10. Johan dan Segala Perhatiannya.

53 13 1
                                    

Karna Nana live igehh aku up nihhhh, heheheh

Hari ini gelap memenuhi langit pagi, meskipun jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, udara dingin tak henti-hentinya membuat mengigil. Diluar kelas hujan turun tidak terlalu lebat, tapi mampu membuat basah seluruh badan jika nekat menerobosnya.

Lia berulang-ulang kali mengusap lengannya yang kedinginan, dia juga berulang-ulang kali mengusap hidungnya yang mimisan dengan tisu lantas membuangnya setelah dia rasa dia sudah tidak mimisan. Tisu yang penuh darah dari hidung Lia itu, dibuang kearah tong sampah kecil dibelakang pintu ruang kelasnya. Mungkin sudah ada sepuluh tisu yang penuh dengan darah yang memenuhi tong sampah.

Lia benar-benar lupa membawa jaket yang Mama sampirkan disandaran kursi meja makan. Mama sudah tegaskan, tapi Lia malah kelupaan, alhasil dia juga yabg kedinginan sudah pasti saat dia pulang dia akan dimarahi habis-habisan.

Saat guru tengah mengajar didepan papan tulis yang terpasang dengan banyaknya kata dan tulisan yang mengisinya. Pintu ruang kelas yang semula tertutup kini diketuk dengan ketukkan tiga kali.

Bu Ozah yang tengah menerangkanpun akhirnya berhenti dan menyuruh pintu untuk dibuka oleh sang pengetuk pintu.

"Masuk."

Setelah Ibu Ozah mengatakan itu, terlihatlah wajah Johan dan Haezra yang tengah menampilkan senyum giginya kearah ibu Ozah.

"Adaapa Johan. Haezra?" tanya Ibu Ozah dengan tegas. "Nggak ada pelajaran?"

"Nggak ada Bu." jawab mereka dengan serempak.

"Kalo tidak ada pelajaran, atau gurunya tidak masuk dipanggil keruang guru. Bukannya udah dibilangin sama Pa Rois?"

Pa Rois itu guru IPA anak kelas 10 sekaligus guru yang berada dibidang keuangan sekolah.

"Yahh Ibu, saya mana mau bu masuk ruang guru. Ibu tau sendiri kan saya itu orangnya males." Siapa lagi yang ngomong kalo bukan Haezra Leynovald? Cowok blasteran Korea-Bandung yang sekarang tinggal diJakarta.

Ibu Ozah hanya mengelengkan kepalanya.

Jafian yang tengah duduk disamping Reno hanya mampu mengeleng tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya.

"Yahh udah sekarang mau ngapain disini?" ulang Ibu Ozah lagi.

"Saya mahh nganter dia Bu." jawab Haezra sambil menunjuk Johan disampingnya. Ralat bukan menunjuk tapi mukul kasar lengan Johan hingga sang empunya balik memukul Haezra. Balas Dendam yang paling utama -itu yang Johan geluti hibgga kini-.

"Kalo kamu Johan?"

"Apa lagi bu, kalo bukan ngapelin Lia?" lagi-lagi bukan Johan yang jawab melainkan Haezra.

Mendengar kata Lia yang disebut membuat sang empunya mendongak menatap mereka, mengalihkan atensinya dari buku kearah mereka berdua. Bukan hanya Lia, tapi Reno juga langsung menoleh kearah mereka dengan tatapan tidak suka.

"Kalo nggak ada kepentingan, mending keluar. Pintu juga ada dibelakang Lo." Ujar Reno kembali memfokuskan atensinya kearah buku dan papan tulis.

"Ehh! Reno Khuangsyah, Huang Renjun kw! Lo mau gue timpuk pake kaos kaki Jaidan?!" Haezra jelas tak terima. Namun sebuah nama yang Haezra sebutkan diakgir kalimat membuat Yehan yang tadinya tidak perduli, memilih untuk menoleh kearah Haezra dan menatapnya dengan tidak suka. "Pawangnya marah anjirr." bisik Haezra pada Johan disampingnya. Tentu saja tidak diperdulikan.

"Saya cuma mau ketemu Lia. Bu."

"Ibu kasih waktu lima menit, kalo lebih, Ibu telfon pa Daryo buat hukum kalian, yang keluyuran kekelas lain waktu pelajaran. Cepetan." Johan tersenyum lantas berjalan kearah Lia yang tengah menatapnya aneh. Lia itu duduk bareng sama Ryna. Tepat dibelakang mejanya Reno sama Jafian.

{1} Penyesalan | Lee Jeno✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang