𝟐𝟗

483 122 4
                                    

























❝ a moment of blindness ❞

























[ WARNING : jujur sy cape kasih warning tapi SLIGHT GORE ]























"six eyes sulit untuk diatur, butuh waktu dan keterampilan." jelas sang nenek sambil duduk di kursinya sementara [ m.name ] yang berusia empat tahun duduk di depannya.


"mataku sakit setiap kali aku mencoba menggunakannya, para pahlawan sangat kejam hari ini." ucap [ m.name ] sambil mengusap matanya yang bengkak.

"kau harus tenang [ m.name ], six eyes hanyalah perpanjangan dari dirimu sendiri. kau tidak bisa membiarkan emosimu mengambil alih, percayalah pada dirimu sendiri. baru setelah itu, kau akan benar-benar menguasai six eyes." jelas sang nenek sambil mengusap rambut [ m.name ].

[ m.name ] menatapnya sambil tersenyum cerah.

























"nenek?" bisik [ m.name ] sambil menatap tubuhnya yang gemetar.

[ m.name ] masih berdiri beberapa meter jauhnya.

"siapa disana?" tanya sang nenek sambil melihat ke arah [ m.name ] tetapi pada saat yang sama ia tidak melihat apa-apa.

[ m.name ] memiringkan kepalanya dan menatap mata sang nenek.

netra matanya tidak lagi [ e/c ], hanya berwarna pucat dan pupil matanya dalam keadaan yang sama.

apa mereka membutakan sang nenek karena six eyes?

nenek [ m.name ] mulai ber-hiperventilasi sedikit karena tidak mendapatkan jawaban.

mata [ m.name ] sedikit melebar dan ia berjalan sepanjang sisa jarak dan sampai didepan sang nenek.

"hei ini aku, [ m.name ]." gegas [ m.name ] sambil berlutut di depannya tapi tidak bergerak untuk menyentuhnya.

sang nenek berhenti panik dan menatap ke arah suara [ m.name ].

"[ m.na-name ]?" hela napas sang nenek sambil mengangkat tangan untuk menyentuh [ m.name ].

infinity [ m.name ] masih aktif, tangannya tidak pernah mencapai [ m.name ] yang tidak bisa berpikir jernih dan terus menatapnya.

"aku tidak bisa merasakanmu." tangis sang nenek dengan tangan gemetar ingin merasakan sesuatu, apa saja.

ia memiliki rantai melilit kedua pergelangan tangannya dengan mata yang menghantui.

perlahan [ m.name ] mengulurkan tangan dan menyentuh tangannya.

ia tersentak sedikit merasakan tangan [ m.name ] sambil membalikkannya untuk merasakan punggung tangan lelaki itu.

ia meraih lagi dan mengacak-acak rambut [ m.name ] seperti dulu ketika dirinya masih kecil.

"[ m.name ]." ucap sang nenek kali ini sebagai pernyataan.

𝐈𝐍𝐅𝐈𝐍𝐈𝐓𝐘 , mha ( ON REV ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang