❝ leverage against the enemy ❞
"semuanya berjalan sangat berlawanan dengan bagaimana kita akan menghadapi situasi ini." ucap present mic sambil berdiri di sebelah midnight.
ia tidak ceria seperti biasanya, tidak ada yang benar-benar ceria.
gedung pemerintah dengan keamanan tinggi lebur tak tersisa dan para pahlawan yang terjebak di ruang bawah tanah gedung juga mati.
rahuse dan pejabat pemerintah lainnya yang terlibat dalam serangan amitayus diledakkan oleh bom yang [ m. name ] ikatkan ke mereka.
dan all might, simbol perdamaian mereka.
sekarang dipaksa pensiun, kehilangan lengan dan kaki selama pertarungan.
all might bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana hal itu terjadi, juga tidak ada seorang pun di luar pertarungan yang bisa melihat.
yang mereka lihat hanyalah ruang gelap di udara, sampai menghilang, dan sang pahlawan sudah terluka di luar dugaan.
"tak satu pun dari kita mengharapkan [ m.name ] hidup dari awal. dan di sinilah kita, benar-benar tidak berdaya dibandingkan dengan dia." hela nafas midnight sambil melihat all might yang sedang tidur di ranjang rumah sakit.
"all might mengatakan dia merasa seperti tidak bisa bernapas, seperti dapat melihat seluruh alam semesta tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. dan kemudian, lengan dan kakinya tiba-tiba terputus. itu jelas perbuatan [ m.name ], tapi aku tidak pernah mendengar seorang dari keluarga amitayus memiliki kemampuan seperti itu." ucap present mic mencoba mengingat informasi semacam itu.
"dia egois, membunuh kita semua satu per satu. dia pantas-"
"aku tidak menyalahkannya karena melakukan ini." sela aizawa sambil berjalan masuk kamar.
ia memegang secangkir kopi di tangannya, kelelahan, tidak bisa tidur di malam hari.
"aizawa kau serius!? lihat semua yang dia lakukan!" teriak yamada putus asa.
"apa kau pernah mempertimbangkan semua yang telah kita lakukan?" balas aizawa.
keduanya terdiam, mendengarkan rekan kerja mereka.
"dia berusia 14 tahun dan berusia lima tahun ketika kita beramai-ramai ke rumah mereka dan membiarkan bajingan itu menembaki keluarganya." omel aizawa dengan tangan yang naik ke rambutnya dan menjelaskan kepada kedua temannya betapa stress nya ia tentang situasi itu.
"kita tahu-" mulai midnight tetapi terpotong ketika aizawa melemparkan cangkirnya ke dinding dan pecah karena benturan.
"kita tidak tahu apa-apa tentang itu, tapi kita masih saja membiarkannya terjadi! tidak seorang pun dari kita mencoba menghentikan tembakan. tidak seorang pun dari kita menghentikan rahuse dan timnya dari menyeret gadis-gadis itu pergi ketika ia tahu PERSIS apa yang sedang terjadi. tidak, kita hanya menundukkan kepala dan mencoba menahan semua teriakan itu. semua tangisan dari anak-anak itu. akulah satu-satunya yang tidak menutup telingaku, kenapa?! karena jika aku ingin membiarkannya terjadi, setidaknya aku akan memberi orang-orang yang tak bersalah itu kesopanan untuk mengetahui kata-kata terakhir mereka! aku mendengarkan semuanya dan sekarang [ m.name ] kembali, aku tidak bisa mengeluarkannya dari kepalaku!" stress aizawa sambil menutupi wajahnya yang lelah dengan tangan.
"keluarga itu menyatakan perang terhadap kita aizawa. itulah satu-satunya alasan mengapa kita dipanggil untuk menegur mereka sejak awal." ucap yamada dengan hati-hati.
"tidak peduli untuk apa atau apa yang mereka lakukan. dia hanya seorang anak kecil, dia bisa menjalani hidupnya dengan bahagia daripada berkeliling dan mencoba untuk membalas apa yang KITA lakukan." ucap aizawa sebelum menuju ke pintu.
ia berhenti sebelum berbicara dengan suara yang lebih pelan "aku hanya tidak percaya kalian berdua tidak bisa melihat ini sepertiku. sebenarnya, kita tidak pantas mendapatkan gelar pahlawan."
dan dengan itu, aizawa membuat kedua temannya benar-benar terdiam.
tak satu pun dari mereka memperhatikan bibir bergetar dari mantan pahlawan nomor satu, yang mendengar semua yang dikatakan pahlawan rasional itu.
"... apa kau mendapatkan pesan dari yahune dan machima?" bisik midnight kepada Yamada.
"ya, mereka memiliki kekuatan terhadap [ m.name ]." benar yamada.
tapi tak satu pun dari mereka yang tahu apa itu, hanya saja itu akan membuat [ m.name ] jatuh dalam sekejap.
"semoga saja itu bisa menghentikan semua ini, dan kita bisa mengembalikan keadaan seperti semula." bisik midnight sambil menunduk ke tanah.
kata-kata yang aizawa keluarkan mulai menggerogoti mereka.
apa mereka yang sebenarnya salah di sini?
一
"[ m.name ] sepertinya sudah lepas kendali. kita benar-benar mengira dia meninggal hari itu." ucap machima sambil tersenyum.
ia dan yahune berjalan di lorong tartarus, penjara dengan tingkat keamanan tertinggi di seluruh jepang.
penjahat paling berbahaya ditahan di sana, tidak ada jalan keluar.
"sepertinya begitu, rahuse cukup bodoh untuk percaya bahwa mahakarya itu telah musnah. dan sekarang dia membayarnya dengan nyawanya." balas yahune kembali.machima dan yahune adalah dua individu yang menyatakan pembantaian pada klan amitayus.
tidak hanya itu, tapi juga pemenjaraan mereka untuk mendapatkan amitayus yang sempurna dan memiliki semua kemampuan yang mereka cari.
"tapi bocah itu masih hidup dan sehat, apa kita tetap lanjut seperti yang direncanakan?" tanya machima sambil berjalan ke ruang tontonan.
"tentu saja, bagaimanapun juga, anak itu adalah salah satu dari jenisnya. akan sia-sia untuk memiliki seseorang seperti [ m.name ] tidak digunakan untuk keuntungan kita." kekeh yahune sambil menggesekkan kartunya untuk membuka kunci pintu.
"senang mendengarnya, kita pasti tidak akan membiarkannya pergi kali ini." senyum machima sambil berjalan ke ruang yang sekarang terbuka.
ia dan yahune pergi ke cermin satu arah, dan melihat ke bawah ke arah sel.
di mana nenek [ m.name ] ditahan.
kekuatan pemerintah, melawan musuh mereka.
ga sopan, orang tua ga salah apa-apa dipenjara
ada pertanyaan?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐍𝐅𝐈𝐍𝐈𝐓𝐘 , mha ( ON REV )
Fanfiction" 𝐃𝐀𝐁𝐈, 𝐈'𝐌 𝐎𝐍 𝐓𝐕! " 🎋 Semuanya bermuara pada hari itu, hari dimana para pahlawan menyadari bahwa mereka tidak akan bisa menang. ( m.name ) adalah seorang anak lelaki berusia 14 tahun yang rela melakukan apa saja untuk mencapai cita-citan...