6. Terima Atau Tidak?

1.7K 157 25
                                    

Happy reading ❤️❤️

Susan berdiri dengan perasaan canggung, niatnya ingin menyerahkan laporan ke ruangan Wisnu malah berujung dirinya yang harus menyaksikan Jesika memeluk Wisnu. Terlihat jika Wisnu tidak keberatan akan hal itu.

Pantas saja Susan tidak melihat Jesika di meja depan, Susan lantas langsung berdehem yang membuat kedua insan itu saling melepaskan pelukan. Susan melihat ada sedikit keterkejutan di wajah Wisnu.

Jesika meninggalkan ruangan itu yang menambah hawa kecanggungan diantara Susan dan Wisnu. Tak ingin berlama-lama di sana, Susan segera berjalan menuju meja Wisnu.

"Hm, maaf, pak. Saya langsung masuk, soalnya saya udah coba ketuk pintu. Tapi ga ada sahutan juga," ujar Susan penuh nada menyesal.

"It's okay. Maaf ya, tadi Jesika curhat ke saya soal keadaan ibunya yang lagi sakit keras. Saya ga tega dengernya, harusnya saya ga peluk dia." Ucapan Wisnu membuat Susan bingung.

Memangnya apa urusannya dengan Susan? Kenapa pria itu malah berucap sungkan.

"Gapapa, pak. Maaf kalo saya menganggu. Saya permisi." Susan meninggalkan ruangan Wisnu.

Baru saja mencapai pintu, Wisnu kembali memanggilnya. Susan berbalik dan menatap Wisnu.

"Iya, Pak?"

"Kamu.... Marah?" Wajah Wisnu terlihat penuh kecemasan.

"Saya ga punya hak untuk marah, pak. Permisi."

Kepergian Susan dari ruangannya, membuat pria itu terduduk lemas sembari memijat kepalanya. Harusnya ia menolak Jesika yang akan memeluknya tadi, tetapi mana mungkin ia membiarkan begitu saja salah satu karyawannya tersebut. Terlebih Jesika sudah banyak membantu dirinya dalam hal pekerjaan.

***

Susan tidak berkonsentrasi dalam pekerjaannya, pikirannya diselimuti oleh kejadian di ruangan Wisnu tadi, harusnya ia biasa saja 'kan melihatnya, tetapi kenapa sulit sekali melupakan itu.

"San, ke kantin yuk!" Ajakan dari Eka tentu membuat Susan kaget.

Perempuan itu melihat ke sekeliling dan suasananya sudah sepi. Lihat 'kan, saking tidak fokusnya, ia sampai tidak sadar jika sekarang sudah memasuki jam istirahat.

"Sholat Dzuhur dulu, Eka," ucap Susan memperingati.

Eka menyengir, "hehe, iya, San. Yaudah yuk."

Kedua perempuan itu berjalan menuju ke masjid kantor tersebut. Sesampainya di sana, mereka langsung melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah.

Butuh beberapa menit, akhirnya mereka telah selesai melaksanakan sholat. Eka memegangi perutnya.

"Duh laper banget gue, San," kata Eka kala kedua tangannya berjalan menuju kantin.

"Iya, nanti lo makan yang banyak deh kalo udah sampe kantin." Susan tertawa pelan selepas mengatakan itu.

Keduanya duduk berhadapan saat tiba di kantin, baru saja duduk, Wisnu tiba-tiba datang yang tentunya mengejutkan dirinya.

"Saya ingin bicara sesuatu dengan Susan, jika kamu berkenan kamu bisa tinggalkan kami berdua saja?" Wisnu berkata sopan kepada Eka.

Eka menatap Susan dengan penuh binar, "hehe, iya, pak. Boleh banget. Saya pergi ke meja lain aja deh, pak." Eka langsung meluncur pindah.

"Saya mau bicara sesuatu, sebelumnya mohon maaf jika saya mengganggu jam istirahat kamu. Tapi saya gabisa lagi menahan ini." Wisnu langsung bicara spontan saat ia sudah duduk di tempat Eka tadi.

Susan terdiam menunggu apa yang akan Wisnu katakan. Ia bingung kenapa Wisnu terlihat ragu-ragu.

"Saya tahu ini memang aneh, tapi saya tertarik sama kamu saat pertama kali saya melihat kamu di club pada malam itu. Saya selalu kebayang-kebayang dengan wajah kamu."

Susan terdiam, dirinya masih belum percaya. Apa ia sedang bermimpi? Seorang pria yang menjadi incaran para wanita itu menyatakan perasaan padanya.

"Terlepas dari orang-orang yang mengetahui status saya sebagai duda. Saya harap kamu bisa menerima perasaan saya, San."

Selepas mengatakan itu, Wisnu menatap dalam Susan. Menunggu jawaban apa yang ia akan terima dari Susan.

"Saya pikir-pikir dulu ya, pak," jawab Susan pada akhirnya.




Tbc

Note: Jika ada kesalahan atau typo mohon kritikannya dari kalian ya😙.

Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang