Disuatu malam setelah hari terlalui, malam yang sepi, malam yang temaram, malam yang hampa tanpa Bintang dan Bulan, malam yang pekat dan hitam. Jika semua mengucapkan banyak sekali kalimat 'Selamat menempuh hidup baru' pada Ayah yang sekarang sudah mempunyai tambatan hati baru, justru sebaliknya, Johan merasa ingin menghilang saja dari Bumi. Dia tidak akan pernah sudi menjadi saudara beda ayah dengan orang yang sudah membunuh Bunda. Reno Khuangsyah. Bahkan namanya saja menjijikkan dimata Johan. Dengan setelan tuxedo yang laki-laki itu kenakkan. Johan duduk dimeja paling pojok yang sama sekali minim cahaya dan jauh dari panggung yang terdapat Danu Adinaya dengan istri barunya Helmahera Putri. Mereka berbahagia disana dengan keadaan Johan yang terluka disini.
Johan sama sekali tidak memberitahu kalau dia akan mempunyai saudara menjijikkan seperti Reno. Kepada siapapun, hanya dia yang tahu. Danu mengatakan kalau dia harus mengundang teman-temannya untuk memeriahkan acara, tapi apa masih punya muka jika Johan memberitahu kalau dia dan pengkhianat sekaligus pembunuh akan menjadi saudara? Menjijikkan memang.
Dia mematik korek api dan membakar rokok yang sudah dia apit diantara bibirnya. Dia mulai menghisap saat rokok sudah terbakar, mempersesak paru-parunya tapi dia tidak berhenti, dia malah menikmati rasa sesak diparu-parunya.
Karna menurutnya yang sakit itu bukan saat bagaimana asap itu membakar paru-paru, tapi saat mengingat kenapa kita melakukan hal itu.Johan kembali memfokuskan netranya pada Danu yang sekarang sudah tidak ingin lagi dia sebut dengan embel-embel 'Ayah' karna pada dasarnya laki-laki itu tidak pernah pantas untuk dipanggil 'Ayah'.
Johan merogoh saku celananya, dia mendapati telfon masuk dari Haezra. Laki-laki blasteran Korea-Bandung itu tengah pulang ke Korea Selatan karna Misoo sedang merindukan Mamanya. "Kenapa?" Johan meletakkan telfonnya ditelinga kanan laki-laki itu.
"Lo dimana?" Haezra bertanya dari sebrang sana. Sepertinya laki-laki itu tengah dibandara karna suara yang ramai.
"Dirumah. Kenapa emang?" Johan berbohong, untuk melindungi dirinya sendiri.
"Jemput gue. Gue ada dibandara sekarang. Gue udah ngehubungin Jafian tapi si kampret itu ada tugas. Cuma lo harapan satu-satunya." Haezra berujar panjang dengan nada yang manja.
"Lo sendiri?" Johan kembali mengajukan pertanyaan.
"Iya. Misoo katanya nggak mau balik dulu, yahh udah gue balik. Gue rindu sama lo." Haezra bergidik sendiri saat mengatakan itu.
"Najis Anjingg! Yaudah gue kesana, lo tunggu didepan gue males yahh cari-cari lo." Sambungan terputus saat Johan menutupnya. Johan segera berjalan keluar gedung pernikahan Danu dan Helma.
"Johan kamu mau kemana?" Johan menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap Danu dengan rambut dan wajah yang lelah karna seharian mengurusi tamu undangan. "Kamu nggak bisa ninggalin acara ini gitu aja kalo bukan hal mendadak." Danu melanjutkan.
"Bukan urusan Anda lagi, kemana tempat yang akan Saya tuju." Lalu Johan langsung pergi, mengabaikan panggilan dan teriakkan dari Danu yang menyuruhnya untuk kembali.
{_♡_}
Diperjalanan menuju rumah Haezra, Johan selalu mendapati Haezra melirik penampilannya. Dia lupa memakai hoodie untuk menutupi tuxedo yang dia kenakkan. "Lo yakin dari rumah?" Johan tidak menjawab pertanyaan Haezra untuk yang kelima kalinya.
Johan hanya diam, dia merasa malu jika harus menceritakan. "Joh, ada sesuatu yang lagi lo sembunyiin yahh dari gue?" Johan langsung menghentikan laju mobilnya. Tepat didepan cafe yang sudah tutup.
"Bokap gue nikah lagi." Akhirnya dia memberanikan diri untuk membicarakannya pada Haezra. Mengundang tanya pada raut wajah Haezra.
"Ya bagus dong. Lo bakal punya adik." Johan langsung menoleh kearah Haezra dan menatapnya dengan tatapan penuh dengan kekecewaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
{1} Penyesalan | Lee Jeno✔ [REVISI]
Fanfiction"Apa yang bisa dilakukan pengagum, selain meratapi sebuah rasa yang meranum?" -Lia "Seberapa pun bosannya lo hidup, gue harap lo nggak pernah ninggalin gue, Li." -Johan tentang sebuah rasa yang tak akan berbalas dengan rasa kembali. Juga tentang pen...