15. Shocked

1.2K 109 8
                                    

Happy reading ❤️❤️

Susan sedang menimang-nimang suatu hal, saat ini dirinya tengah berdiri menghadap cermin di wastafel. Beberapa kali perempuan itu membuang napas. Dua bulan ia dan Wisnu telah menjalin hubungan, rasanya ini waktu yang pas bagi Susan untuk mengungkapkan perasaannya.

Lambat laun, rasa cinta mulai tumbuh perlahan seiring kebersamaan mereka. Entah ini terlalu cepat atau bagaimana, tetapi inilah nyatanya. Susan telah mencintai Wisnu.

Deheman seorang perempuan, lantas membuyarkan hal-hal indah yang sedang ia bayangkan. Senyum yang tadinya terpatri, langsung surut saat melihat siapa yang baru saja datang.

"Pacaran sama Pak Wisnu, ya? Congrats! Semoga langgeng." Jesika memberikan senyuman yang menurut Susan agak aneh. Ia tak lepas memperhatikan Jesika yang sedang mencuci tangannya dengan anggun.

Di satu sisi, ia merasa aneh. Hubungannya dengan Wisnu sudah banyak diketahui banyak orang, tapi Jesika malah baru mengucapkannya sekarang. Apa perempuan itu baru tahu? Memilih diam, Susan tak membalas perkataan Jesika.

Jesika mematikan kran air setelah seluruh tangannya terbasuh, mengeluarkan tisu yang ia bawa, kemudian mengelap tangannya. Susan semakin meremang saat Jesika malah balas menatap dirinya.

Tisu yang selesai dipakai, diremas begitu saja, lalu dibuang ke tempat sampah.

"Kenapa, San?" Jesika memiringkan kepala, berjalan satu langkah maju mendekati Susan.

"Kok tegang banget. Santai aja..." Tangan Jesika terulur memainkan rambut Susan yang terurai sedikit, sebab perempuan itu menguncir rambutnya menjadi satu.

"Semoga bahagia ya." Ketukan heels Jesika dengan keramik kamar mandi yang tadinya menggema, perlahan mulai hilang tatkala perempuan itu sudah pergi dari sana.

Bahu Susan melemas, ia memijat pelipisnya. Menyalakan kran, ia membasuh wajahnya.

"Tenang, San.... Relax," monolognya.

***

Wisnu yang baru membuka ponsel langsung tersenyum, mendapati pesan dari sang kekasih. Sejam yang lalu pesan itu dikirim. Ia tersenyum geli, benar-benar seperti remaja yang sedang kasmaran.

Susan ♥️
Mas, pulang kantor jalan dulu ya sebentar. Aku mau ngomong sesuatu

Wisnu jadi penasaran, apa yang ingin Susan katakan padanya. Pasalnya jarang sekali Susan begini.

"Jadi ngga sabar pulang," gumam pria itu.

Oke, Sayang🤩

Selepas membalas pesan Susan, Wisnu meletakkan kembali ponselnya, lalu melanjutkan pekerjaan yang sempat ditunda.

.
.
.

Susan sudah bersiap-siap untuk pulang. Dengan dada yang berdebar-debar pula. Kedua temannya, Wina dan Eka saling tatap sembari tersenyum jahil.

"Cieee.... Yang mau nyatain perasaan," goda Eka.

"Jangan lupa kasih tau kita ya, say... Respon Pak Wisnu gimana nantinya," sambung Wina sambil cekikikan.

Susan tersenyum malu-malu. Memang sebelumnya ia juga mendiskusikan hal ini pada Wina dan Eka.

"Ih, kalian nih." Susan mengulum senyum. "Yaudah, gue duluan ya. Bye!" Susan beranjak pergi seraya melambaikan tangan.

Sementara itu, Wisnu yang baru keluar dari ruangannya langsung dihadang oleh Jesika. Pria itu sedikit mendengkus, langkahnya jadi terhambat gara-gara perempuan itu.

Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang