papanya langsung menjelaskan, "Syifa ini anak baru di sekolah terus dia bantuin satria pas acara kemarin jadi panitia, di sakit gara-gara satria Pa"

"Oh yang acara kemarin itu, oh iya tumben banget kamu perhatian ke orang lain terus cewek lagi"

"Ga usah di bahas, Mama mana?"

"Lagi masak di dapur"

Satria melangkahkan kakinya ke arah dapur dan di lihatnya wanita yang belum terlalu tua sedang sibuk memotong sayuran.

"Masak apa Ma?"

"Ini nih yang dicariin, dari mana kamu?" Tanya Tiffa-mamanya Satria melihat anaknya sudah berdiri disampingnya.

"Jengukin teman durumah sakit"

"Tumben peduli sama orang lain" sindir Tiffa

"Karna gara-gara satria dia sakit ma"

"Siapa nih yang buat anak mama yang cueknya minta ampun ngerasa bersalah kayak gini?" Tiffa menyeringai menggoda satria

"Namanya syifa Ma"

"Pacarnya yah?"

"Bukan, teman sekolah"

"Tapi kok sampai rela-relaiin jengukin dan nungguin sampai jam segini?"

Satria tidak menjawab ia hanya mengecup pipi mamanya dan melangkah menunggalkan dapur. "Satria mau mandi, gerah"

Tiffa yang mendengar itu hanya tertawa.












































Hai semua!😁
I hope you like it, jangan lupa vote and comment yah guys. Terima kasih❤

SYIFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang