20. Lampu Hijau?

1.3K 119 6
                                    

Happy reading ❤️❤️

Terhitung sudah enam bulan hubungan Susan dan Wisnu terjalin, namun belum ada kepastian juga dari Rissa, apakah hubungan mereka direstui atau tidaknya. Susan sudah berusaha sekeras mungkin, melakukan berbagai cara untuk meluluhkan hati mamanya Wisnu, tetapi hasilnya nihil.

Susan sudah benar-benar frustasi. Perempuan itu kini sedang duduk berdua bersama Arum di kamarnya, lebih tepatnya di atas kasur, ia menceritakan kegundahan hati yang tengah dia rasakan selama ini.

"Aku ngga tau lagi harus gimana, Rum. Apa takdir aku buruk banget, ya." Susan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Arum bergerak memeluk Susan, wanita itu mengusap-usap punggung Susan.

"Kamu ngga boleh ngomong kaya gitu, San. Semua ini pasti ada hikmahnya, kok. Kamu udah berusaha sebisa kamu kan selama ini. Percaya deh sama aku, pasti nanti ada titik terangnya," tutur Arum.

Sejujurnya ia juga merasa iba kepada Susan. Seakan memang masalah tak henti-hentinya menimpa perempuan itu.

Arum berpikir sejenak, sebuah ide terlintas di pikirannya.

"San, besok ikut aku aja, yuk! Ke supermarket. Temenin aku belanja kebutuhan dapur!" ajaknya penuh antusias.

"Besok kamu libur, kan? Supaya kamunya ngga jenuh juga, San," lanjut Arum.

Susan menatap Arum sebentar.

"Iya, Rum," jawabnya setuju. Memang benar, setidaknya dia butuh keluar rumah agar pikirannya tidak terbelenggu.

***

Pagi hari...

Susan sudah siap dengan penampilannya yang kasual. Dengan balutan kaos berwarna putih bergaris yang dipadukan dengan celana jeans selutut, tak lupa dengan sepasang sepatu karet berwarna putih yang terpasang di kedua kakinya. Membuat penampilan sederhana Susan terlihat sangat menawan.

Tak lama kemudian, Arum datang menghampiri Susan yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Ayo, San!"

Keduanya langsung pergi menuju ke tempat tujuan mereka. Selang beberapa menit, mereka sekarang sudah berada di salah satu supermarket di Jakarta.

Susan dan Arum berjalan beriringan, dengan dia yang mendorong troli belanjaan.

"San, aku mau ke toilet dulu, ya. Mau benerin kerudung dulu, nih," ucap Arum.

Susan yang tengah sibuk memilah barang-barang di rak belanjaan lantas menengok, satu anggukan ia berikan sebagai jawaban.

Saat kembali ingin menjalankan trolinya, ia tanpa sengaja menabrak troli lain disebelah tempat ia berdiri. Sontak Susan langsung meringis bersalah setelah apa yang dia lakukan barusan.

"Maaf banget, Mas. Maaf banget," ucap Susan.

Kedua mata Susan melebar saat ia melihat siapa sosok yang ia tabrak tadi.

"Mas Lukman?" tanya Susan penuh rasa terkejut.

Lukman juga sama terkejutnya, ia lalu tertawa kecil.

"Ya ampun, San! Ngga nyangka ya kita ketemu disini. Apa ini yang namanya jodoh, ya?" goda Lukman.

Susan hanya membalasnya dengan tawa hambar. Entah mengapa sekarang ia merasa canggung bila berdekatan dengan Lukman, apalagi setelah pria itu mengajaknya untuk menjalin sebuah hubungan.

"Kamu sama siapa kesini, San? Sendirian?"

"Sama Arum, kok," jawab Susan sekenanya.

Sementara di tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat Susan dan Lukman sedang mengobrol, Rissa-- Mama Wisnu ternyata juga sedang berbelanja di sana. Dengan Ruby di sebelahnya yang memegang troli, dan Leo yang tengah ia gandeng.

Fate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang