7. Bimbang

1.5K 139 7
                                    

Happy reading ❤️❤️

Susan memandang langit yang pekat akan gelap seraya perlahan menyeruput coklat panas yang ia buat. Kedua tangannya bertumpu pada pagar balkon dengan posisinya yang berdiri. Perempuan itu belum merasa mengantuk, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Dirasanya suasana luar yang sangat dingin, ia mengusap-usap pipinya.

Pikirannya sibuk menjalar pada kejadian tadi saat di kantin. Apakah Wisnu berniat mempermainkannya? Jika dipikir-pikir, mana mau Wisnu yang rupawan ingin bersama dengannya yang hanya secuil debu.

Susan asik melamun sampai-sampai tidak sadar jika seseorang sudah masuk kamarnya. Ia baru menyadari saat orang itu menepuk bahunya.

"Arum! Astaghfirullah bikin kaget aja."

Arum tertawa kecil, "lagian kamu. Pintu kamar kamu tuh tadi kebuka, makanya aku masuk. Kupikir kamu belum tidur, ternyata emang bener belum tidur."

"Ada apa sih? Kok belum tidur?" Arum kembali bertanya.

Susan tidak menjawab, jarinya sibuk memainkan gelas yang berada di genggamannya. Apa harus Susan ceritakan semuanya pada Arum?

Melihat gelagat Susan, Arum tersenyum kecil. "yaudah, kamu gamau cerita ya. Gapapa kok, aku ke kamar dulu ya. Kalo ada apa-apa, kamu bisa cerita ke aku."

Arum meninggalkan usapan di bahu Susan, sebelum pergi berlalu. Susan menggaruk kepalanya, semuanya benar-benar terasa rumit dan aneh. Wisnu hanyalah orang baru di kehidupannya, tapi takdir seakan menginginkan mereka terikat. Lantas ia harus bagaimana?

Tak ingin larut dalam masalah, Susan meninggalkan balkon untuk beristirahat di kasur empuknya.

***

Mungkin gelapnya malam tadi ada kaitannya dengan pagi ini. Hujan deras mengguyur dengan disertai sedikit angin. Susan merapalkan doa, semoga hujannya segera berhenti agar ia dapat berangkat ke kantor.

"Loh, mas kira kamu udah berangkat." Susan yang sedang duduk di bangku teras depan menoleh.

"Nanti deh mas, tunggu ujannya reda."

"Mau bareng mas? Sekalian, daripada kamu telat."

Susan yang kepala batu itu hanya menggeleng, Rama mengusap kepala Susan, pria itu memasuki mobil dan mobil itu segera menghilang dari pandangannya.

Ponsel yang tengah Susan pegang berbunyi, satu pesan masuk yang membuatnya hampir tersedak. Dalam pesan singkat itu, terbaca jelas, Wisnu akan menjemputnya.

"Aduh, gimana nih." Susan menggigit jari-jarinya panik.

Perempuan itu belum menyiapkan jawaban apapun, bagaimana jika Wisnu kembali bertanya mengenai hal kemarin.

***

Susan sedikit bernapas lega, ternyata Wisnu tidak mengungkit apapun. Dalam mobil itu hanya ada keheningan yang tercipta, keduanya tak ada yang membuka obrolan sama sekali.

"Sudah sampai." Kata-kata itu membuat Susan seolah tertarik dari dunia imajinasinya.

Wisnu melepas seatbelt-nya, ia memajukan tubuhnya, memberi senyuman yang menawan kepada Susan.

"Kamu cantik sekali hari ini." Bisikan halus itu seakan menghipnotis dirinya.

Tidak ada jarak yang membentang diantara mereka berdua, bahkan ujung hidung keduanya saling bersentuhan. Susan hanya diam tak berkutik, tubuhnya semakin meringsut.

"Ehmm, Mas..."

Suara itu menyentak kesadaran Wisnu, pria itu kontan menjauhkan wajahnya. Susan dengan deru nafasnya yang gugup mencoba untuk tenang, sedangkan Wisnu dengan kecanggungannya. Pria itu ingin sekali memukul kepalanya sendiri, ini sudah tak benar, kenapa ia bisa khilaf begini.

"Ekhem, kita keluar," Wisnu berdehem dan mereka berdua keluar dari mobil.

Hujan sudah mulai mereda, menyisakan rintik-rintik gerimis. Susan merutuki dirinya sendiri. Pikirannya masih terpenuhi oleh kejadian beberapa menit yang lalu di mobil tadi.

"Saya menanti jawaban kamu, Susan." Perkataan yang Wisnu ucapkan itu seketika membuat Susan mematung.

Susan menghela nafas gusar, belum kelar urusan di mobil tadi, sekarang pikirannya juga harus dipenuhi oleh kebimbangan.


Tbc

Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang