Please it's is chapter not children!!!Enjoy your reading list!!
Lia terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya sudah terbaring dibrangkar rumah sakit dengan tangan diinfus. Disampingnya Reno sudah tertidur dengan salah satu lengan tangan yang laki-laki itu jadikan bantalan. Sepertinya Reno yang membawanya kesini,terlebih lagi pertengkaran yang terjadi disekolah tadi pagi benar benar membuatnya ketakutan juga kebingungan yang menjebaknya dan menguasainya erat-erat. Sudah dapat Lia pastikan bahwa jika dia sekolah besok pagi, dia akan mendapat banyak caci makian dari siswi siswi yang pasti seluruh sekolah sudah mendengar berita itu. Apa yang harus Lia lakukan sekarang? Tidak mungkin Papa melakukannya, sedangkan sangat jelas bahwa Papa sedang berkerja diKalimantan dengan proyek yang besar dan baru pulang tiga hari setelah kematian Bunda. Lia tidak benar-benar mengerti semua ini. Hingga saat dia terus memikirkan permasalahan itu, tanpa sadar bahwa Reno sudah membuka matanya dan melihat dia yang tengah melamun menatap kosong kearah dinding yang tepat ada lukisan abstrak dengan warna warna yang tidak karuan.
"Li..." Reno menguncang sedikit lengan Lia. Membuat perempuan itu langsung menoleh kearahnya dan kembali pada kesadarannya. "Iya." Jawabnya sedikit gugup.
"Kamu lagi mikirin apasih?" Reno menegakkan tubuhnya dan mengusap lembut kepala Lia penuh kasih sayang.
"Apa bener Papa yang udah bunuh Bunda?" Lia menatap Reno dengan sorot mata penuh ketakutan. Berharap bahwa Papa bukanlah pelaku dibalik kematian Bunda.
Reno senyum penuh ketulusan.
"Nggak ada yang perlu disalahkan Lia. Nyokap Johan kuga pergi karna Takdir. Bukan Papa atau orang lain yang udah buat nyokap Johan nggak ada. Nggak usah dipikirin, mending kamu fokus sama pengobatan yang bakal kamu lakuin minggu depan." Ujar laki-laki itu dengan senyum tulus yang menenangkan.
"Tapi kenapa, Johan begitu yakin sama apa yang dia ucapin. Itu buat aku bingung Reno. Sedangkan kamu tau Papa itu pergi keKalimantan buat proyek yang besar."
"Aku bilang apa tadi Lia? Nggak usah dipikirin. Johan itu cuma udah nggak cinta sama kamu, jadi dia buat alasan supaya kamu benci sama dia dengan fitnah Papa."
Lia geming saat mendengar kalimat yang Reno ucapkan. Jika benar Johan sudah tidak mencintainya lagi? Lalu kenapa Johan sempat ingin merubah status mereka menjadi jauh lebih serius lagi? Apakah Johan hanya ingin mempermainkannya saja? Semua tentang Johan teralihkan karna notifikasi dari handphone miliknya yang ditaruh diatas nakas. Lia langsung mengambilnya dan mengecek siapa yang mengirimnya pesan.
*Johan* 💪🏻❤️
*Aku sakit. Bisa kamu kerumah?*
Lia langsung menghapus air matanya, mengebas selimut yang menutupi setengah badannya, dan mencabut paksa infusan yang menempel dipunggung tangannya.
"Lia kamu apa-apaan sihh?!" Reno langsung terpekik saat darah segar keluar dari punggung tangan Lia.
"Aku mau kerumah Johan. Dia sakit."
"Enggak!" Reno mencegah Lia yang hendak mengambil tasnya. "Kamu nggak usah kesana. Dia nggak sakit! Dia nggak pernah sakit! Jadi jangan kesana!" Reno langsung meninggikan suaranya.
"Kalo kamu nggak mau anter aku, aku bisa kesana sendiri!"
"Aku bilang nggak usah datang kesana Lia!"
"Johan sakit! Reno! Dan apa aku bisa baik-baik aja?! Enggak!!"
"Dirumah dia nggak aman. Lebih baik kamu disini aja. Nggak usah kesana." Setelah mengusap wajahnya frustasi. Reno berujar jauh lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
{1} Penyesalan | Lee Jeno✔ [REVISI]
Fiksi Penggemar"Apa yang bisa dilakukan pengagum, selain meratapi sebuah rasa yang meranum?" -Lia "Seberapa pun bosannya lo hidup, gue harap lo nggak pernah ninggalin gue, Li." -Johan tentang sebuah rasa yang tak akan berbalas dengan rasa kembali. Juga tentang pen...