Lia bingung mengapa dia bisa bangun dengan keadaan ada dikamar Johan. Huhhh! Kalau saja lampu tidak mati ditengah-tengah malam yang sunyi bersama Johan, mungkin Lia sekarang sudah ada dikamarnya dengan posisi telentang dan iler dibantal. Tapi anehnya, Lia tidak ngiler tidur dikamar Johan. Lia mengerjab, bangkit dari posisi baring, dan mengucek matanya yang belekkan. Lia menatap pintu balkon yang sudah terbuka dengan angin pagi yang menyejukkan, Lia menjadi ingat tentang dua hari yang lalu, tepat saat Karina terang-terangan mendekati Johan yang tengah mengusap keringatnya ditengah lapangan. Lia ingin sekali menghajar perempuan itu.
"Kamu udah bangun, Lia?" Lia hampir mengumpat, saat mendapati Johan keluar dengan telanjang dada dari balik pintu kamar mandi yang ada dikamar laki-laki itu.
"Kamu ngapain disini?" Lia bertanya agak gugup, sambil mengalihkan pandangan. Zina mata takut dosa.
"Ini'kan kamar aku." jawab Johan dengan polosnya. Laki-laki itu melangkah kearah almari dan mengambil setelan baju dari dalam almari.
"Berarti tadi malem, kamu tidur disini?!" Lia berteriak sedikit kencang. Johan yang tengah menutup pintu almari, langsung menoleh kearah Lia. Lia sangat takut kelihatannya.
"Kamu masih pake baju nggak?" Lia langsung membuka selimut yang menutupi tubuhnya, masih mengenakkan pakaian. "Masih'kan? Ya kali aku nyentuh kamu disaat hubungan kita aja Cuma sebatas sahabat, kan nggak lucu Lia." Lanjut Johan.
Ada sebesit rasa sakit yang menancap saat Johan hanya menganggap hubungan mereka Cuma sebatas kata 'Sahabat'. Apakah tidak ada harapan untuk mengubah kata Sahabat itu menjadi kata lain yang jauh lebih terdengar menyenangkan, Kekasih. Mungkin?
$$$$
Sejak keluar dari rumah Johan dengan seragam sekolah yang sudah melekat dibadannya, Lia tidak berbicara sedikitpun dengan Johan.
Masih terlalu menyakitkan saat Johan mengatakan dengan tegas dan jelas kalau mereka hanya sebatas Sahabat. Lia ingin sekali mengubah kata itu, tapi Lia masih berfikir apakah pantas dia menjadi seseorang yang Johan prioritaskan? Dia dan Johan jauh banyak perbedaannya. Johan banyak dikagumi wanita. Johan banyak mendapat cinta dari siapapun hanya karna satu uluran tangan Johan. Laki-laki itu bisa mendapatkan apapun yang bahkan tidak pernah laki-laki itu inginkan.
Sedangkan Lia? Lia hanya satu perempuan dari jutaan perempuan yang mengagumi Johan. Seperti salah satu bintang yang redup, yang mencoba bersaing dengan banyaknya bintang-bintang yang jauh lebih besar dan juga terang. Sama seperti apa yang Zhong Chenle member NCT katakan.
~ Kamu tau Bumi dan Langit? Yahh itulah kita; ~
Menyakitkan memang!
Lia selalu berharap sebelum tidur, disuatu hari yang cerah. Johan datang dan memeluknya, menghangatkan dia meskipun panas membakarnya habis-habisan. Lalu setelah itu Johan berbisik dengan nada yang lembut dan pasti.
Bisa Kita Bersama Dengan Status Yang Beda?
Hanya itu yang Lia inginkan.
Setelah sampai diparkiran sekolah, Lia turun dengan cepat dari motor Johan. Dia baru ingat akan satu hal, dia lupa mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh ibu Ozah. Uhhh penyakit lupa selalu menghampirinya.
Namun begitu hendak melangkah meninggalkan Johan. Lia sudah ditarik untuk berhenti dan berbalik menghadap Johan. "Kenapa Joh?" Lia Cuma nggak mau kehilangan Ibu Ozah yang menyayanginya dengan tulus. Terlebih lagi dengan Ibu Ozah yang selalu meninggikan namanya disemua orang yang mungkin membenci Lia karna terlalu dekat dengan Johan.
"Aku mau ngomong sebentar." Lia menatap Johan dengan sorot mata yang menuntut untuk laki-laki itu meneruskan ucapannya. Tiba-tiba Johan turun dan mengenggam kedua telapak tangannya dengan sorot mata yang sulit Lia terjemahkan dengan kata-kata. "Aku nggak tau harus mulai darimana, tapi yang jelas aku harus ngomong ini sama kamu. Aku tau kita udah lama jadi teman yang mungkin buat kamu jadi dibenci sama cewek-cewek disekolah ini karna terlalu deket sama aku. aku Cuma mau kita rubah status itu." lanjut Johan dengan manik mata yang menatap Lia dengan ketulusan yang mampu Lia lihat.
"Maksud kamu apa/" Lia tidak mengerti. Otaknya masih ngebug karna pr dari ibu Ozah.
"Bisa kita bersama dengan status yang beda?" Lia tau ini maksudnya apa. Perempuan itu menelan ludah kuat-kuat dengan susah payah. "Aku sayang sama kamu sejak pertama kita ketemu dilapangan sekolah ini tiga tahun yang lalu."
Kenapa harus hari ini? Tuhan membuat Johan mengungkapkan perrasaan yang sama seperti yang Lia rasakan? Lia senang, jujur Lia sangat senang. Tapi mengingat kembali perbedaan diantara mereka yang melesat jauh dan menjulang tinggi diantara Johan dan Lia membuat Lia harus kembali terlempar dalam labirin oase kegamangan yang membingungkannya.
"Johan maaf." Lia menarik kedua telapak tangannya yang Johan genggam, Johan menatap itu dengan sorot mata yang sudah mengartikan bahwa Lia telah menolaknya. "Aku nggak mau kalo hubungan kita hancur karna sebuah masalah yang terjadi jika kita udah buat hubungan yang jauh lebih serius. Aku takut kamu jadi asing buat aku, kalo hubungan kita bisa berjalan dengan lancar sampai maut memisahkan pun itu nggak akan rubah rasa canggung pas kita lagi berdua."
"Tapi kita bisa jalani dulu, hubungan kita yang beda, Li." Johan masih kekeuh dengan pendiriannya.
"Johan aku takut, aku takut suatu saat nanti kita akan menjadi dua orang asing, seperti waktu pertama kali kita ketemu." Lia menjawab dengan cepat. "Aku juga sayang sama kamu, aku nggak pernah bohong sama hal itu. aku juga seneng pas tau kalo kamu juga punya rasa yang sama kaya aku. tapi aku juga nggak bisa ngilangi rasa takut kalo suatu saat nanti kita jadi asing. Kenal dan dekat sama kamu udah bikin aku seneng Johan. Tapi aku takut kalo harus ngejalani hubungan yang jauh lebih serius." Lia berujar panjang, dengan kata yang sudah dia susun dengan rapih dalam pikirannya.
"Kamu takut aku ninggalin kamu? Aku nggak akan ninggalin kamu, Lia." Johan kembali meraih salah satu telapak tangan Lia dan mengenggamnya. Lia terdiam, dalam hati dia berujar.
Mungkin kamu nggak akan ninggalin aku, tapi aku bisa ninggalin kamu kapan aja disaat waktu yang udah ditetapkan Tuhan.
"Aku selalu percaya kamu nggak akan ninggalin aku, aku selalu percaya itu. tapi apa nggak mungkin kita tetap bersama dengan status dan perrasaan yang sama? Kita bisa saling berjanji untuk selalu ada, kita bisa saling merangkul satu sama lain, kita bisa saling menghangatkan satu sama lain." Setelah lama terdiam, Lia mengucapkan kalimat panjang yang berakhir dengan Johan yang tidak mengerti sama sekali dengan kalimat yang Lia katakan. Laki-laki itu menyerinyitkan dahinya bingung.
"Maksud kamu?"
Lia maju satu langkah dan memeluk Johan dengan erat, menghirup wangi tubuh Johan yang memabukkan.
"Kalo suatu saat nanti Tuhan udah menakdirkan kamu jadi milik aku dan kita bersama sampai maut memisahkan. Aku janji akan menemani kamu sampai semua mimpi kamu terwujud, aku akan selalu ada dibelakang kamu saat kamu terjatuh, aku akan selalu merentangkan tangan aku saat kamu meraih kebahagian sekecil apapun. Aku akan selalu ada Johan. Kamu bisa cari aku kalo kamu sedih, kamu bisa samperin aku kalo kamu butuh teman. Aku akan selalu ada buat kamu. Suatu saat nanti, aku yakin kamu dan aku bersatu." Disurga Tuhan nanti.
Break sebentar!!!
Aku nggak tau ngefeel atau nggak, aku nggak tau ini nyambung atau enggak. Yang jelas aku mau bilang makasih sama kalian yang udah setia nunggu up-an Penyesalan, yang selalu vote, yang selalu komen, aku sayang kalian dehhhh....
KAMU SEDANG MEMBACA
{1} Penyesalan | Lee Jeno✔ [REVISI]
Fanfiction"Apa yang bisa dilakukan pengagum, selain meratapi sebuah rasa yang meranum?" -Lia "Seberapa pun bosannya lo hidup, gue harap lo nggak pernah ninggalin gue, Li." -Johan tentang sebuah rasa yang tak akan berbalas dengan rasa kembali. Juga tentang pen...