40. Rumah penuh kenangan

28 4 0
                                    


Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita diberi kekuatan dan kelimpahan rezeki. Aminn

---
Happy reading
---

Saat matahari naik membuat terik, kala angin berhembus menghilangkan sesak yang mulus, kala burung-burung tengah mencari makanan untuk makannya. Setelah setidaknya satu bulan kurang tiga hari, Johan bisa pulang dari Rumah sakit.

Sepanjang jalan pulang kerumah, Johan hanya diam dan bungkam. Dia seolah-olah dilelap kelam yang mengcengkam padahal matahari bersinar benderang. Tapi sepertinya semuanya hitam dimata Johan. Johan tidak ingin pulang. Pulang hanya akan membuatnya ingat akan Syifa dan Lia. Johan ingin pergi menyusul mereka berdua, tapi kenapa begitu sulit untuk dia lakukan? Dia seolah-olah memiliki kekuatan kala depresi melandanya, seperti ada yang mendorongnya untuk bangkit dan bertahan.

Perempuan serba hitam itu berulang kali datang dan menyemangatinya. Johan tidak tau persis bagaimana wajah perempuan itu, yang jelas saat perempuan itu tersenyum seperti disihir oleh kekuatan ajaib, Johan langsung ikut tersenyum meski hanya mata perempuan itu saja yang terlihat tersenyum.

Setidaknya Johan nyaman saat perempuan itu ada dan menyemangatinya. Bukan Lia atau Karina. Tapi yang jelas perempuan itu mampu membuat Johan nyaman dan tanpa sadar menceritakan semua kesakitannya selama ini.

Saat mobil yang dikendarai Danu berhenti tepat didepan rumah putih penuh kenangan itu. Yang bisa Johan lakukan hanya menatap rumah itu lama. Rumah penuh kenangan yang selalu menuntutnya untuk pulang. Rumah yang menjadi saksi bisu betapa hancurnya dia. Rumah yang menjadi bagian dari lukanya selama ini. Meskipun Johan pergi jauh, Rumah ini selalu menjadi alasan dia pulang.

Syifa. Bundanya itu kembali membuatnya menangis. Seakan belum cukup sampai disana, Johan kembali terisak hebat membuat bingung Danu yang ada dikursi kemudi. "Bundaa.." Johan meremas dadanya kuat, mencoba menghilangkan sesak yang tak kunjung hilang meskipun sudah dia pukul berulang kali dadanya itu. Dia tidak sanggup meskipun hanya menatap rumah itu.

Bayang-bayang Syifa dan Lia yang tengah memasak bersama. Bayangan masalalu yang terjadi semuanya berputar tanpa henti, menyiksa sanubari yang dililit dengan luka yang tak juga pergi. Johan takut. Johan takut, Johan kalut, Johan tidak tau kalau pergi hanya akan menimbulkan sesak yang tak terhingga lagi. Johan tidak kuat. Tolong kembalikan Syifa dan Lia kedalam pelukkannya. Tolong kembalikan.

"Johan dengerin Ayah." Danu melihat Johan yang meremas rambutnya frustasi jelas saja membuatnya sesak bukan main. "Jangan pikirin, nak. Lupain Bunda. Bunda nggak akan kembali, dia udah pergi. Kita memulai hidup yang baru ya." Setidaknya Johan tidak lagi meremas rambutnya frustasi. "Sekarang kita turun. Kamu harus banyak istirahat." Danu membuka pintu mobil dan membantu Johan untuk duduk dikursi roda. Johan hanya diam tatkala Helmahera memeluknya erat penuh rasa rindu. Johan malah menepisnya, menatap Helmahera dengan tatapan seolah-olah Helmahera adalah makhluk menjijikkan yang dengan beraninya menyentuh lengan Johan bahkan memeluk Johan.

Johan mendorong kursi rodanya sendiri, melewati Helmahera yang merasa sesak dan menepis tangan Danu yang ingin membantunya. Johan tidak ingin bertemu dengan siapapun. Saat bi Asri menunjukkan kamar tamu yang sudah disulap menjadi kamar baru Johan, Johan langsung masuk dan menguncinya. Johan langsung menangis lagi dan lagi. Tanpa henti air matanya mengalir dari pelupuk matanya. Johan tidak tau kenapa saat memasuki rumah ini, perasaan sesak kembali menghantamnya kuat seperti dua buah benda besi berukuran sangat besar yang menghempit tubuhnya tanpa ada sekat.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Sudah satu minggu lamanya Johan hanya diam didalam kamar barunya. Dia menolak untuk keluar meskipun hanya sekedar makan siang atau malam. Tidak ada yang bisa Johan lakukan didalam kamarnya, hanya saja dia tidak ingin keluar dari kamarnya. Hari demi hari yang telah dilalui, Johan hanya menatap layar handphone miliknya yang retak disegala sisi. Handphone yang menunjukkan layar dengan foto Lia dan Syifa itu lebih menarik dibanding keluar dan menghirup udara segar.

{1} Penyesalan | Lee Jeno✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang