38. Pergi?

48 4 0
                                    


JANGAN LEWATKAN FOLLOW MY AKUN WATTPAD🙇

DAN JANGAN LUPAKAN BUKA MULMEDNYA😊😊


Dipagi yang cerah itu, Johan bangun dan keluar dari kamarnya jauh lebih pagi dari biasanya, karena jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi hampir jam enam tepatnya.

Johan tidak lupa akan kejadian semalam, tentang apa yang sudah dilakukan Danu padanya. Jelas-jelas Johan tidak akan kembali ingin seperti dulu lagi. Johan benci Danu. Dia tidak akan memperdulikan lagi semua perihal tentang Danu dan tetebengeknya.

Johan masuk kedalam dapur hanya untuk mendapati punggung yang sudah lima tahun ini hilang dari pandangannya.

"Bi Asri?!" Johan membelalakkan matanya saat sang empunya nama menoleh dan tersenyum padanya. "Bi Asriii!!" Johan berlari memeluk Bi Asri dengan penuh kerinduan yang langsung dibalas dengan pelukkan hangat dari Bi Asri. "Bi Asri, Johan kangen sama Bi Asri." Ujar Johan setelah pelukkannya terlepas. Wanita paruh baya dengan badan yang berisi itu mengusap pipi Johan dan menarik hidung mancung itu dengan gerak lembut. Johan tidak berubah.

"Bibi juga kangen, Den. Kebetulan Bapak juga udah sembuh,jadi udah bisa Bibi tinggal."
Suami Bi Asri memang sakit keras, hal itu juga yang membuat Bi Asri harus berhenti bekerja sementara waktu. Ya Lima tahun sampai suaminya sembuh.  "Bibi udah buatin nasi goreng buat Den Johan. Sarapan dulu ya Den."
Bi Asri mempersilahkan Johan untuk duduk dikursi meja makan, sedangkan dia menyendok satu centong nasi goreng dengan telur mata sapi  dan menaruh piring itu didepan Johan yang sudah siap dengan sendok dan garpu.

Mata Johan berbinar, setelah baca do'a makan dia langsung melahap nasi goreng buatan Bi Asri yang sangat dia rindui. Johan menikmatinya dengan lahap, dan meminum setelah habis tiga suapan.

Danu sudah siap dengan setelan kerjanya, dia menoleh kebelakang dan mendapati Helmahera yang masih tertidur diatas kasur mereka. Danu menarik ujung bibirnya, menciptakan senyum simpul. Danu berjalan, mengusap kepala Helmahera dan menciumnya cukup lama. Setelah itu dia bangkit dan keluar dari kamarnya. Semalam sebelum pulang, dia mampir kerumah Bi Asri dan memintanya untuk bekerja kembali. Dia melangkah masuk kedalam dapur dan melihat punggung tegap Johan yang dengan lahapnya tengah memakan masakkan Bi Asri. Danu memilih mendekat, laki-laki itu mengusap kepala Johan dan duduk dikursi yang biasanya dia duduki.  "Pagi." Sapanya yang sama sekali tidak dijawab Johan. Putranya itu segera menghabiskan nasi goreng dan meminum air putih hingga tandas. Johan segera beranjak berdiri. "Kamu mau kemana?" Danu kembali membuka mulutnya yang lagi dan lagi tidak mendapat jawaban apapun dari Johan. Johan berjalan kearah Bi Asri.

"Bi. Johan pergi dulu ya." Johan menyalimi tangan Bi Asri dengan senyum yang dia tampilkan.

"Iya Den. Hati-hati ya, kalo hujan nepi dulu jangan langsung diterjang." Bi Asri memperingatinya.

"Iya Bi. Johan bakal hati-hati. Berangkat ya Bi, Assalamualaikum." Johan berlalu setelah mendengar jawaban dari Bi Asri. "Waalaikumsalam."

Agaknya Johan sengaja mengabaikan Danu yang sudah siap dijabat tangannya. Johan berlalu melewati Danu begitu saja tanpa menoleh sama sekali, ini sudah menjelaskan kalau Johan mulai membangun dinding kokoh diantara mereka lagi. Danu mengepalkan tangannya yang tadi terulur untuk dijabat Johan, menyimpannya diatas meja. Danu menghela nafas frustasi. Ini pasti akan berakhir lama sekali, dan Danu tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Saat suara deru motor terdengar, Danu tersenyum tipis karena dia tau kalau Johan memakai motor baru pemberiannya. Setidaknya Johan masih mendengarkan ucapannya untuk tidak memakai motor pemberian Syifa karna motor itu pemberian terakhir Syifa pada Johan setelah mobil sport hitam. Danu ingat betul bagaimana Johan dikasih pembelajaran tentang cara mengendari mobil terlebih dahulu alih-alih motor, dan Syifa yang mengajari itu.

{1} Penyesalan | Lee Jeno✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang