Hari ini yang mereka The Cezanne generasi ke 4 anggota intinya memutuskan untuk berkumpul tanpa di ketahui anggota lainnya. Mereka juga berkumpul bukan di basecamp atau salah satu rumah dari mereka, tapi tepat di atas rooftop Sekolah Menengah Atas Garuda, iya sekolah yang menjadi saksi bisu cerita mereka. Kalah saat tawuran. Percintaan. Persahabatan. Tempat awal semua yang mereka alami adalah SMA Garuda ini, semuanya berawal di sini. Suka maupun duka mereka jalani bersama di sini. Dan saat ini setelah sebelumnya memarkirkan keenam motor yang mereka kendarai, mereka langsung masuk kedalam SMA Garuda. Karna berhubung hari ini adalah hari minggu, jadi sekolah libur, mungkin ada beberapa yang berangkat untuk berlatih ekstrakulikuler atau pelajaran tambahan__ mungkin?
Langit sedikit mendung, cahaya matahari tertutupi dengan awan hitam sejak pagi tadi. Mungkin karna Haezra masih kurang nyaman dengan formasi mereka yang tidak lengkap. Mereka awalnya selalu bertujuh, tapi sekarang mereka kehilangan satu anggota. Satu orang yang selalu memanasi jika ada yang adu mulut tapi juga yang menasehati jika Marvin tidak ada. Satu orang yang selalu gampang marah jika dirinya di usik. Satu orang yang tulus dalam mengerjakan segala sesuatu. Satu orang yang memiliki suara yang bagus. Satu orang yang masih mereka harapkan lagi kehadirannya. Satu orang yang__ segala sesuatunya tidak bisa di deskripsikan saking berharganya.
Tujuh orang yang biasanya paling di puja-puja jika mereka berjalan beriringan, sekarang sudah tidak lagi karna kurangnya personil.
Seperti tujuh bintang yang membentuk rasi yang indah, kata orang Mereka bukan lagi tujuh bintang, melainkan enam bintang yang tidak berarti.
"Buat apa sihh kita kesini? Buang-buang waktu." Ujar Calva menghentikan Marvin yang hendak membuka pintu rooftop.
Sedangkan Jaidan menatapnya dengan tatapan seolah frustasi dengan sikap Calva akhir-akhir ini. "Lo kenapa sih? Emangnya salah yaa kalo kita mau ngabisin waktu bareng-bareng?" Jaidan meladeni.
"Kenapa lo nggak abisin aja waktu lo buat cewek kesayangan lo itu?!"
"Dia punya nama! Yehan!"
Johan memijat pangkal hidungnya yang berdenyut secara tiba-tiba. Jafian menyandarkan tubuhnya pada tembok lelah dengan semua masalah yang ada. Haezra hanya bisa memegang pegangan tangga tanpa ada niatan untuk melerai Jaidan dan Calva. Sama halnya dengan Haezra,, Marvin hanya bisa berdiri dengan telapak tangan yang tidak jadi untuk membuka pintu rooftop di sampingnya. Mereka semua diam, mendengarkan Calva dan Jaidan yang masih bertengkar menyalahkan satu sama lain.
Ini yang terjadi saat salah satu warna hilang dalam Pelangi."Gue tau lo sayang sama Yehan! Tapi nggak kaya gini juga Jai!"
"Iya terus gue harus gimana? Mutusin Yehan yang udah gue dapetin meskipun gue susah buat gapai dia? Itu mau lo?"
"Cewek bakalan ninggalin lo! Gue yakin itu!"
"Hanya karna lo pernah di sakitin satu cewek, bukan berarti semua cewek di dunia ini sama. Semua cewek beda-beda Cal."
"Oke semua cewek beda! Sekarang gue tanya kalo ada salah satu di antara kita dalam bahaya, sedangkan cewek lo minta waktu buat berdua. Lo bakal milih siapa?" Pertanyaan yang di ucapkan oleh Calva itu membuat Jaidan diam seribu bahasa. Itu membuat Calva tersenyum penuh remeh. "Lo jelas bakal pilih cewek lo! Karna lo sayang sama dia! Lo terlalu di butakan dengan cinta sampe-sampe gara-gara perrasaan lo itu nyusahin kita semua! Lo mau kita kehilangan anggota lagi karna Persetan sama Perrasaan?!" Jaidan tetap diam seperti semuanya. "Kalo itu yang lo mau? Biar gue yang pergi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
{1} Penyesalan | Lee Jeno✔ [REVISI]
Fanfiction"Apa yang bisa dilakukan pengagum, selain meratapi sebuah rasa yang meranum?" -Lia "Seberapa pun bosannya lo hidup, gue harap lo nggak pernah ninggalin gue, Li." -Johan tentang sebuah rasa yang tak akan berbalas dengan rasa kembali. Juga tentang pen...