19. Is This Our Fate?

1.2K 116 4
                                    

Happy reading ❤️❤️

Susan mengelus rambut Leo dengan lembut. Sesekali ia terkekeh, melihat mata anak itu yang sebentar-sebentar terpejam, sebentar-sebentar terbuka.

Saat ini mereka memang sedang berada di rumah Rama, sebab bocah itu yang kekeh ingin menemui Susan. Susan menemani Leo menonton kartun kesukaan anak itu. Sedangkan Wisnu, sedang berbincang-bincang sebentar dengan Rama.

Malam ini, Wisnu akan membawa Susan menemui kedua orang tua pria itu. Katakanlah Wisnu memang nekat, baru saja tadi pagi ia dicecar habis-habisan oleh mamanya. Tetapi ia tidak bisa menahan ini lagi, lebih cepat lebih baik jika Susan bisa berkenalan langsung dengan Ardi dan Rissa.

Leo sedikit menggeliat di pangkuan Susan, yang dimana perempuan itu tengah duduk lesehan di bawah.

"Leo udah ngantuk, sayang? Bobo, ya." Susan mendaratkan satu ciuman di pelipis bocah itu.

"Leo mau bobo sama mama," jawabnya.

Susan tersenyum, "mama mau pergi sebentar dulu sama papa. Nanti mama bobo sama Leo, ya," ujar Susan memberi pengertian.

Leo mengangguk, bersamaan dengan itu Wisnu muncul dengan senyuman hangatnya.

"Ayo, San!"

Wisnu mendekat ke arah Leo dan membawa putranya itu untuk digendong.

"Leo kalo mau bobo, bobo disini dulu, ya. Papa sama mama mau pergi," tutur Wisnu.

"Iya, Papa." Jawaban Leo membuat Wisnu gemas. Ia menurunkan Leo setelah mencium pipinya.

Wisnu melirik jam di pergelangan tangannya, masih jam setengah tujuh. Belum terlalu malam juga baginya untuk berkunjung lagi ke sana.

Susan mengisyaratkan Wisnu agar menunggu sebentar, karena ia ingin mengantar Leo ke kamarnya.

Leo langsung terjun ke kasur Susan dengan posisi tak beraturan. Susan dengan lembut membetulkan posisi tidur anak itu dan menyelimutinya. Tak lupa ia mencium kening Leo sebelum meninggalkan kamar.

Susan bergegas keluar kamar, yang ternyata ada Wisnu yang sedang menunggunya. Ia tersenyum kecil dan langsung membalas uluran tangan Wisnu untuk menggandengnya. Di depan teras, ternyata masih ada Rama yang sedang duduk, pria itu tak berpindah tempat sekalipun setelah mengobrol sebentar dengan Wisnu tadi.

"Ram, saya titip Leo, ya. Dia ada di kamarnya Susan. Kayaknya kecapekan main, makanya sekarang ketiduran." Wisnu terkekeh di akhir perkataannya.

Rama balas terkekeh, "iya-iya, santai saja. Semoga lancar, ya. Pertemuan-pertemuannya," harap Rama.

***

Perjalanan menuju ke rumah orang tua Wisnu, membuat Susan keringat dingin. Sementara itu, Wisnu sesekali terus melirik ke arah Susan dengan perasaan bersalah. Dikarenakan ia tidak memberitahu siapapun mengenai tanggapan serta ucapan-ucapan orang tuanya, terutama perkataan sang mama tadi pagi.

"Aduh! Aku deg-degan. Orang tua kamu nanti gimana ya, mas?"

Wisnu menormalkan raut wajahnya, ia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa, "iya, sayang. Berdoa aja, ya." Itulah yang hanya dapat Wisnu katakan.

Kurang lebih dua puluh menit, keduanya sudah sampai di kediaman Ardi. Wisnu turun terlebih dahulu, dan berlari kecil mengitari mobil untuk membukakan pintu mobil penumpang di sebelahnya.

"Saya titip mobil ya, Pak Nurdin," kata Wisnu kepada satpam disana.

"Siap, Pak."

Wisnu melingkarkan tangannya di pinggang Susan, lalu membawa perempuan itu untuk masuk.

Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang