24

81 12 2
                                    

Syifa berlari menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang rawat Hansel. Perasaan khawatir benar-benar menyelimuti dirinya, ia takut hal buruk akan terjadi pada laki-laki itu.

Satria yang sejak tadi selalu berada di samping perempuan itu merasa khawatir dengan keadaannya mengingat saat mereka sampai Syifa hampir saja tertabrak mobil yang akan keluar dari parkiran tapi untung saja ia dengan cepat menarik tubuh  Syifa hingga perempuan itu baik-baik saja. Belum lagi saat berlari menuju ruang rawat Hansel, Syifa beberapa kali tersungkur karena tak memperhatikan langkahnya.

Satria ingin sekali memeluk Syifa yang sekarang sedang berdiri menatap pintu yang Satria yakini adalah ruang rawat Hansel. Perempuan itu menatap pintu itu lama dengan sorot mata khawatir dan helaan nafas panjang sebelum membuka pintu itu.

Keadaan di dalam ruangan tenang, tak ada siapa-siapa yang menemani Hansel membuat kekhawatiran Syifa semakin bertambah terlebih saat melihat keadaan Hansel yang berbaring dengan mata tertutup lengkap dengan perban yang ada dikepala dan kakinya membuat tubuh Syifa seketika lemas dan membuatnya hampir terjatuh ke lantai begitu saja namun dengan sigap Satria meraih tubuh perempuan itu lalu memeluknya erat.

Detik itu juga tangisan Syifa memecah  keheningan di dalam ruangan. Satria mendekapnya erat berusaha menenangkan. Bajunya bahkan sudah basah karena ia membiarkan perempuan itu menangis hingga puas.

"Dia pasti baik-baik aja kan?" Tanyanya di sela isak tangisnya

"Pasti"

"Gimana kalau sesuatu yang buruk terjadi sama Hansel?"

Satria meraih wajah Syifa dengan kedua tangannya lalu menatap dengan sorot mata lembut, "Hei lihat gue, nggak akan terjadi sesuatu yang buruk dan Hansel akan bangun. Percaya sama gue" katanya meyakinkan sebelum mengusap air mata yang memenuhi wajah perempuan didepannya.

Syifa mengangguk meyakinkan dirinya bahwa laki-laki yang sedang terbaring itu akan baik-baik saja dan keadaan akan kembali seperti semula.

"Ayo gue temenin lo ngelihat Hansel"

Satria lalu menggenggam tangan Syifa dan membawa perempuan itu mendekat ke tempat Hansel.

Syifa duduk di samping tempat tidur menatap Hansel dari dekat membuat air matanya kembali jatuh. Ia tak suka melihat kondisi Hansel yang seperti ini dengan banyak goresan di wajah dan tangan laki-laki itu.

"Lo kenapa bisa kayak gini?" Tanyanya di sela-sela tangisnya

Syifa berharap Hansel menjawab pertanyaannya tapi laki laki didepannya masih menutup mata, ia mendekatkan wajahnya lalu berbisik di telinga Hansel, "Lo harus bangun An, lo harus buka mata lo buat gue"

Tokk...tok...

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Satria yang sejak tadi hanya diam berdiri di samping Syifa.

"Maaf menggangu, saya mau memberi beberapa obat pada pasien" ujar suster

Satria mengangguk lalu membawa Syifa ke sofa yang berada tidak jauh dari tempat tidur Hansel, memberi ruang pada suster untuk mengerjakan tugasnya.

Syifa terus memperhatikan Hansel dari tempatnya duduk sebelum perhatiannya teralih pada Satria yang beranjak dari sampingnya, "Lo mau kemana?"

"Tunggu sebentar gue mau ambil sesuatu di mobil"

Syifa mengangguk lalu membiarkan Satria pergi.

Satria berjalan ke parkiran dan setelah sampai ia membuka pintu mobilnya lalu mengambil beberapa barang untuk Syifa lalu kembali ke ruang rawat Hansel.

Satria meletakkan paper bag berisi buah-buahan dan selimut yang ia ambil dari mobilnya di meja dekat sofa saat matanya tertuju pada Syifa yang tertidur dengan posisi duduk di dekat tempat tidur Hansel.

Ia mendekat lalu mengangkat tubuh perempuan itu pelan-pelan lalu membawanya ke sofa. Satria meraih selimut yang ia bawa tadi lalu menutup tubuh perempuan itu.

Satria juga sempat berbicara dengan dokter mengenai kondisi Hansel dan menurut dokter tak ada yang perlu di khawatirkan hanya saja untuk pemulihan kakinya yang retak mungkin memerlukan waktu.

Satria bersyukur mendengar itu karena ia tak perlu lagi melihat Syifa menangis sesegukan seperti tadi. Ia lalu duduk di lantai dan menantap Syifa lama sebelum mengusap kepala perempuan itu, "Lo tenang aja, gue akan selalu ada buat lo" ujarnya lalu merebahkan kepalanya di sofa dekat dengan kepala Syifa.

***

Satria membuka matanya perlahan dan tak melihat Syifa didekatnya membuat ia mengedarkan pandangan mencari perempuan itu.

Baru saja ia akan bangkit mencari perempuan itu tapi ia tahan saat melihat Syifa keluar dari kamar mandi. Satria kembali memejamkan mata dan berpura-pura tertidur saat mendengar suara langkah yang mendekat ke arahnya.

Syifa yang baru saja selesai bersih-bersih di dalam kamar mandi melangkah mendekat ke arah Satria yang masih memejamkan matanya.

"Dia pasti capek banget" ujarnya sebelum membetulkan selimut yang menutupi sebagain tubuh laki-laki itu.

Setelah itu ia beranjak ke arah Hansel yang masih betah memejamkan matanya, "Hai! Kok lo tidurnya lama banget padahal kata dokter gue nggak perlu khawatir sama lo tapi gimana gue nggak khawatir kalau Lo aja belum mau buka mata lo. Bangun yah An, bangun buat gue" katanya lalu kemudian air matanya kembali jatuh.

Satria yang sejak tadi mendengarkan semua langsung membuka matanya dan menghampiri Syifa yang tertunduk lesu.

"Dia bakalan bangun, lo tenang aja"

Syifa mendongak menatap wajah Satria lalu menghapus air matanya, "Gimana gue bisa tenang kalau sampai sekarang aja Hansel masih belum sadar, gue takut"

"Percaya sama gue kalau Hansel pasti bangun, kita sama-sama dengar kalau dokter bilang dia bakalan baik-baik aja dan nggak ada yang perlu kita khawatirkan jadi lo tenang yah"

Syifa hanya diam lalu kembali menatap Hansel.

Satria yang melihat itu menarik lembut tangan perempuan itu menuju sofa, "Lo diam di sini" perintahnya lalu meraih ponselnya dan berbicara dengan seseorang.

Tidak lama setelahnya seseorang datang membawakan makanan untuk mereka.

"Sekarang lo makan karena gue nggak mau lo juga ikutan sakit dan tolong jangan buat gue khawatir terus" ujarnya dengan menyuapkan sesendok makanan ke mulut Syifa

Syifa menatap Satria, heran dengan perubahan sikap laki-laki itu tapi akhirnya ia menerima juga suapan dari Satria, "Makasih dan maaf karena gue selalu ngerepotin lo"

"Gue nggak perlu dua kata itu tapi yang gue perlukan lo jangan sampai sakit gara-gara terlalu memikirkan semua ini sampai-sampai lo nggak peduli sama diri lo sendiri"

Syifa hanya mengangguk karena tak tahu harus mengatakan apa pada Satria terlebih lagi laki-laki itu terus menatapnya dengan sorot mata yang tak bisa Syifa mengerti membuatnya kesusahan menelan makanan di mulutnya.

"Mulai sekarang apapun yang bersangkutan sama lo, gue harus terlibat disana. Gue nggak mau lo ngalamin hal-hal sulit itu sendirian".

Syifa yang tidak siap dengan yang di katakan oleh Satria barusan langsung tersedak.

Satria meraih botol air di meja dan menyerahkannya pada Syifa lalu menepuk-nepuk punggung Syifa, "Lo nggak apa-apa?" Tanyanya khawatir

Syifa meletakkan botol itu setelah menghabiskan hampir setengahnya lalu mengelus dadanya.

"Gue nggak apa-apa tapi maksud lo ngomong begitu apa?"


































Haiii semua!!
Gimana sama chapter ini? Suka tidak? Semoga saja kalian suka yahh.

Oh iya jangan lupa vote dan komentar yahh biar aku semangat lanjutin cerita ini.

Salam sayang <3

SYIFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang