5. Jalan-jalan Sore

2K 174 15
                                    

Apa ada yang masih menunggu cerita ini??

***

Happy reading ❤️❤️

Susan tak percaya, jam kantor telah usai dan kini bosnya tengah berdiri di depan kubikel meja kerjanya. Tengah tersenyum padanya! Susan ingin terbang rasanya.

Eka yang berada di sebelah Susan ikut menganga tak percaya, bosnya yang selama ini cuek bebek dan kaku. Sekarang tengah tersenyum di hadapan sahabatnya.

"Susan," panggil Wisnu kesekian kalinya.

Kesadaran Susan benar-benar kembali, seperti tersedot dari dunia khayalannya, perempuan itu mengerjabkan mata lalu tersenyum canggung.

"Saya, Pak?" Susan menunjuk diri sendiri.

Wisnu menggeleng takjub sekaligus heran, jelas-jelas di sana yang namanya Susan hanya perempuan itu. Memang perempuan dihadapannya itu benar-benar unik.

"Ada apa ya, Pak?" Susan mulai sepenuhnya mengorientasikan pandangan ke Wisnu.

"Saya mau ajak kamu pulang bareng, gimana?" Tawaran yang begitu menggiurkan untuk para fans dari Wisnu. Tetapi, agaknya Susan malah linglung.

Susan menoleh pada Eka, temannya itu hanya menggoyangkan alis sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Ehmm, iya, Pak." Akhirnya Susan setuju.

Susan segera membereskan barang-barangnya, kemudian menyelipkan sling bag di bahu. Melihat itu, senyum Eka antusias.

"Have fun, guys," ujar Eka.

Susan berjalan dengan rasa ragu dan minder. Dirinya merasa rendah berjalan bersama Wisnu yang notabenenya merupakan bosnya. Apalagi sekarang tatapan orang-orang di koridor tertuju pada mereka.

Namun, Susan juga sedikit lega, karena jam pulang, jadinya kantor tidak begitu ramai.

Wisnu membukakan pintu mobil untuk Susan dengan hormat. Susan tersenyum malu, dengan pipi yang merona, ia mengucapkan terima kasih kepada Wisnu.

Mobil tersebut melaju meninggalkan kantor itu. Ekor mata Wisnu terus saja melirik ke arah Susan yang selalu menunduk.

"Kok menunduk?" Ucapan Wisnu tiba-tiba mengagetkan Susan.

"Eh, ehmm, anu, Pak." Susan gugup, seolah kehilangan kata-kata yang sudah ia rancang.

"Panggil apa tadi? Pak?"

"Eh, maksudnya mas. Ini bukan arah rumah rumah saya, Mas," protes Susan.

Wisnu tersenyum, Susan sudah mulai membuka obrolan, kadang pria itu sedikit sebal, Susan selalu saja canggung jika bersama dengannya.

"Memang, kita jalan-jalan dulu ya. Jalan-jalan sore," jawab Wisnu lugas.

Susan ingin sekali protes, padahal sebenarnya punggungnya sudah rindu sekali akan empuknya kasur. Tapi ia juga tidak enak menolak ajakan Wisnu.

"Iya udah deh, Mas," jawab Susan setengah hati.

Mendengar nada aneh itu, tentu Wisnu menoleh. Kedua alisnya terangkat ke atas, lama-lama perempuan ini bikin aku gemes, batinnya.

"Kamu ga ikhlas ya?" Pertanyaan Wisnu membuat Susan tak enak. Pria itu seakan tahu apa yang Susan pikirkan.

Susan tersenyum, "engga, Mas. Justru aku bosen di rumah, jadi, apa salahnya jalan-jalan 'kan?"

Wisnu mengangguk percaya, tak lama, mobil Wisnu menepi di sebuah tempat yang Susan tahu itu adalah sebuah coffeshop.

Keduanya berjalan beriringan dan duduk saling berhadapan. Seorang pelayan laki-laki menghampiri mereka.

"Permisi, mau pesan apa, Pak, mba?"

"Hot tea satu. Kamu mau apa, San?" Wisnu memandang Susan.

"Ehmm, ice blend coffe nya satu deh," jawab Susan.

Pelayan itu mengangguk, "tunggu sebentar ya, Pak, mba."

Selepas perginya pelayan itu, Susan tertawa pelan. Wisnu menaikan sebelah alis. Tawa Susan begitu memukau di mata Wisnu.

"Kenapa?" Pada akhirnya Wisnu bertanya.

Susan berdehem, "lucu aja, tadi mas dipanggil pak, sedangkan aku mba."

Wisnu bingung, dimana letak lucunya? Apa perempuan ini memiliki selera humor yang rendah.

"Gimana ya, Mas. Berarti kamu emang terlihat setua itu." Susan kembali melanjutkan tawanya, perempuan itu sudah tidak memperdulikan status mereka sebagai atasan dan bawahan.

Wisnu segera mengulum senyum. "Iya. Kalo memang saya yang tua ini bisa bikin kamu senang. No problem."

Susan terdian kaku, tawa yang tadi keluar perlahan surut. Pipinya langsung memanas. Untungnya pesanan mereka telah tiba, sehingga menghilangkan situasi canggung itu.

"Terima kasih," ucap Wisnu yang diangguki pelayan itu.

"Ayo minum!" ajak Wisnu.

Mereka menikmati minuman mereka dalam hening, hanya ada suara gelas yang beradu dengan meja.

"Susan," panggil Wisnu.

Susan yang tengah memainkan gelas langsung mendongak.

"Iya, Mas?"

"Terima kasih ya, sudah mau menemani saya jalan-jalan sore." Wisnu tersenyum.

Susan balas tersenyum, "sama-sama, Mas."

Keheningan terjadi lagi, Wisnu sebenarnya tidak suka hal ini. Tetapi, pria itu merasa jika Susan merupakan seseorang yang sulit untuk membuka pembicaraan. Susan berubah drastis, padahal di mobil tadi ia tidak secanggung ini. Sepertinya sudah terjadi sesuatu pada Susan yang membuatnya seperti ini. Wisnu semakin penasaran pada perempuan berambut panjang itu.

Minuman mereka lama-lama sudah kandas. Wisnu berdiri yang segera diikuti oleh Susan. Setelah selesai membayar, keduanya langsung beranjak pulang. Wisnu menggenggam tangan Susan yang membuat Susan tak berkutik.

"Makasih mas untuk hari ini," ucap Susan saat mereka di dalam mobil.

"Sama-sama." Wisnu mengusap kepala Susan.

Susan tersenyum, selama ini, pria yang pernah singgah di hidupnya tidak ada yang pernah menghargai dirinya. Tapi dengan kehadiran Wisnu, semuanya nampak berubah. Hidup kelamnya berubah menjadi penuh warna.

Tbc

Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang